Kasus Baru Positif Corona Tembus 100.000, Ahli Epidemiologi Peringatkan Pemerintah Untuk Berlakukan Kembali WFH

Tembuh 100.000 kasus positif, ahli epidemiolog himbau pemerintah untuk berlakukan kembali work from home (WFH).

Tembuh 100.000 kasus positif, ahli epidemiolog himbau pemerintah untuk berlakukan kembali work from home (WFH).

GridHEALTH.id - Sejak memasuki fase new normal atau adaptasi kebiasaan baru (AKB), Indonesia justru terus mencatatkan lonjakan kasus baru virus corona(Covid-19).

Bahkan berdasarkan data terbaru dari www.covid19.go.id per Selasa 28 Juli 2020, jumlah kasus virus corona di Indonesia sudah tembus angka 100.303 kasus, yang membuatnya tertinggi di Asia Timur dan Asia Tenggara.

Indonesia juga memiliki angka kematian Covid-19 sebanyak 4.838 kasus.

Melihat data tersebut, diketahui klaster perkantoran merupakan menyumbang angka kasus infeksi tertinggi di Indonesia belakangan ini.

Menanngapi masalah tersebut, seorang Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan pemerintah perlu mengkaji ulang pembukaan kantor di sektor non-esensial.

Baca Juga: Klaster Covid-19 Area Perkantoran Meningkat, 440 Karyawan di Jakarta Positif Virus Corona

Baca Juga: Dunia Darurat Covid-19, Sejumlah Negara di Sekitar Asia Kembali Terapkan Penguncian

Menurutnya, kantor di sektor non-esensial sebaiknya ditutup dan menerapkan kembali work from home (WFH) sampai akhir tahun, termasuk sektor pendidikan.

"Kantor dan sekolah harus ditutup sampai akhir tahun. Tak ada pilihan lain buat Indonesia, kecuali mau membuat risiko terjadinya lonjakan besar kasus infeksi dan kematian," kata Dicky dikutip dari Kompas.com, Senin (27/7/2020).

Baca Juga: Tembus 100.000 Kasus Positif Virus Corona, Indonesia Salip 23 Negara di Atasnya?

Dirinya juga memberikan catatan, penutupan kantor non-esensial dan sekolah harus dilakukan secara serentak dengan kedisiplinan penuh dari masyarakat.

Sebab, Indonesia tak mungkin menerapkan kembali penguncian atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berdampak besar pada ekonomi negara.

Baca Juga: Shandy Aulia Berikan Madu pada Claire, Walau Kaya Manfaat Tapi Tak Baik untuk Bayi, Bisa Sebabkan Gangguan Saraf

Karena itu, hal yang paling penting saat ini menurut Dicky adalah mencegah kasus-kasus klaster seperti perkantoran dengan penerapan work from home (WFH).

"Prioritas selama masa rawan pandemi ini harus WFH dulu," tegasnya.

Menurut dia, penularan Covid-19 melalui mikrodroplet membuat potensi infeksi di dalam ruangan dua puluh kali lebih besar dibandingkan dari diluar ruangan.

Baca Juga: Ketahuilah, Infeksi Gigi Bisa Sebabkan Ibu Hamil Melahirkan Bayi Prematur! 50 Persen Bumil di Dunia Punya Masalah Gigi

"Penularan di kantor yang indoor ini dua puluh kali lebih besar daripada outdoor. Kondisi inilah yang membuat orang-orang di dalam gedung sangat rawan," paparnya.

"Di Australia, 80 % kasusnya berasal dari klaster perkantoran. Ini harus menjadi pelajaran berharga bagi kita di Indonesia," tambah dia.

Baca Juga: Salah Treatment di Rumah Sakit, Otak Bayi Usia Beberapa Hari Terinfeksi Bakteri yang Hidup di Tanah

Dicky juga menyoroti banyaknya institusi yang mengadakan kegiatan bersepeda secara bergelombol tanpa menggunakan masker.

Selain itu, pimpinan perusahaan yang mengabaikan protokol kesehatan karena meyakini bahwa virus corona bukan ancaman serius, juga patut diwaspadai.

Baca Juga: Khawatir Penularan Virus Corona, Bolehkan Memberi Jeda Imunisasi pada Anak?

Padahal Dicky menandaskan, pandemi Covid-19 telah menginfeksi jutaan orang dan masih menjadi pekerjaan rumah bersama.

"Masalah ini masih menajadi PR bersama kita karena banyak sekali orang-orang terutama yang punya wewenang ini stafnya harus masuk karena disuruh pimpinannya," jelasnya.(*)

Baca Juga: Pemerintah Berencana Buka Sekolah Tatap Muka Kembali, Padahal Kematian Anak Indonesia Akibat Covid-19 Tertinggi di ASEAN

 #berantasstunting

#hadapicorona