Find Us On Social Media :

Simpang-siur Informasi Tentang Kegunaan Rapid Test dan PCR, Masih Ada yang Percaya Virus Corona Membawa Kematian Hanya pada Orang Sakit

Beredar informasi viral mengenai tes PCR dan rapid test.

GridHEALTH.id - Semakin merbaknya virus corona (Covid-19), ternyata juga memicu munculnya beragam informasi mengenai penyakit ini.

Termasuk juga soal tes yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan virus corona yakni rapid test dan Polymerase Chain Reaction (PCR).

Bahkan beberapa waktu lalu sempat viral kembali informasi di media sosial Facebook yang menyebut bahwa rapid test ini adalah cek darah saja dan PCR hanya akan memberikan hasil tes positif jika ada virus baik itu mati atau hidup, tetapi tidak bisa menunjukkan jenis virusnya, termasuk virus corona.

Diketahui informasi itu sempat diunggah oleh akun Chici Rahmadhani pada 27 Mei 2020 lalu dan telah dibagikan ulang oleh lebih dari 480 akun.

Namun informasi ini kembali menjadi perbincangan setelah akun Facebook bernama Ahmad Hamid kembali membagikan tulisan tersebut pada Jumat 18 September 2020 kemarin.

Berikut informasi yang dibagikan selengkapnya;

“Rapid tes itu cek darah.. sedangkan covid-19 gak masuk ke darah. Rapid tes cuma cek antibodi reaktif / muncul atau non reaktif.. Bukan cek virus.

Baca Juga: Lewati Seminggu PSBB Ketat, Pakar Epidemiologi: 'Banyak Manfaatnya PSBB yang Dulu', Bagaimana Sekarang?

Baca Juga: Obat Herbal Afrika Akhirnya Dapat Dukungan Uji Klinis Dari WHO Untuk Atasi Covid-19

Jika antibodi muncul/reaktif dianggap ada virus atau bakteri.. Tapi gak tau itu virus/bakteri apa..

Itu sudah dianggap hasilnya positif. Orang flu kalo ikut rapid tes hasilnya kemungkinan positif karena antibodinya muncul..

Jadi hasil rapid tes positif blm tentu kena corona.

Itu hanya menunjukkan antibodinya reaktif/muncul.

PCR tes pun hanya menunjukkan keberadaan/adanya virus tp gak bisa tunjukkan itu virus apa dan juga gak bs membedakan antara virus hidup dan virus mati akibat sdh di bunuh sama antibodi kita.

Tes PCR akan memberikan hasil positif jika ada virus, entah itu virus hidup atau virus mati..

Baca Juga: Aneka Cara Manusia Bisa Hidup Abadi Menolak Mati, Sudah Dilakukan Sejak 1961 Hingga Saat Ini

Gak ada yang meninggal disebabkan MURNI HANYA krn virus corona..

Disebabkan krn terlalu bnyk bermacam² virus yg ada dlm tubuh shg antibodi kalah dan tidak mampu kalahkan virus yg terlalu bnyk dan bermacam² itu..

Jika ada ribuan yg meninggal itu menunjukkan sebelum adanya covid-19 banyak ribuan org sdh terjangkit virus..

Sehingga ketika kena covid kondisi semakin parah.. antibodi gak ngatasi lagi..

Jadi kemungkinan yg kata media bertambah bnyk yg kena diliat dari hasil rapid tes itu belum tentu kena covid-19.

Sekali lagi rapid tes cuma mendeteksi antibodi seseorang muncul/reaktif apa gak..

Sedangkan orang flu aja antibodinya pasti muncul/reaktif..

Jika di rapid tes hasilnya juga bisa positif.. Jadi waspada boleh.. Takut juga boleh.. Tapi gak perlu berlebihan sampai ketakutan akut/depresi.. Sebab itu akan mempengaruhi imun kita..

Baca Juga: Penularan Virus Corona Makin Meluas, Pemerintah Indonesia Tetap Belum Punya Laporan Hasil Tracing Secara Nasional

Melihat postingan tersebut, tentunya masyarakat cukup resah karena informasi yang dibagikan berbanding terbalik dengan anjuran pemerintah yang mewajibkan kedua tes Covid-19, baik itu rapid test maupun PCR.

Mengonfirmasi informasi yang beredar ini, Wakil Direktur Pendidikan dan Diklit sekaligus Jubir Satgas Covid-19 UNS/RS UNS, dr. Tonang Dwi Ardyanto sebenarnya sudah meluruskan informasi dalam tulisan tersebut.

Menurut Tonang, ada beberapa informasi salah dalam narasi informasi tersebut, ada pula yang perlu diluruskan.

Salah satu informasi salah, kata dr. Tonang, yang menyebutkan bahwa PCR hanya menunjukkan keberadaan virus, tetapi tidak menunjukkan jenis virusnya.

Baca Juga: Harga Vaksin Covid-19 Berbeda-beda, Kemenkes Buat Survei Patokan Harga Mulai dari Rp 50 Ribu

“Salah. PCR mendeteksi suatu urutan genetik yang khas untuk suatu virus. Maka bila PCR memberikan hasil positif, berarti benar ada materi genetik virus yang ditarget tersebut. Bukan virus yang lain,” kata Tonang, dilansir dari Kompas.com, Sabtu (6/6/2020).

Tonang menjelaskan, PCR mendeteksi RNA dari virus yang merupakan materi genetik virus. RNA yang dideteksi oleh PCR adalah mendeteksi urutan genetik yang khas untuk virus.

“RNA yang dideteksi oleh PCR bisa dari virus hidup, bisa juga dari virus yang sudah mati. Mengapa? Karena materi genetik memang masih ada beberapa saat setelah virusnya mati,” ujar Tonang.

Baca Juga: Nahasnya Masyarakat Indonesia, Warga Temukan Adanya Beras Plastik dalam Bansos dari Pemerintah

Informasi lain yang menurutnya juga tidak tepat adalah keterangan terkait rapid test yang menyebut: “Jika antibodi muncul/reaktif dianggap ada virus atau bakteri.. Tapi gak tau itu virus/bakteri apa.. Itu sudah dianggap hasilnya positif”.

Tonang mengatakan, informasi itu juga salah.

“Antibodi terhadap suatu virus tentu timbul karena tubuh terinfeksi virus tersebut. Hasilnya disebut reaktif karena antibodi adalah hasil reaksi tubuh terhadap infeksi virus tersebut,” kata Tonang.

Ia menjelaskan, rapid test untuk Covid-19 diciptakan sebisa mungkin mampu mendeteksi antibodi yang muncul akibat Covid-19.

“Jadi rapid test itu memiliki probe yang menangkap hanya protein dengan susunan asam amino tertentu. Tentu dipilih susunan yang sekhas mungkin. Meskipun tadi ada beberapa virus yang memang sangat mirip seperti SARS dan MERS-CoV,” papar Tonang.

Baca Juga: Di Indonesia Ada Daerah Sengaja Kurangi Tes Covid-19, Demi Predikat Zona Hijau

Tonang juga mengatakan, pemeriksaan rapid test harus melihat latar belakang riwayat kesehatan, kondisi gejala, agar hasilnya makin akurat.

Ia juga meluruskan narasi yang menyebut bahwa orang yang menderita flu, jika menjalani rapid test hasilnya kemungkinan positif karena akan terdeteksi antibodinya.

“Memang masih ada kemungkinan cross-reaction dengan virus lain, tapi yang sangat mirip dengan Covid, yaitu SARS dan MERS-CoV. Yang memang dalam satu sub-genus sehingga banyak kemiripan diantara ketiganya,” ujar Tonang.

Terakhir, informasi yang menurutnya tidak tepat adalah informasi yang mengatakan bahwa tidak ada yang meninggal hanya karena virus corona.

Tonang menjelaskan, ada pasien Covid-19 yang meninggal dengan dan tanpa riwayat komorbid.

Di India, tercatat angkanya mencapai 71 %. Artinya, ada pasien Covid-19 yang meninggal dunia tanpa komorbid atau penyakit penyerta.

Pesan ke masyarakat, jangan mudah percaya pada berita-berita yang mengklaim bahwa virus corona itu tidak ada. Yang benar virus corona nyata ada, sangat cepat penyebarannya dan bisa menyerang siapapun dengan atau tanpa penyakit, di segala usia, dan berisiko menyebabkan kematian.(*)

Baca Juga: IDI Dorong Tes PCR Sebanyak Mungkin, 'Ada Daerah Enggan Lakukan Tes Biar Terlihat Zona Hijau Terus'

 #berantasstunting #hadapicorona