GridHEALTH.id - Asam Urat adalah sebuah penyakit krnonis yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia.
Melansir Buku Asam Urat (2009) oleh dr. Nyoman Kertia, Sp.PD-KR, penyakit sendi akibat asam urat bisa termasuk penyakit akut dan bisa juga digolongkan sebagai penyakit kronis.
Baca Juga: Untuk Siapa Jutaan Dosis Vaksin Pesanan Pemerintah yang Sudah Tiba di Tanah Air?
Saking banyaknya, penyakit kronis asa, urat sudah dianggap penyakit biasa. Biasa terjadi pada lansia.
Padahal tidak seperti, asam urat bisa dialami oleh orang muda juga.
Mereka yang mengalami penyakit asam urat ini, akan merasakan sakit yang luar biasa pada persendiannya, hingga bengkak.
Biasanya dirasakan di kaki atau pergelangan kaki, dengan ciri-ciri kulit terasa lebih lembut, pembengkakan dan kemerahan.
Nyeri sendi ini disebabkan oleh tusukan kristal-kristal tajam yang terbentuk akibat penumpukan zat asam urat. Melansir Buku Resep Mudah Tetap Sehat (2009) oleh Dr. Handrawan Nadesul, kadar asam urat tinggi dalam darah (hiperurisemia) secara garis besar bisa terjadi karena tiga hal, yakni:
Baca Juga: Konsumsi Gula Berlebih Bikin Kesehatan Kulit Terganggu, Picu Penuaan Dini
- Metabolisme protein dalam tubuh terganggu- Kemampuan ginjal membuang asam urat yang berlebih dalam darah sudah menurun- Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi.
Peningkatan kadar asam urat dalam aliran darah disebabkan oleh berbagai faktor.
Tidak sedikit di antaranya merupakan kecenderungan genetik, yang mengarah ke cacat ginjal yang mengganggu pengeluaran asam urat dalam urine.
Satu hal yang musti diketahui, gejala asam urat dan autoimun sekilas sama.
Keduanya penyakit yang sama-sama menyerang persendian tubuh.
Baca Juga: Tata Cara Pencoblosan di TPS yang Aman Sesuai Protokol Kesehatan, Cegah Virus Corona
Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Nyoman Kertia menyampaikan pemaparan tentang hal-hal yang perlu diketahui masyarakat tentang penyakit rematik asam urat dan autoimun.
"Kedua penyakit itu memang sama-sama menyerang persendian tubuh," paparnya dalam seminar daring bertajuk “Mengenal Penyakit Rematik Asam Urat dan Autoimun serta Penanganannya” yang digelar Ikatan Remautologi Indonesia cabang Yogyakarta.
Melansir laman resmi UGM, Prof. Nyoman menjelaskan bahwa asam urat dan autoimun memiliki gejala yang berbeda.
Ia menyatakan bahwa kedua penyakit itu memang sama-sama menyerang persendian tubuh, namun untuk asam urat cenderung hanya menyerang sebagian persendian, umumnya di jari-jari kaki.
Baca Juga: Dehidrasi Bisa Bikin Miss V Jadi Kering, Wanita Perlu Waspadai Risikonya
Sementara Autoimun menyerang lebih menyeluruh persendian di tubuh.
“Penyakit yang menyerang persendian ini bisa diderita oleh seseorang yang sering mengonsumsi makanan mengandung purin.
Hal itu seperti jeroan, otak, kacang-kacangan, kobis, kangkung, emping, durian, dan nanas,” terangnya.
Sementara untuk Autoimun, Nyoman menyebut juga disebabkan faktor dari dalam, seperti etnis, genetik, dan gender (wanita lebih rawan).
Kemudian, faktor dari luar, yakni lingkungan (cahaya matahari, bahan kimia, dan infeksi virus atau bakteri).
Untuk penanganannya, Nyoman mengungkapkan bahwa obat untuk kedua penyakit sudah ditemukan.
Baca Juga: Manajer Uji Klinis Unpad; 'Efektivitas Vaksin Covid-19 Sinovac di Indonesia Belum Diketahui'
Namun, untuk Autoimun memang cenderung lebih lama dan agak susah penyembuhannya, utamanya untuk jenis turunan lupus.
“Rematik yang disebabkan oleh dampak penyakit lain lebih mudah diobati. Semisal kanker, maka kankernya diperbaiki maka akan sembuh dengan sendirinya,” terangnya.(*)
Baca Juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Baru Sinovac Sudah Tiba di Indonesia, Tapi Bayi Tetap Paling Rentan
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Sebagian dari artikel ini telah publish di Kompas.com dengan judul "Pakar UGM: Ini Beda Nyeri Sendi akibat Asam Urat dan Autoimun"