Find Us On Social Media :

World Cancer Day 2021, Di Indonesia Kanker Usus Besar Banyak Diderita Usia Muda

Kurang serat dan banyak konsumsi makanan siap saji meningkatkan risiko kanker kolorektal di kalangan usia muda.

GridHEALTH.id - Hari Kanker Sedunia atau World Cancer Day diperingati pada tanggal 4 Februari setiap tahunnya. Di 2021, Hari Kanker Sedunia jatuh pada hari ini, Kamis (4/2/2021).

Dikutip dari uicc.org, Hari Kanker Dunia adalah satu inisiatif tunggal di mana seluruh dunia dapat bersatu dalam memerangi epidemi kanker global.

Hari Kanker Dunia bertujuan untuk menyelamatkan jutaan kematian yang dapat dicegah setiap tahun dengan meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang kanker.

Selain itu juga untuk menekan pemerintah dan individu di seluruh dunia untuk mengambil tindakan melawan penyakit tersebut.

Adapun rema Hari Kanker Sedunia 2021 adalah "I Am and I Will". Hari Kanker Dunia merupakan inisiatif yang dipimpin oleh Union for International Cancer Control (UICC).

Hari Kanker Dunia dimulai tahun 2000 pada KTT Dunia Melawan Kanker pertama, yang diadakan di Paris.

UICC mendirikannya untuk mendukung tujuan Deklarasi Kanker Dunia, yang ditulis pada tahun 2008.

Di Indonesia, bicara tentang kanker, setelah kanker payudara dan kanker serviks maka kanker kolorektal atau kanker usus besar, sekarang menempati urutan nomor 3 (GLOBOCAN 2012).

Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan/atau rektum (bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus).

Dari data Globocan 2012, insiden kanker kolorektal di Indonesia adalah 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan mortalitas 9,5% dari seluruh kasus kanker.

"Karakteristik penderita kanker kolorektal di Indonesia agak berbeda dengan di negara maju. Di Indonesia, 51% dari seluruh penderita berusia di bawah 50 tahun dan pasien di bawah 40 tahun berjumlah 28.17%.

Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab kematian kedua terbanyak (terlepas dari gender) di Amerika Serikat, " kata Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, FINASIM, FACP, Konsultan Hematologi Onkologi Medik FKUIRSCM pada "Virtual Media Briefing yang berjudul  Apa dan Bagaimana Personalised Medicine Dalam Kanker Kolorektal" yang diselenggarakan oleh Eugenia Communications (26/01/2021).

Data WHO memperkirakan ada 1.849.518 kasus baru KKR dan 880.792 kematian terkait KKR pada tahun 2018.

Studi terbaru menemukan bahwa negara berkembang, khususnya di Asia, insiden kanker cenderung meningkat.

Tingkat kejadian kanker seperti paru-paru dan kolorektal di beberapa negara Asia telah melampaui negara-negara Barat.

 

Perubahan ini mungkin karena adopsi gaya hidup terkait kanker seperti merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, obesitas dan diet tinggi lemak dan rendah serat.

Ada juga faktor risiko lingkungan dan pekerjaan seperti polusi udara, asap dalam ruangan dari penggunaan bahan bakar padat rumah tangga; dan terkontaminasi suntikan dalam perawatan kesehatan

Gejala kanker kolorektal seringkali dirasakan oleh pasien ketika kanker sudah berkembang jauh.

Jenis gejalanya tergantung kepada ukuran dan lokasi tumbuhnya kanker. Beberapa gejala yang dapat muncul diare atau sembelit, buang air besar yang terasa tidak tuntas, darah pada tinja, serta mual dan muntah.

Perut juga terasa nyeri, kram, atau kembung, tubuh mudah lelah dan berat badan turun tanpa sebab yang jelas.

Secara global, kanker kolorektal merupakan jenis kanker ketiga paling banyak pada laki-laki, dan jenis kanker kedua paling banyak pada wanita.

Lebih dari 86% pasien yang didiagnosis dengan kanker kolorektal berusia kurang dari 50 tahun dan asimptomatik.

Secara keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker kolorektal adalah 1 dari 20 orang (5%). Risiko penyakit cenderung lebih sedikit pada wanita dibandingkan pada pria.

Banyak faktor lain yang dapat meningkatkan risiko individu untuk terkena kanker kolorektal. Beberapa faktor yang dapat memicu kanker kolorektal, yaitu:

- Usia. Risiko kanker kolorektal akan meningkat seiring bertambahnya usia. Lebih dari 90% kasus kanker kolorektal dialami oleh seseorang berusia 50 tahun atau lebih.

-Riwayat penyakit. Seseorang dengan riwayat penyakit kanker atau polip kolorektal lebih berisiko terserang kanker kolorektal.

Begitu juga seseorang dari keluarga yang pernah mengalami penyakit kanker atau polip kolorektal.

- Penyakit genetik. Seseorang dengan penyakit yang diturunkan dari keluarga, seperti sindrom Lynch, berisiko tinggi mengalami kanker kolorektal.

-Radang usus. Kanker kolorektal berisiko tinggi menyerang penderita kolitis ulseratif atau penyakit Crohn.

- Gaya hidup. Kurang olahraga, kurang asupan serat dan buah-buahan, konsumsi minuman beralkohol, obesitas atau berat badan berlebih, dan merokok meningkatkan risiko kanker kolorektal.

- Menjalani radioterapi. Paparan radiasi pada area perut meningkatkan risiko kanker kolorektal. (*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL