Find Us On Social Media :

Gangguan Pencernaan adalah Gejala Dini Infeksi SARS-CoV-2 Penyebab Covid-19

Cemaran tinja pasien Covid-19 bisa saja menyebarkan virus corona.

GridHEALTH.id - Ketahuilah, diare dan gejala gastrointestinal lainnya sering ditemukan pada pasien CovidD-19.

Hal ini dikarenakan infeksi virus menyebabkan perubahan permeabilitas usus, mengakibatkan disfungsi enterosit.

Baca Juga: Tinggal Seminggu Lagi, Menkes Budi Minta Faskes Daftar Aplikasi P-Care BPJS Kesehatan agar Dapat Layani Vaksinasi Covid-19

Ketika tim peneliti menyelidiki, apa yang ditimbulkan virus korona lain, ditemukan diare adalah gejala yang sering terjadi pada sindrom pernapasan akut yang parah.

Masalah usus juga dikaitkan dengan tingkat keparahan infeksi.

Pasien dengan diare mengalami peningkatan kebutuhan akan bantuan pernapasan dan perawatan intensif.

SARS-CoV juga diidentifikasi dalam biopsi kolon ileum.

Baca Juga: Hasil Rapid Test Antigen Negatif Bukan Jaminan Aman dari Covid-19, Begini Baiknya

Hal yang sama ditemukan pada kasus sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).

Penelitian menunjukkan adanya diare antara 14% dan 50% dari kasus yang diketahui.

Melansir PMC, US National Library of Medicine National Institure of Health, dalam artikel ilmiahnya yang berjudul 'Gastrointestinal symptoms associated with COVID-19: impact on the gut microbiome,' diketahui kasus pertama yang mengaitkan masalah pencernaan dengan COVID-19, diperoleh dari pasien di Wuhan, China.

Baca Juga: Dulu Dikawal Polisi saat Joging, Cucu Konglomerat Ini Rela Beli Seluruh Kursi Pesawat Hanya untuk Dirinya demi Terhindar dari Covid-19

204 pasien Covid-19 yang datang ke tiga rumah sakit menunjukkan bahwa mayoritas pasien Covid-19 memiliki gejala pernapasan yang khas.

Juga banyak pasien yang terinfeksi virus corona mengeluhkan gejala pencernaan, seperti diare.

Dalam kasus tersebut tidak ada bukti kemanjuran obat antidiare.

Baca Juga: Inilah Dawa PH7, Herbal Temuan Ustaz Adi Hidayat Yang Dianggap Mampu Mengobati Pasien Covid-19

Penanganannya yang sukses adalah dengan rehidrasi dan pemantauan kalium yang memadai seperti pada semua pasien Covid-19.

Jadi jika seseorang mengalami diare harus dicurigai kemungkinan infeksi SARS-CoV-2 dan harus diselidiki untuk mencapai diagnosis awal COVID-19.

Faktor ini harus dipertimbangkan ketika mencurigai apakah pasien terinfeksi, daripada menunggu gejala pernapasan muncul.

Baca Juga: Gilang Dirga Pisah Rumah dengan Adiezty Ferza, Kehilangan Kemampuan Mencium

Pasien Covid-19, khususnya mereka dengan gejala pencernaan, bertahan lama sejak awal masuk rumah sakit, walau dengan hasil klinis yang lebih buruk, dibandingkan dengan pasien yang tidak menderita gejala ini.

Baca Juga: Menkes Janjikan Vaksinasi Covid-19 Beres dalam 3,5 Tahun, Jokowi: 'Saya Tawar Kurang dari Setahun Harus Selesai'

Pun, pasien dengan gejala gangguan pencernaan memiliki waktu rata-rata 9 hari dari permulaan gejala, hingga masuk rumah sakit.

Sementara pasien dengan gejala pernapasan memiliki waktu masuk 7,3 hari.

Penting juga diketahui, dari hasil peneltian ditemukan pasien dengan gejala gangguan pencernaan menunjukkan manifestasi klinis seperti anoreksia, diare, muntah, atau sakit perut.

Baca Juga: Cara Bedakan Sakit Tenggorokan Biasa Dengan Infeksi Virus Corona, Ini Cirinya

Dalam studi lain terhadap 206 pasien dengan tingkat keparahan COVID-19 yang rendah, termasuk 48 yang menunjukkan gejala gangguan pencernaan saja, menunjukkan bahwa pasien dengan gejala gastrointestinal lebih lama durasi antara onset gejala dan pembersihan virus dan virus tinja positif dibandingkan dengan gejala pernapasan.

Gejala gastrointestinal akibat infeksi Covid-19 pun disertai dengan peradangan atau kerusakan usus.

Baca Juga: Masalah Pencernaan Menjadi Gejala Covid-19, Waspadai Tanda-tanda Ini

Kehilangan integritas penghalang usus dan mikroba usus yang dapat mengaktifkan sel imun bawaan dan adaptif untuk melepaskan sitokin proinflamasi ke dalam sistem peredaran darah, yang menyebabkan peradangan sistemik.

Satu hal yang harus diketahui, infeksi SARS-CoV-2 dalam tinja individu tanpa gejala menyiratkan bahwa Covid-19 dapat ditularkan melalui jalur tinja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar calprotectin tinja pada pasien dengan Covid-19 menambah bukti bahwa SARS-CoV -2 menyebabkan respons inflamasi di usus.

Oleh karena itu, diare inflamasi terkait COVID-19 dikaitkan dengan penurunan tingkat RNA SARS-CoV-2 tinja.

Baca Juga: Apa yang Disembunyikan China? Dirjen WHO Tedros Kecewa Timnya Tak Bisa Masuk Untuk Mengusut Asal Muasal Virus Corona di Wuhan

Tapi kerusakan usus dapat bermanifestasi setelah gejala pernapasan muncul. Hal ini mungkin ada peran patogen dari SARS- CoV-2 pada sistem gastrointestinal.

Di Zheijiang (China), terdeteksi setengah dari pasien Covid-19 dinyatakan positif untuk reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) dalam tinja mereka, dan disbiosis mikroba usus juga teridentifikasi.

Baca Juga: NIK Tak Masuk Daftar Penerima Vaksin Covid-19, Jokowi Pastikan Akan Divaksinsi 13 Januari

Analisis lain yang dilakukan dari 17 penelitian di China, Amerika Serikat, dan Singapura juga mendeteksi SARS-CoV-2 RNA pada spesimen tinja pasien dengan rata-rata 43%.(*)

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL