Find Us On Social Media :

#BijakGGL Baik untuk Tumbuh Kembang Janin, Kenali Perbedaan Garam Beryodium dengan Garam Lainnya

Ciri-ciri dan manfaat garam beryodium bagi ibu hamil

GridHEALTH.id -  Kata siapa ibu hamil tidak boleh mengonsumsi garam ataupun makanan asin?

Perlu dicatat, garam sangat bermanfaat bagi ibu hamil dan janin dalam kandungan.

Baca Juga: Bijak Konsumsi Gula Garam dan Lemak, Selalu Baca Lebel Fakta Nutrisi Sebelum Konsumsi Makanan

Kekurangan mineral dari garam rupanya dapat menyebabkan lahir mati, keguguran, atau perkembangan otak abnormal yang mengakibatkan cacat intelektual.

Meski begitu, ibu hamil tidak boleh sembarangan memilih garam.

Baca Juga: Hari Jomblo Sedunia 11 November, Awas Kesepian Berpotensi 50 Persen Lebih Mematikan daripada Obesitas!

Berdasarkan laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ibu hamil wajib mengonsumsi garam beryodium atau umum disebut garam meja, demi tumbuh kembang janin.

Garam ini sudah melewati banyak pengolahan sehingga mempunyai tekstur yang sangat halus dan juga sudah diperkaya dengan yodium.

Yodium penting untuk produksi hormon tiroid ibu dan janin yang mengatur perkembangan otak dan sistem saraf janin.

Kebutuhan yodium seorang wanita meningkat secara substansial selama kehamilan untuk memastikan suplai yang cukup untuk janin.

Baca Juga: Belasan Jemaah Umrah asal Indonesia Positif Covid-19, Pemerintah Langsung Lakukan Isolasi

 

Selama kehamilan, yodium mempertahankan fungsi normal tiroid, kelenjar di pangkal leher yang mengatur hormon yang mengendalikan metabolisme, detak jantung, suhu tubuh, dan fungsi inti tubuh lainnya.

Ibu hamil yang cukup mendapatkan yodium memastikan bahwa bayi mengembangkan tiroid yang sehat dan normal juga.

Janin yang kurang mendapatkan asupan yodium dapat menyebabkan IQ rendah, keterlambatan perkembangan, tuli, cacat lahir, kretinisme (pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat terhambat) dan (dalam kasus yang paling ekstrim) kematian.

Kendati demikian, ibu hamil perlu mengetahui takaran asupan garam per hari.

Menurut pedoman United States Department of Agriculture (USDA) dan The U.S. Department of Health and Human Services (HHS), rekomendasi takaran garam untuk ibu hamil adalah sekitar satu sendok teh sehari (6 gram) garam atau 2.400 miligram (mg) natrium.

Namun, untuk ibu hamil dengan riwayat hipertensi sebaiknya mengurangi takaran garam hingga 1.500 mg sehari.

Baca Juga: Sering Dialami Ibu Hamil, Akankah Kesemutan Sebabkan Masalah Kehamilan Serius?

Terlepas dari itu, ada perbedaan antara garam beryodium dengan jenis garam lainnya.

Menurut praktisi Garam Beriodium dari Nutrition International (NI), Rozy Afrizal Jafar, cara yang mudah untuk mendeteksi iodium menggunakan alat yang berisi amilum.

"Garam akan berubah menjadi ungu kalau memang mengandung iodium. Namun alat ini tidak bisa memantau 30 ppm atau tidak," ujarnya dikutip dari Tribunnews.com.

Ada satu tumbuhan yang bisa kita gunakan untuk membantu menguji ada tidaknya kandungan iodium pada garam, yakni singkong.

"Parut singkong, cairan (dari hasil parutan) diteteskan ke garam. Bila garam berubah jadi ungu berarti mengandung iodium," kata Rozy.

Baca Juga: Jangan Anggap Remeh! Madu Banten Palsu Sebabkan Sakit Jantung hingga Kematian

Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30-80 ppm.

Itulah beberapa penjelasan mengenai garam beryodium bagi ibu hamil.

Mulai sekarang, kita perlu meningkatkan kewaspadaan dan lebih bijak mengonsumsi gula, garam, dan lemak. (*)

Baca Juga: 3 dari 10 Penduduk Indonesia Mengonsumsi Gula Garam Lemak Berlebih Setiap Hari, Jakarta Separuhnya

#bijakGGL #hadapicorona