Find Us On Social Media :

Ternyata Donald Trump Sengaja Remehkan Covid-19; 'Saya Tidak Ingin Orang-orang Ketakutan'

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memakai masker untuk pertama kalinya, saat mengunjungi Rumah Sakit Militer Walter Reed di Bethesda, Maryland, AS, pada 11 Juli 2020 lalu.

GridHEALTH.id - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikenal sebagai salah satu pemimpin dunia yang sering meremehkan bahaya pandemi virus corona (Covid-19).

Namun baru-baru ini Donald Trump akhirnya membuat pengakuan terkait alasan sikapnya yang kerap meremehkan virus corona.

Baca Juga: 34 Daerah di Indonesia yang Kasus Covid-19 nya Mencolok, Sulawesi Tengah dan NTT Paling Kecil Jumlahnya

Kepada seorang jurnalis di awal pandemi, ia mengaku sengaja meremehkan bahaya krisis kesehatan akibat Covid-19 di Amerika Serikat meski bukti-bukti ilmiah jelas berkata sebaliknya.

"Saya ingin selalu meremehkannya," kata Trump kepada penulis Bob Woodward pada 19 Maret lalu, beberapa hari setelah dia menyatakan keadaan darurat nasional.

"Saya masih suka meremehkannya, karena saya tidak ingin membuat panik," ungkap Trump.

Baca Juga: Seorang Dosen Saat Mengajar dengan Cara Online Meninggal Dunia karena Covid-19, Mahasiswa/i-nya Tak Bisa Berbuat Banyak

Baca Juga: 6 Hari Setelah Menelan Baterai dengan Sengaja, Balita Bermata Cokelat Ini Meninggal Dunia

CNN akhirnya menyiarkan wawancara yang dilakukan Woodward dengan Trump untuk buku barunya Rage, pada Rabu (9/9/2020) kemarin.

Adapun buku tersebut akan dijual pada Selasa depan, hanya beberapa minggu sebelum pemilihan presiden 3 November mendatang.

Kini, buku tersebut muncul di tengah kritik terhadap upaya Trump untuk memerangi Covid-19 di AS.

Baca Juga: Pasca Penetapan PSBB Ketat Oleh Anies Baswedan Kepala Daerah Jabodetabek Kumpul, Sepakat Berbagi 'Beban' Demi Hentikan Penyebaran Virus Corona

Dalam perbincangan pada 19 Maret itu, Trump membeberkan kepada Woodward, beberapa fakta mengejutkan atas meningkatnya risiko Covid-19 di AS.

"Ini bukan hanya tua, lebih tua. Orang muda juga, banyak orang muda (yang terkena virus)," papar Trump, dikutip dari CNA, Kamis (10/9/2020).

"Faktanya, saya adalah pemandu sorak untuk negara ini. Saya mencintai negara ini dan saya tidak ingin orang-orang ketakutan," kata Trump di Gedung Putih kala itu.

"Kami telah melakukannya dengan baik dari standar apapun," tambahnya.

Baca Juga: Virus Corona Dapat Bertahan Lebih dari Sebulan di Tubuh Anak, AAP Wajibkan Anak-anak Dapat Vaksin Influenza pada Akhir Oktober

Dalam sebuah wawancara, CNN dan The Washington Post melaporkan, Trump sebenarnya mengetahui virus ini berbahaya sejak awal Februari.

"(Virus) itu mengudara, (Virus) itu selalu lebih keras daripada sentuhan. Kamu tidak perlu menyentuh sesuatu."

Baca Juga: Anies Baswedan Perbolehkan Ibadah Berjemaah, MUI Kembali Larang Masyarakat Lakukan Salat Jumat di Masjid

"Benar, tapi udara, kamu hanya perlu menghirup udara dan begitulah virus itu berlalu (menularkan)."

"Dan itu sangat rumit. Itu sangat rumit. Itu juga lebih mematikan daripada flu beratmu," kata Trump dalam rekaman wawancara 7 Februari lalu dengan Woodward.

Kemudian, seminggu setelah wawancara itu, Trump mengatakan pada briefing di Gedung Putih bahwa jumlah kasus virus corona di AS, dalam beberapa hari akan turun mendekati nol.

Baca Juga: Pemakaman Jakob Oetama Dipimpin Langsung Jusuf Kalla; Semoga Jadi Suri Tauladan Kita Semua

Setelah pengakuan ini terungkap, Woodward mendapat kritikan di sosial media lantaran menyembunyikannya.

Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press, Woodward membela diri dari kritikan itu.

"Dia mengatakan ini padaku, dan aku berpikir, 'Wow, itu menarik, tapi apakah itu benar?' Trump mengatakan hal-hal yang tidak tepat, bukan?," ujar Woodward dalam wawancara telepon.

Baca Juga: PSBB Total, Keluar Masuk Jakarta Dibatasi Harus Pakai SIKM Lagi? Ini Penjelasan dari Kemenhub

Sementara itu, diketahui akibat sikapnya itu Donald Trump harus menerima bahwa Amerika Serikat kini menjadi negara yang paling terdampak oleh pandemi COvid-19.

Berdasarkan data Worldometers terbaru, Jumat (11/9/2020), Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia yakni 6,587,788 orang.

Dari data tersebut 196,291 orang diantaranya dinyatakan meninggal, 3,877,705 orang dinyatakan sembuh, dan sisanya 2,513,792 masih harus mendapatkan perawatan.(*)

Baca Juga: Alami Meriang hingga Demam saat Menyusui, Zaskia Mecca Beri Semangat Para Ibu Menyusui: 'Wajib Belajar Soal Mastitis'

 #berantasstunting

#hadapicorona