Find Us On Social Media :

Statistik WHO, Kanker Payudara Paling Sering Terjadi Secara Global

Secara global statistik WHO menyebutkan angka kanker payudara jadi tertinggi di dunia. Skrining payudara sejak usia 30-an bisa menjadi penyelamat terhindar kanker ini.

GridHEALTH.id - Menurut statistik terbaru yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker payudara secara resmi mengambil alih kanker paru-paru sebagai bentuk penyakit yang paling umum, terhitung hampir 12% dari kasus baru.

"Untuk pertama kalinya, kanker payudara sekarang merupakan kanker yang paling sering terjadi secara global,"kata Andre Ilbawi, seorang spesialis kanker konsultan di WHO, dikutip dari laman www.who.int pada 08 Februari 2021.

Kanker paru-paru telah menjadi jenis yang paling umum selama dua dekade terakhir, tetapi sekarang berada di urutan kedua, di depan kanker kolorektal, yang merupakan yang ketiga paling luas, kata Ilbawi.

Diperkirakan 2,3 juta kasus baru kanker payudara didiagnosis tahun lalu, mewakili 11,7% dari semua kasus kanker.

"Di antara wanita, kanker payudara adalah kanker yang paling sering didiagnosis dan penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh dunia," tambahnya.

Ilbawi mencatat bahwa obesitas pada wanita adalah faktor risiko umum kanker payudara, dan juga mendorong angka kanker secara keseluruhan.

Baca Juga: Nyeri di Payudara, Benarkah Tanda Awal Kanker Payudara? Ini Faktanya

Baca Juga: Ilmuwan Inggris Berhasil Identifikasi, Dunia Hadapi 4.000 Varian Virus Corona Penyebab Covid-19

Seiring pertumbuhan populasi global dan harapan hidup meningkat, kanker diperkirakan akan menjadi lebih umum, meningkat menjadi sekitar 30 juta kasus baru per tahun pada 2040 dari 19,3 juta pada 2020, kata Ilbawi.

Berdasarkan penilaian ini, semakin penting untuk meningkatkan kesadaran akan kanker, terutama kanker payudara karena skrining masih relatif di belakang standar optimal, dan orang harus diajari dasar-dasar jenis kanker, skrining, dan perawatannya.

 

WHO, memperingatkan terhadap faktor risiko, mengatakan bahwa sekitar sepertiga kematian akibat kanker disebabkan oleh penggunaan tembakau, indeks massa tubuh yang tinggi, asupan buah dan sayuran yang rendah, kurangnya aktivitas fisik, dan penggunaan alkohol.

Baca Juga: Pemanis Buatan Tetap Berisiko Munculkan Diabetes dan Obesitas

Baca Juga: Memulai Menstruasi Lebih Awal Mudah Alami Depresi Saat Dewasa

Pandemi virus corona telah mengganggu pengobatan kanker di sekitar setengah negara yang disurvei, kata Ilbawi, menunjuk pada penundaan diagnosis, petugas kesehatan berada di bawah tekanan esktrem dan kelehan, serta penelitian yang terkena dampak. (*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL