Find Us On Social Media :

Jadi Penyumbang Kematian Tertinggi Pasien Covid-19 di Indonesia, Peneliti Ini Gunakan Tembakau Sebagai Bahan Baku Vaksin Covid-19

Peneliti gunakan tembakau sebagai bahan baku pembuatan vaksin Covid-19

GridHEALTH.id-  Para peneliti menyebutkan bahwa perokok turt serta menyumbangkan kematian tertinggi pasien Covid-19 di Indonesia.

Hal ini diungkapkan oleh salah satu perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr N. Paranietharan saat Hari Tanpa Tembakau Sedunia Kementerian Kesehatan RI, Selasa (2/6/2020) lalu.

Baca Juga: WHO Sebut Jumlah Perokok Sumbang Kematian Tinggi Pasien Covid-19 di Indonesia

"Indonesia melihat adanya peningkatan kematian akibat Covid-19 yang luar biasa dibandingkan negara lain dan salah satu alasannya adalah kebiasaan merokok," ujarnya.

Terdapat penelitian dari menunjukkan dari 9.025 pasien Corona sekitar 17,8% yang perokok mengalami kondisi yang buruk.

Baca Juga: Gegara Kecanduan Kopi Prempuan 30 Tahun Harus Terima Kenyataan Tulangnya Seperti Nenek Usia 60 Tahun

Kendati hal tersebut terbukti nyata, namun baru-baru ini ada penelitian yang menggunakan tanaman tembaku sebaga bahan baku pembuatan vaksin Covid-19.

Dua perusahaan bioteknologi menggunakan tanaman tembakau (Nicotiana benthamiana) sebagai pabrik bio untuk menghasilkan protein kunci yang dapat digunakan dalam vaksin Covid-19.

"Ada ironi yang jelas di sini," kata James Figlar, wakil presiden eksekutif untuk penelitian dan pengembangan R.J Reynolds Tobacco, dikutip dari Kompas.com.

Ahli Ini R.J Reynolds Tobacco memiliki Kentucky BioProcessing, salah satu perusahaan yang mengerjakan vaksin Covid-19.

Baca Juga: Menteri Terawan Janji Pemerintah Bakal Tanggung Biaya Vaksin Virus Corona Untuk 2 Kelompok Masyarakat Ini

"Jika Anda sinis, silakan. Namun kita (sebagai produsen) melihat tembakau hanya sebagai tanaman," imbuhnya seperti dilansir NPR, Kamis (15/10/2020).

Vaksin bekerja mengelabui sistem kekebalan orang agar percaya bahwa ia telah terpapar virus sehingga dapat melawan virus jika terinfeksi.

Ada berbagai cara untuk membuat vaksin. Salah satunya adalah memasukkan sesuatu yang tampak seperti virus ke sistem kekebalan, tetapi tidak menular.

Itulah pendekatan yang digunakan Kentucky Bioprocessing.

Untuk membuat vaksinnya, perusahaan memulai menanam benih tembakau di rumah kaca.

Saat tanaman berumur kurang lebih 25 hari, mereka dicelupkan ke dalam larutan yang mengandung agrobakteria.

Ini adalah mikroorganisme yang menginfeksi tanaman.

Dalam hal ini, tanaman tembakau telah dimodifikasi untuk memuat instruksi agar bis membuat protein dari virus corona.

Baca Juga: Jangan Sampai Terkena Diabetes, Lakukan 4 Perubahan Gaya Hidup Sehat Ini

"Tujuh hari setelah terpapar agrobakteri, kami memanen tanaman, melalui proses ekstraksi dan pemurnian, dan di akhir siklus, kami memiliki 99,9 persen protein murni," kata presiden perusahaan Hugh Haydon.

Hasilnya, kata Haydon, adalah vaksin yang disuntikkan ke manusia dengan tujuan memicu respons kekebalan dan melindungi seseorang dari kematian akibat Covid-19.

Baca Juga: Dokter Sebut Puskesmas Jadi Penentu Pasien Covid-19 di Rumah Sakit atau Hotel Isolasi Mandiri

Padahal melalui laman resmi WHO, tembakau diketahui merupakan faktor risiko banyak infeksi saluran pernapasan dan meningkatkan keparahan penyakit pernapasan.

Sebuah tinjauan studi oleh para ahli kesehatan masyarakat yang diadakan oleh WHO pada 29 April 2020 menemukan bahwa perokok lebih mungkin mengembangkan penyakit parah dengan Covid-19, dibandingkan dengan bukan perokok.

Tembakau juga merupakan faktor risiko utama penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan, dan diabetes yang membuat orang dengan kondisi ini berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit parah saat terkena Covid-19.

Baca Juga: Kaki Pria Ini Bengkak Hingga 5 Kali Lipat, Penyebabnya Ternyata Gigitan Nyamuk 20 Tahun Silam

Baca Juga: Bukan Demonstran, 8 Polisi Ini Malah Positif Covid-10 Pasca Amankan Demo Tolak UU Cipta Kerja

WHO mendesak para peneliti, ilmuwan, dan media untuk berhati-hati dalam memperkuat klaim yang tidak terbukti bahwa tembakau atau nikotin dapat mengurangi risiko Covid-19. (*)

#hadapicorona