Find Us On Social Media :

2 Media Besar Asing Beritakan Penanganan Covid-19 ala Indonesia, Komunikasi Pemerintah Dinilai Buruk, Perkataan Jokowi Dikritik

Jokowi dikritik pedas media asing, atas penanganan Covid-19 di Indonesia.

GridHEALTH.id - 2 Media Besar Asing Tergelitik Ulas Berita Penanganan Covid-19 ala Indonesia, Komunikasi Pemerintah Dinilai Buruk, Perkataan Jokowi Dikritik

New York Times (Amerika Serikat) dan The Guardian (Inggris), tergelitik menurunan berita penanganan ala Indonesia. Komunikasi pemerintah disorot tajam.

Baca Juga: Akhirnya Polisi akan Panggil Hadi Pranoto yang Mengaku Profesor, dan Anji yang Mempromosikannya

Penanganan Covid-19 di Indonesia ternyata menarik minat media asing besar untuk menuliskannya sebagai berita.

Tapi sayang, kedua media asing itu tergelitik menuliskan berita penanganan Covid-19 di Indonsia kurang begitu baik. Ini tentu menjadi catatan bagi tim gugus tugas dan pemerintahJokowi.

 

New York Times menyoroti banyaknya misinformasi yang tersebar di Indonesia.

The Guardian memberitakan minimnya tes dan buruknya komunikasi dari pemerintah Indonesia.

Baca Juga: Peneliti di Inggris Berhasil Identifikasi 6 Gejala Umum Penderita Covid-19, Berguna Untuk Memberikan Terapi yang Tepat

Baca Juga: Kasus Covid-19 Terus Bertambah, Satgas Covid-19 Singgung Ada Pandemi selama 43 Tahun: 'Jangan Tanyakan Kapan Pandemi Berakhir'

Pemberitaan The Guardian tertanggal 12 Juli 2020 berjudul "Indonesia is failing to control coronavirus outbreak, say experts", yang kuranglebih lebih jika di Indonesiakan adalah; "Indonesia gagal menangani wabah virus corona, kata para pakar."

"Negara dengan dampak terparah di Asia Tenggara terhambat oleh kurangnya pengujian, buruknya komunikasi dari pemerintah, dan promosi obat palsu," demikian bunyi paragraf pembuka di The Guardian.

Hal itu tentu mengingatkan kita prihal obat yang Covid-19 yang belakangan marak digembar gemborkan, padahal belum ada hasil uji klinisnya. Misal, obat dari Ningsih Tinampi, obat herba.cov dari seseorang yang mengaku profesor bernama Hadi Pranoto.

Dalam artikelnya, The Guardian yang diluncurkan pada 1999, mengutip ucapan Profesor Pandu Riono, pakar penyakit menular di Universitas Indonesia, yang mengatakan bahwa penularan akan terus berlanjut jika warga tidak menerapkan social distancing.

Baca Juga: Hadi Pranoto Sebut Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Sembuh Akibat Ramuan Herbalnya, Pihak RSD Angkat Bicara

Kalung anti corona yang dikeluarkan Kementerian Pertanian (Kementan) juga menjadi sorotan, lantaran menimbulkan kontroversi di Indonesia.

Kondisi itu diperparah dengan beberapa pasien yang berbohong tidak ada kontak dengan pasien positif Covid-19.

"Itu semakin menyulitkan petugas untuk menentukan risiko penularan," tulis The Guardian.

Baca Juga: Penjelasan Istana Setelah Potret Jokowi dan Menterinya Rapat Tanpa Pakai Masker Beredar

Baca Juga: Baca Label Produk Susu Harus Jeli, Walau Pada Kemasan SKM Tertulis Susu, Isinya Diluar Dugaan

Selain itu, stigma negatif yang dihadapi pasien corona Indonesia turut jadi persoalan tersendiri.

Diberitakan The Guardian, beberapa warga takut kehilangan pekerjaan, sehingga ratusan pedagang di pasar tradisional Bali, Sumatra, dan Jakarta tidak mau dites.

Arief Bakhtiar dokter spesialis pulmonologi di Surabaya menyampaikan ke The Guardian, dia pernah mendapat satu kasus yang anggota keluarga korban menolak diagnosis kerabatnya meninggal karena Covid-19.

Mereka kemudian memakamkan jenazah, dan dua minggu kemudian Arief mendengar dua anggota keluarga lainnya meninggal diduga karena Covid-19.

Baca Juga: Jelang Hari Kemerdekaan, Pemerintah Tiadakan Lomba Agustusan Guna Mencegah Penyebaran Virus Corona

Adapun media New York Times, asal AS memasang judul "In Indonesia, False Virus Cures Pushed by Those Who Should Know Better" di artikelnya.

Judul tersebut kurang lebih jika di Indonesiakan, "Di Indonesia, obat palsu virus ini disarankan oleh orang-orang yang seharusnya lebih tahu."

 

Artikel tertanggal 31 Juli 2020 itu juga menyoroti kalung anti corona dari Kementan, dan Gubernur Bali I Wayan Koster yang mengklaim telah menemukan obat corona berbahan dasar arak.

"Yang disebut influencer dan pakar gadungan juga mendorong penyembuhan cara mereka sendiri dan misinformasi di media sosial Indonesia, termasuk rumor yang beredar luas thermo gun dapat menyebabkan kerusakan otak," tulis New York Times.

Baca Juga: Kembali Bikin Heboh, Herbal Covid-19 ala Hadi Pranoto di Jual Online Rp 275 Ribu

"Seiring Indonesia yang kekurangan lahan karena pandemi, pemerintah mengalami kesulitan untuk menyampaikan pesan berbasis ilmiah yang konsisten tentang virus corona dan penyakit yang ditimbulkannya, Covid-19," lanjut artikel yang ditulis Richard C Paddock tersebut.

Kepercayaan warga terhadap agamanya masing-masing juga tak lepas dari fenomena yang disorot New York Times.

Baca Juga: Ternyata Ini Penyebabnya Mengapa Pasien Covid-19 Sulit Mencium Aroma

"Di Pulau Lombok, seorang pejabat tinggi menyarankan niqab, kerudung longgar dalam Islam yang dikenakan perempuan, sama efektifnya dalam mencegah penyebaran virus seperti masker wajah yang ketat," tulis New York Times.

Borok lain yang diumbar media berusia 168 tahun itu adalah keengganan orang Indonesia memakai masker.

Mengutip data pemerintah, New York Times melaporkan sekitar 70 persen orang bepergian tidak memakai masker dan mengabaikan social distancing, juga sering berkerumun di toko-toko dan pasar-pasar, lalu nongkrong di kafe dan restoran.

WHO menyebut maraknya misinformasi ini sebagai "infodemic", dan New York Times menyebut situasi yang terjadi di Indonesia ini serupa dengan di Kenya bahkan Amerika Serikat.

Baca Juga: Akui Obat Covid-19 Buatannya Hanyalah Ramuan Herbal Biasa, Hadi Pranoto Memohon: 'Jangan Mencemooh dan Beropini yang Enggak-enggak'

Baca Juga: 1 Bulan Sepulang Perawatan di Rumah Sakit, Pasien Covid-19 Berisiko Mengalami Gangguan Kejiwaan

Di Kenya, Gubernur Nairobi menyerukan pemakaian cognac, sebuah jenis minuman beralkohol, untuk jadi obat ajaib.

Kemudian di AS Presiden Donald Trump mendorong pemakaian obat malaria hidroksiklorokuin, meski hasil penelitian menunjukkan obat itu tidak manjur.

Kritik untuk Jokowi

New York Times melanjutkan pemberitaannya dengan menyebut Presiden Indonesia Joko Widodo awalnya memandang remeh wabah ini, lalu terlambat menutup bisnis, sekolah, dan membatasi perjalanan, tapi sangat cepat mencabut larangannya.

Perkataannya yang berubah-ubah juga menjadi sorotan.

Baca Juga: Presiden Filipina Rodrigo Duterte Murka Kepada Dokter, Ancam Bunuh Seluruh Pasien Positif Covid-19

"Pada Mei dia berkata Indonesia harus belajar hidup berdampingan dengan virus. Sebulan kemudian, dia mengancam memecat beberapa menteri yang tidak bekerja maksimal untuk menangani wabah."

"Bulan ini, dia menyerukan para rakyatnya untuk lebih disiplin melakukan social distancing, memakai masker, dan mencuci tangan."

 

Akibat tidak adanya pesan terpadu dari pemerintah itulah, pejabat lokal dan beberapa orang lainnya mengisi kekosongan informasi, tapi dengan cara yang tidak tepat.

Sama seperti The Guardian, dua kontroversi yang disorot New York Times lagi-lagi adalah kalung anti corona obat dari arak versi Gubernur Bali I Wayan Koster.(*)

Baca Juga: Wali Kota Risma Sebut Surabaya Zona Hijau Covid-19, Pakar Epidemiologi: 'Hijau Semangka', Kenapa?

#berantasstunting

#HadapiCorona 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Media Asing Sorot Buruknya Penanganan Covid-19 di Indonesia: Dari Kalung Anti Corona sampai Ucapan Influencer"