Find Us On Social Media :

Heboh Berita Mati Suri Paramitha Rusaday, Ini Fakta Sebenarnya

Paramitha Rusady saat menceritakan pengalaman mati suri, saat melahirkan putranya.

GridHEALTH.id - Setelah publish tayangan YouTube TRANS TV Official pada Selasa (15/12/2020) di Youtube, ramau pemberitaan mengenai Paramitha Rusady yang mengalami mati suri.

Dalam acara itu memang dihadirkan artis cantik senior Paramitha Rusady.

Baca Juga: Resmi Berikan Vaksin Covid-19 Gratis, Jokowi: 'Saya Akan Menjadi yang Pertama Divaksin'

Dalam kesempatan itu pula Mitha, sapaan akrabnya, menceritakan pengalamannya mengalami mati suri atau koma karena jantungnya secara bertahap melemah.

Dirinya pun menceritakan apa yang dirasakannya saat mengalami hal tersebut selama lima hari.

"Ya, mereka sih nganggepnya itu koma ya. Jadi, kalau dibilang mati suri ya enggak tahu. Tapi, mengalami proses yang begitu sulit," tukas Paramitha Rusady.

"Enggak tahu apa-apa, kayak lemes. Kayak long trip aja gitu, anggap kayak naik mobil balap, begitu," sambungnya.

Apa yang diceritakan Mitha bukan mengada-ngada.

Baca Juga: Teh Pisang Minuman yang Bisa Membuat Mudah Tidur dan Nyenyak

Kejadian itu benar adanya, terjadi pada 24 Mei 2007 lalu saat Mitha bertaruh nyawa untuk melahirkan Adrian Tegar Maharaja Bago.

"Saya pernah melahirkan dalam keadaan mati suri. Waktu itu pilihannya hidup atau mati," tutur Paramitha Rabu, 3 Desember 2014 lalu melansir dari NOVA.id.

Baca Juga: Kabar Gembira, Jokowi Gratiskan Vaksin Covid-19: 'Tidak Ada Alasan Masyarakat Tidak Dapat Vaksin!'

"Jadi, pendarahan dan waktu itu dokternya cuma satu karena subuh jam 5 pagi, darahnya udah kayak air mancur gitu. Dokter-dokter lain belum datang, panik banget mereka pada saat itu," jelas Paramitha Rusady.

"Terus akhirnya udah di kondisi, ini pilih ibunya atau anaknya, gitu. Terus, bingunglah keluarga kan. Tapi, alhamdulillah tim dokter itu dateng semua, terus mereka sama-sama ngejahit segala macem, karena udah kayak kebuka," tutur Paramitha Rusady.

"Kakakku udah pingsan, Kak Uli udah pingsan. Jadi, susah banget, ini panjang nanti bisa 7 episode," seloroh Paramitha Rusady.

"Terus pada akhirnya, koma selama 4-5 hari. Terus sempet yang lainnya itu, up and down kalau masih ada detak jantung. Tadinya berdetak, lama-lama udah lemah.

Baca Juga: Wiku; Karena Pilkada 2020 Angka Testing Covid-19 Nasional Turun Signifikan, Jauh Dari Standar WHO

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di Frontiers Research of Neuroscience tahun 2017, Charlotte Martial dari University Liège di Belgia dan timnya mengumpulkan beragam pengalaman orang-orang yang pernah mengalami mati suri atau Near Death Experience.

Secara total, Martial dan timnya berhasil mengumpulkan 154 kisah mati suri dari 154 orang yang berbeda.

Baca Juga: Kaleidoskop 2020: 6 Cara Penyebaran Virus Corona dari Tubuh Manusia, Ada yang Tak Masuk Akal

Dari seluruh responden ini, 80 persen melaporkan merasakan kedamaian saat mati suri, 69 persen melihat cahaya terang dan 64 persen menemui roh-roh orang yang sudah meninggal.

Sebaliknya, pengalaman yang paling jarang dirasakan adalah pikiran yang lebih cepat (5 persen) dan penglihatan masa depan (4 persen).

Sepertiga dari responden juga mengaku mengalami sensasi pemisahan roh dan akhirnya kembali lagi ke tubuh.

"Ini menunjukkan bahwa pengalaman mendekati kematian selalu bermula dari keluar dari tubuh fisik dan berakhir saat kembali lagi," kata Martial, seperti dikutip Science Daily, 26 Juli 2017 lalu.

Dalam Journal of Royal Society of Medicine menyebutkan bahwa fenomena mati suri atau sering disebut dengan lazarus merupakan fenomena meninggalnya seseorang dalam waktu tertentu dan bangkit kembali dalam keadaan normal.

Baca Juga: 4 Alasan Utama Mengapa Setelah Menikah Jangan Menunda Kehamilan

Fenomena mati suri digambarkan sebagai tertunda atau berhentinya aktivitas jantung terkait dengan upaya pernapasan yang signifikan setelah serangan jantung.

Penyebab mati suri ini biasanya dikarenakan oleh:

Baca Juga: Makanan Anti Covid-19 Untuk Anak, Bisa Tekan Kenaikan Kasus Infeksi yang Kini Tertinggi di Asia Pasific

- Hiperkalemia bisa menghambat kembalinya aktivitas jantung dan paru yang sempat terhenti atau return of spontaneous circulation (ROSC).

- Hipotermia yang menyebabkan detak jantung dan denyut nadi menjadi sangat lemah karena pengaruh suhu udara yang dingin.

- Pemberian resusitasi jantung paru (RJP) atau disebut juga dengan cardiopulmonary resuscitation (CPR), biasanya dilakukan kepada orang-orang yang mengalami henti jantung serta tidak mampu bernapas secara normal.(*)

Baca Juga: Jelang Libur Akhir Tahun, Pemerintah Berencana Tambah Ruang Inap Covid-19

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL