Find Us On Social Media :

Konon Berikan Kekebalan Seumur Hidup, Epidemiolog Minta Vaksin Nusantara Buatan Terawan Dihentikan: 'Sebaiknya Tidak Didanai Pemerintah'

Epidemiolog Minta Vaksin Nusantara Buatan Terawan Dihentikan

GridHEALTH.id -  Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto belakangan ini menjadi sorotan publik.

Tak lagi diam, Terawan muncul dengan gebrakan baru, yaitu Vaksin Nusantara yang diklaim dapat melawan virus corona.

Baca Juga: Terawan Ciptakan Vaksin Nusantara seharga Kurang dari Rp 200 Ribu: 'Sekali Suntik untuk Seumur Hidup', Buktikan Taat pada Jokowi

Bukan hanya itu, Vaksin Nusantara buatan Terawan yang akan dibanderol kurang dari Rp 200 ribu itu konon akan memberikan kekebalan seumur hidup dalam sekali suntik.

Kendati demikian, beberapa ahli meminta untuk menghentikan pengerjaan Vaksin Nusantara tersebut.

Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memberhentikan perizinan Vaksin Nusantara.

Baca Juga: Komplikasi Serius karena Asam Lambung, Artis Sheila Marcia Kukunya Membiru Langsung Dilarikan ke IGD Rumah Sakit

"(Vaksin Nusantara sebaiknya) tidak didanai oleh pemerintah dan dihentikan oleh BPOM bila ada aturan yang tidak sesuai," kata Pandu, seperti dikutip dari Kompas.com, Sabtu (20/2/2021).

Menurut Pandu, Vaksin Nusantara yang mengandung vaksin dendritik, sebelumnya banyak digunakan untuk terapi pada pasien kanker, yang merupakan terapi yang bersifat individual. 

Vaksin dendritik tersebut diberikan untuk imunoterapi kanker, bukan karena setiap orang diberi jumlah sel dendritik, tetapi karena setiap orang sel dendritiknya bisa mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda.

"Jadi, sebenarnya sel deindritik untuk terapi bersifat individual, dikembangkan untuk terapi kanker. Sehingga tidak layak untuk vaksinasi massal," tegas Pandu. 

Baca Juga: Banjir di Masa Pandemi Covid-19, Ini Cara Cegah Penularan Virus Corona di Tempat Pengungsian

Selain Pandu, Ahli Biomolekuler dan Vaksinolog, Ines Atmosukarto berpandangan bahwa Vaksin Nusantara datanya diduga belum terlihat.

Data uji klinis I belum terlihat dan belum di-update ke data uji klinis global. 

Padahal dikabarkan, Vaksin Nusantara kini tengah memasuki uji klinis kedua.

"Seharusnya tercatat semua di situ, terakhir saya cek belum ada update hasil uji klinisnya. Apakah vaksin tersebut aman, datanya belum aman," kata Ines.

Menurut Ines, ada prosedur yang harus dilewati, yakni mendapat izin dari Komite Etik, setiap protokol uji klinis dapat izin dari mereka. 

"Yang perlu dicari Komisi Etik mana yang mengizinkan ini, apakah mereka sudah mendapatkan data yang lengkap," tanya Ines. 

Baca Juga: Khasiat Bawang Putih Untuk Kesehatan Luar Biasa, Rasakan 10 Manfaatnya Ini Jika Dikonsumsi Secara Rutin

Ketua Dewan Pertimbangan PB IDI Prof Zubairi Djoerban juga mempertanyakan klaim Vaksin Nusantara yang konon bisa memberikan antibodi seumur hidup dalam sekali suntik.

"Vaksin Nusantara diklaim menciptakan antibodi seumur hidup. Mana buktinya?"

"Data uji klinis fase duanya saja belum ada, apalagi fase tiga. Jadi, jika mau bicara klaim, tentu harus dengan data. Harus dengan evidence based medicine. Jangan membuat publik bingung," ujar Zubairi, dalam cuitan di akun Twitter-nya.

Ketua Satgas IDI tersebut juga meminta agar proses uji klinis yang dijalani Terawan harus transparan.

"Bahkan para ahli dunia pun belum bisa menjawab apakah vaksin Moderna atau Sinovac atau Pfizer antibodinya tahan berapa lama."

Baca Juga: Teh Hijau dan Kopi, Dua Minuman Wajib Bagi Survivor Gangguan Jantung dan Stroke

"Tidak ada itu klaim yang mereka sampaikan bahwa antibodi dari vaksin-vaksin tersebut bisa bertahan enam bulan, satu tahun, apalagi seumur hidup," tukasnya.

Akibat banyaknya laporan tersebut, akankah Terawan Agus Putranto menyelesaikan penggarapan Vaksin Nusantara yang diklaim berikan kekebalan seumur hidup? (*)

Baca Juga: Main Film 'Mortal Kombat', Joe Taslim Dinilai Takut Dimarahi Dokter Tirta Masalah Protokol Kesehatan: 'Salut!'

 

#hadapicorona