GridHEALTH.id - Vaksin Covid-19 buatan perusahaan farmasi China, Sinovac Biotech yang bekerja sama dengan PT Bio Farma kini terus menjalani masa uji coba.
Kendati demikian, baru-baru ini, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir memperkirakan harga vaksin untuk penanganan wabah virus corona (Covid-19) berada kisaran Rp 200.000 per dosis.
Baca Juga: Harga Vaksin Covid-19 Berbeda-beda, Kemenkes Buat Survei Patokan Harga Mulai dari Rp 50 Ribu
Adapun dosis vaksin yang dibutuhkan mencapai 340 juta.
Namun, ia mengatakan tahun depan telah ditargetkan Indonesia perlu melakukan vaksinasi kepada 170 juta penduduk.
Jumlah tersebut merupakan 70% dari total penduduk sesuai dengan petunjuk WHO untuk bisa mencapai herd immunity.
Meski kabar tersebut terdengar membanggakan, namun Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil belum lama ini membagikan berita buruk terkait vaksin Covid-19.
"Sesuatu yang tidak enak didengar. Tapi saya menyampaikan agar kita bersiap dengan proses yang panjang ini dari eksperimen, testing, produksi, distribusi, produksi, penyuntikan, dan lain-lain, kita doakan itu," ujarnya.
Ridwan Kamil menjelaskan kunjungan yang ke-4, atau dalam istilah medis disebut Visit 3 atau V3 itu adalah pengambilan darah dari para relawan, setelah dua kali penyuntikan dosis vaksin dilakukan.
"Setelah dua kali disuntik vaksin, seharusnya darah kami ini bereaksi. Setelah dua minggu ini bereaksi, yang harapannya adalah peningkatan antibodi, sesuai yang diharapkan ya mendekati 90% sehingga bisa dikategorikan yang kita sebut dengan memiliki imunitas terhadap Covid-19," kata pria yang akrab disapa Kang Emil.
Kang Emil juga mengatakan, pengambilan darah ini tidak bisa hanya dilakukan sekali, tapi dua kali.
Pengambilan darah yang kedua rencananya akan dilakukan bulan Desember 2020.
"Pengambilan darah yang kedua itu final. Setelah itu akan diteliti kemungkinan hasil akhirnya. Mohon doanya bahwa pengambilan darah pertama hasilnya bagus, dan pengambilan darah kedua Desember nanti juga hasilnya bagus, mengkonfirmasi kesuksesan vaksin," katanya.
Seharusnya, kata Kang Emil, baru setelah Desember itu akan ada dua kemungkinan, yakni mulai produksi vaksin atau tidak.
Baca Juga: Dinyatakan Sembuh, Presiden AS Donald Trump Sebut Dirinya Kebal Corona hingga Lanjutkan Kampanye
Berdasarkan prosedurnya, setelah Desember masih ada tiga bulan, sampai Maret, untuk pengecekan dampak kesehatan dari peserta uji klinis vaksin.
"Tapi karena urgensi dan emergensi Covid-19 ini luar biasa, kemungkinan sampai Desember ada kesimpulan. Kalau kesimpulannya baik, sambil berproses menuju Maret mungkin produksi vaksin yang kita lakukan bisa kita mulai di Bio Farma," katanya.
Ridwan Kamil mengingatkan warga agar mempersiapkan mental untuk berada dalam masa pandemi, yang menurutnya, masih akan berlangsung setidaknya hingga tahun depan.
Meski produksi vaksin kemungkinan dipercepat, menurut dia, proses vaksinasi diperkirakan akan memakan waktu hingga akhir 2021.
Ini berarti, masyarakat baru bisa hidup normal pada 2022.
Terlepas dari itu, Honesti mengakui pengadaan vaksin Covid-19 memang membutuhkan biaya yang besar.
Karena biaya tersebut dimanfaatkan untuk proses pengadaan bahan baku hingga produksi nantinya.
"Pada saat vaksin covid segera diproduksi, memang kita butuh biaya cukup besar. Karena pengadaan vaksin itu, mulai dari pembelian bahan baku sampai produksi itu memang kita membutuhkan asumsi," katanya. (*)
#hadapicorona