Find Us On Social Media :

Simpang-siur Informasi Tentang Kegunaan Rapid Test dan PCR, Masih Ada yang Percaya Virus Corona Membawa Kematian Hanya pada Orang Sakit

Beredar informasi viral mengenai tes PCR dan rapid test.

Informasi lain yang menurutnya juga tidak tepat adalah keterangan terkait rapid test yang menyebut: “Jika antibodi muncul/reaktif dianggap ada virus atau bakteri.. Tapi gak tau itu virus/bakteri apa.. Itu sudah dianggap hasilnya positif”.

Tonang mengatakan, informasi itu juga salah.

“Antibodi terhadap suatu virus tentu timbul karena tubuh terinfeksi virus tersebut. Hasilnya disebut reaktif karena antibodi adalah hasil reaksi tubuh terhadap infeksi virus tersebut,” kata Tonang.

Ia menjelaskan, rapid test untuk Covid-19 diciptakan sebisa mungkin mampu mendeteksi antibodi yang muncul akibat Covid-19.

“Jadi rapid test itu memiliki probe yang menangkap hanya protein dengan susunan asam amino tertentu. Tentu dipilih susunan yang sekhas mungkin. Meskipun tadi ada beberapa virus yang memang sangat mirip seperti SARS dan MERS-CoV,” papar Tonang.

Baca Juga: Di Indonesia Ada Daerah Sengaja Kurangi Tes Covid-19, Demi Predikat Zona Hijau

Tonang juga mengatakan, pemeriksaan rapid test harus melihat latar belakang riwayat kesehatan, kondisi gejala, agar hasilnya makin akurat.

Ia juga meluruskan narasi yang menyebut bahwa orang yang menderita flu, jika menjalani rapid test hasilnya kemungkinan positif karena akan terdeteksi antibodinya.

“Memang masih ada kemungkinan cross-reaction dengan virus lain, tapi yang sangat mirip dengan Covid, yaitu SARS dan MERS-CoV. Yang memang dalam satu sub-genus sehingga banyak kemiripan diantara ketiganya,” ujar Tonang.