Selain itu, ia menduga jika masyarakat Swedia memiliki tingkat kekebalan yang tinggi sehingga jumlah penularan di sana sedikit.
"Strategi kami konsisten dan berkelanjutan. Kami mungkin memiliki risiko penyebaran yang lebih rendah di sini dibandingkan dengan negara lain. Saya pikir kami mendapat banyak manfaat dari itu sekarang," kata profesor epidemiologi Institut Karolinska, Jonas Ludvigsson.
Dikutip dari CNN Indonesia (18/04/2020), Pemerintah Swedia memang hanya memberikan rekomendasi untuk menjaga jarak (physical distancing), bukan menerapkan lockdown.
Keputusan ini berbeda dengan mayoritas negara Eropa lainnya dan tak sedikit yang menganggapnya kontroversial.Walau terkesan santai, namun sebenarnya pemerintah Swedia memberikan tanggung jawab yang besar kepada penduduknya untuk membantu mengurangi penyebaran virus corona.Sebenarnya keputusan tersebut memiliki alasan yang kuat. Misalnya alasan tidak menutup sekolah adalah untuk menjaga kapasitas fasilitas kesehatan.
Baca Juga: Pusing Warganya Banyak yang Bandel, Italia Rekrut Ribuan Pengawas Physical Distancing
Baca Juga: Mengenal Ganglion, Tumor Jinak yang Sering Tumbuh di Area Sendi
Anders Tegnell, ahli epidemiologi Swedia, dalam wawancaranya dengan BBC (04/04/2020) menyampaikan bahwa jika sekolah ditutup maka kapasitas fasilitas kesehatan akan berkurang hingga 20 sampai 25%.