Baca Juga: 5 Keunggulan Menanak Nasi Dengan Air Teh, Mencegah Tumor Hingga Hilangkan Bau Mulut
Menurutnya, “Akibat pandemi ini, perekonomian dan distribusi bahan pangan seluruh dunia terganggu. Hal tersebut tentu dapat berpengaruh terhadap kecukupan gizi masyarakat.” Lebih lanjut, Pittara memberikan tips sehat mudah untuk kecukupan gizi keluarga;
*Tidak perlu memaksakan diri membeli ayam kampung. Ayam broiler/negri memiliki cukup daging untuk makan 1 keluarga.
*Tidak perlu memaksakan diri membeli daging sapi, karena harganya pasti mahal. Lauk hewani dapat terpenuhi dengan telur, susu, ayam, atau ikan
* Ikan makerel atau sarden dalam kalengan juga dapat menjadi alternatif sementara karena daya simpan lebih lama. Hindari mengonsumsi ikan asin, karena kandungan garam terlalu tinggi
*Pastikan untuk selalu makan lauk hewani untuk memenuhi kebutuhan protein, agar tidak mudah sakit
*Diskusikan dengan keluarga untuk mengatur keuangan di saat pandemi ini
Jangan Salah Pilih dan Memberikan Susu Pada Anak
Saat ditanya bagaimana dengan susu, yang merupakan salah satu isi dalam item bansos pemerintah di masa pandemi Covid-19 untuk masyarakat, “Menurut saya, pemberian susu kental manis dalam bansos kurang tepat,“ dr. Pittara Pansawira, Mgizi.
Satu hal yang musti diingat, Pittara memberikan sebuah ilustrasi yang mudah mengenai hal ini. Menurutnya, susu kental manis harga per sachet lebih mahal daripada susu bubuk sachet (7500 IDR vs 4500 IDR).
“Tapi, jangan lupa konsultasikan dulu dengan dokter tentang susu bubuk yang baik untuk anak, karena harus disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing anak,” pesannya yang juga menyampaikan, jika gula bisa merusak kecukupan gizi anak.
Asupan gula secara berlebihan (gula ini banyak tersembunyi di minuman kemasan, minuman manis, kue-kue kemasan, snack kemasan, dan sebagainya termasuk susu kental manis), tentunya dapat merusak kecukupan gizi anak.
Kenapa? Karena bila sudah mengonsumsi makanan/minuman tinggi gula, biasanya anak merasa kenyang sehingga tidak mau lagi makan makanan yang bergizi.
Sedangkan gula tersebut tetap akan diserap oleh tubuh dan disimpan menjadi lemak, sehingga dapat menyebabkan anak menjadi gemuk/obesitas.
Padahal, kegemukan pada anak dapat meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit (baik segera maupun setelah dewasa nantinya), misalnya diabetes, hipertensi, sakit jantung, stroke, perlemakan hati, gangguan hormon kesuburan, kanker, dan sebagainya).
Nah, jika demikian, kapan Indonesia bisa bebas stunting?
Baca Juga: Belum Selesai Covid-19, Penyakit 'Maut Hitam' Kembali Ditemukan di Cina, Penampakannya Mengejutkan