Find Us On Social Media :

Studi: Di Antara Beragam Gejala Covid-19 yang Terus Bermunculan, Kehilangan Indra Pencium Jadi Gejala Paling Khas

Anosmia atau adanya gangguan indra penciuman menjadi gejala khas Covid-19, dimana seseorang tidak dapat membaui sesuatu.

 

GridHEALTH.id - Pada awal virus penyebab Covid-19 ini berjangkit, sejumlah gejala berupa batuk, demam dan sesak napas jadi pertanda yang patut diwaspadai.

Meskipun tak semua gejala tersebut mengarah pada infeksi virus corona. Terlebih, musim pancaroba boleh jadi membuat kondisi tubuh menurun dan menimbulkan gejala serupa.

Sebuah penelitian di Italia menemukan 64%dari 202 pasien dengan gejala ringan tercatat mengalami gangguan indra pencium.

Studi terhadap pasien Covid-19 di Italia menunjukkan anosmia atau hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa jadi gejala corona yang paling khas ditemukan. Penelitian pada Mei 2020 ini dipublikasikan di jurnal JAMA Network.

 Studi lain di Iran mendapati, 59 dari 60 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami gangguan dan distorsi indra penciuman. Hal ini sering dilaporkan pada kasus ringan atau bahkan tanpa gejala.

Melansir Times of India, merujuk studi skala luas pada Mei 2020 perihal temuan anosmia sebagai gejala corona paling khas, virus ini disebut menyerang indra penciuman dan memblokir fungsi vitalnya untuk sementara.

Baca Juga: Indera Penciuman yang Hilang Akibat Covid-19, Begini Cara Agar Hidung Kembali Mencium Bau

Baca Juga: Jawa Tengah Jadi Sorotan, Angka Kesembuhan Rendah Angka Kematian Tinggi

Tidak hanya pasien yang memiliki gejala, anosmia juga terjadi ada mereka yang asimptomatik atau tidak bergejala.

Berdasarkan National Health Service yang berpusat di Inggris, anosmia merupakan perubahan kondisi yang terjadi saat indra penciuman tak bisa mencium bau dan akan mempengaruhi persepsi rasa.

Selain kehilangan indra penciuman, anosmia bakal berdampak pada indra perasa sehingga bisa mempengaruhi nafsu makan dan kehidupan.

Mulai kini, disarankan untuk tak lagi menyepelekan anosmia. Bahkan pada kasus flu akut, gejala anosmia jarang terjadi. Pada Covid-19, anosmia bisa terjadi lebih parah tanpa ada hidung tersumbat.

Hal tersebut sejalan dengan studi skala kecil di Amerika Serikat. Arnold Monto, ahli epidemiologi di University of Michigan School of Public Health dan Carl Philpot, ahli THT (Telinga-Hidung-Tenggorok) di University of East Anglia meneliti perbedaan flu dan Covid-19.

Sebanyak 30 orang menjalani tes rasa dan bau. Mereka dibagi tiga kelompok antara lain 10 orang telah didiagnosis Covid-19, 10 orang menderita flu parah da 10 orang sehat.

Keduanya menemukan, kelompok dengan Covid-19 rentan mengalami kehilangan kemampuan mengecap dan membau.

Baca Juga: Cerita Seorang Pasien Covid-19 di Tangerang Selatan, Harus Talangi Dulu Tagihan Rumah Sakit Rp 584 Juta

Baca Juga: Breaking News ! Menteri Agama Fachrul Razi Positif Virus Corona

Sedangkan pada kelompok dengan flu parah tercatat hanya 4 orang yang tidak bisa mengenali bau dan rasa.

Diakui para peneliti studi ini memiliki kekurangan karena tidak ada alat deteksi anosmia yang sahih. Mereka juga meng ingatkan, anosmia bukan satu-satunya gejala yang musti diwaspadai tetapi bisa dijadikan deteksi dini sederhana di rumah. (*)