GridHEALTH.id - Pandemi virus corona (Covid-19) dilaporkan telah merenggut dua dari 11 orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Jawa Barat.
Hal itu disampaikan langsung oleh Koordinator Perencanaan dan Monev KPA Jawa Barat, Sanding Bayu saat memberikan keterangan pers seperti dilansir dari TribunJabar.id (1/12/2020).
Menurutnya kedua ODHA tersebut meninggal diduga karena tidak mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) untuk mencegah penyebaran HIV dalam tubuh.
"Kena komorbid atau memiliki penyerta dari HIV. Yang 11 orang ini kita lacak lagi kontak eratnya. Memang belum dapat secara langsung, ini juga berdasarkan laporan dari kabupaten kota seperti itu. Tapi belum dilacak sejauh mana untuk teman-teman ODHA ini," kata Sanding.
Diketahui menunrut drugs.com, ARV sendiri merupakan obat untuk perawatan infeksi oleh retrovirus, terutama HIV.
Namun perlu diingat bahwa obat ARV ini tidak membuat seseorang sembuh dari HIV/AIDS.
Baca Juga: Ibu Hamil Dengan Diabetes Tak Perlu Panik, Begini Mengendalikannya
Baca Juga: Dampak Negatif yang Terjadi Pada Tubuh Jika Sering Minum Kopi Sebelum Sarapan
Penggunaan obat ini dilakukan dengan cara mengonsumsi beberapa obat ARV yang digabungkan alias kombinasi atau disebut terapi antiretroviral (ART).
Sejauh ini, terapi pengobatan inilah yang paling memungkinkan membuat sistem kekebalan tubuh ODHA tetap sehat.
Sama halnya dengan penyakit lain, obat ARV ini juga memiliki efek samping yang mungkin muncul setelah dikonsumsi seperti Diare, mual, muntah, mulut kering, kerapuhan tulang, kadar gula darah tinggi, kadar kolesterol abnormal, kerusakan jaringan otot (rhabdomyolysis), penyakit jantung, pusing, sakit kepala, sulit tidur, dan tubuh terasa lelah.
Meski begitu, obat ARV ternyata mampu membuat sistem kekebalan tubuh ODHA menjadi lebih baik, dengan catatan harus di minum secara kombinasi dan harus dijalani seumur hidup.
Lebih lanjut, terkait kasus ODHA di Jawa barat, Sanding mengatakan distribusi ARV memang sempat terkendala pandemi di pertengahan tahun.
Baca Juga: Bersepeda Road Bike Lebih Aman Bagi Kesehatan, Jangan Lupa Gunakan Heart Indicator
Selain itu, kata Sanding, sejumlah ODHA sempat merasa khawatir untuk mengambil obat ARV secara langsung ke tempat pelayanan kesehatannya.
"Sebagai antisipasi, kita akhirnya membuat sebuah kegiatan, teman-teman ODHA tidak mengambil obat langsung di layanan. Kita bekerja sama dengan pendamping teman sebaya untuk membantu teman-teman ODHA mengambil obat, untuk memeriksa dirinya kalau perlu lewat telemedis," ujar Sanding.
Baca Juga: Jawa Tengah Jadi Daerah Tertinggi Kasus Covid-19, Akankah Diberlakukan PSBB Total?
Jika ada keluhan, katanya, ODHA baru diharuskan ke pusat layanan secara langsung.
Namun dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, katanya, semua ODHA kini bisa mendapat layanan kesehatan seperti biasa.
"Karena di awal, teman-teman ODHA khawatir kalau mengambil obat ke rumah sakit, takutnya pulang-pulang terpapar virus," katanya.
Baca Juga: Masuki Bulan Desember, Puncak Corona Belum Terlihat, Epidemiolog: 'Bisa Terjadi Tahun Depan'
Seiring dengan masa adaptasi kebiasaan baru, kata Sanding, distribusi ARV dari pemerintah pusat kembali normal. Sebelumnya pada pertengahan tahun, ODHA kesulitan mengakses obat ARV tersebut.
"Saat awal Covid-19 ada permasalahan distribusi, walaupun memang dari pusat sendiri ketersediaan ARV sudah ada. Alhamdulillah sekarang sudah lancar. Waktu kemarin awal-awal pun akses ODHA ARV sebenarnya tidak ada masalah," katanya.
Baca Juga: Canggih, Hanya Dalam 5 Menit Alat Tes PCR Buatan Singapura Bisa Deteksi Keberadaan Virus Corona
Hingga September 2020, tercatat 48.219 orang hidup dengan HIV di Jabar. Tercatat juga sebanyak 11.462 orang berstatus AIDS dari seluruh kabupaten kota di Jawa Barat.
KPA Jabar pun merilis dalam akun media sosialnya, dari Januari hingga Juni 2020, dari 136.377 ibu hamil yang dites HIV, 389 di antaranya dinyatakan terinfeksi HIV.(*)
Baca Juga: #BijakGGL, Es Teh Manis Minuman Favorit Kala Udara Panas Menyengat, Tapi Tanpa Sadar Ini 5 Bahayanya
#berantasstunting
#hadapicorona
#bijakGGL