Find Us On Social Media :

Cukup Sekali Suntik Untuk Cegah Covid-19, Keampuhan Vaksin Ini Diakui FDA

Vaksin Covid-19 ini hanya butuh satu kali suntikan dosis dalam penggunaannya.

GridHEALTH.id - Badan Pengawas Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA) kembali mengumumkan kandidat vaksin virus corona (Covid-19).

Dimana menurut hasil pengujian yang dilakukan vaksin tersebut dinilai cukup menjanjikan untuk mencegah penyebaran virus corona.

Baca Juga: 6.689 Perusahaan Tertarik Mengikuti Program Vaksin Gotong Royong yang Harganya Ditetapkan Pemerintah

Bahkan disebutkan pula bahwa vaksin ini hanya butuh satu kali penyuntikan saja untuk merangsang antibodi alias dosis tunggal.

Menurut FDA vaksin Covid-19 tersebut akan segera disahkan penggunaannya di Amerika Serikat dalam beberapa hari kedepan.

Dilansir dari Kompas.com, kandidat vaksin Covid-19 yang diumumkan FDA tersebut diketahui merupakan vaksin produksi Johnson & Johnson.

Dalam dokumen briefing terhadap data yang diserahkan oleh Janssen, FDA menyimpulkan bahwa vaksin Johnson and Johnson yang Janssen Ad26.COV2.S ini hanya memerlukan satu dosis injeksi intramuskular (0,5 mililiter) saja untuk membangun imunitas tubuh.

Meski demikian, bukan berarti perlindungan terbentuk secara instan.

Baca Juga: Pemerintah Tegaskan Vaksin Gotong Royong Gratis untuk Karyawan dan Keluarganya, Ini Aturan Menarik Lainnya!

Perlindungan terhadap infeksi Covid-19 gejala sedang dan ringan dimulai sekitar dua minggu setelah divaksin, dan meningkat hingga 72 % dalam waktu satu bulan.

Setidaknya 14 hari sejak divaksin, vaksin ini ditemukan memiliki "manfaat yang diketahui" dalam mengurangi risiko infeksi penyakit Covid-19 yang bergejala dan risiko infeksi Covid-19 dengan gejala berat.

Uji coba vaksin corona Johnson and Johnson yang dilakukan di Amerika Serikat, Afrika Selatan dan Brasil bahkan menemukan bahwa vaksin ini 85 % efektif melawan infeksi Covid-19 bergejala berat, meskipun turun menjadi 66 % efektif jika infeksi Covid-19 bergejala sedang juga diperhitungkan.

Akan tetapi, perlindungan keseluruhan lebih rendah di Afrika Selatan dan Brasil, di mana di kedua negara ini varian baru virus corona menjadi semakin dominan.

Baca Juga: Edhy Prabowo dan Juliari Batubara Jadi Tahanan KPK yang Duluan Disuntik Vaksin Covid-19, Ahli Epidemiologi Protes

Kabar baiknya adalah setelah 28 hari vaksinasi, data menunjukkan tidak ada kematian di antara peserta yang telah menerima vaksin Johnson and Johnson dan tidak ada yang dilaporkan masuk rumah sakit karena infeksi virus corona pascavaksinasi.

Sayangnya, FDA belum bisa menilai ketahanan efektivitas vaksin ini lewat dari dua minggu setelah divaksin.

Menurut analisis FDA, vaksin Covid-19 buatan Johnson & Johnson ini dinilai aman. Efek samping yang dialami oleh para partisipan uji klinis cenderung ringan, yakni nyeri di lokasi suntikan, sakit kepala, kelelahan dan sakit otot.

Baca Juga: Mulai Sesuaikan Isi Vaksin Covid-19 dengan Varian Virus Corona yang Muncul, Moderna Rilis 'South African Variant'

Ada juga partisipan yang mengalami ruam usai disuntik vaksin, meski mayoritas efek samping yang disebutkan menghilang dalam dua hari.

Kemudian, tidak ada partisipan yang dilaporkan mengalami reaksi alergi serius usai mendapatkan vaksin ini.

FDA memang mencatat bahwa jumlah kasus pengentalan darah dan dengung di telinga pada kelompok partisipan yang mendapat vaksin, lebih tinggi dibanding kelompok yang mendapat plasebo.

Baca Juga: New England Journal of Medicine Sebut Vaksin Pfizer 94 Persen efektif, BPOM Nyatakan Sinovac Hasilkan 23 Lebih Banyak Anti Bodi

Namun menurut FDA, data yang ada saat ini belum cukup untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara kasus-kasus tersebut dengan vaksin Johnson & Johnson.

Komite ahli eksternal akan melakukan pertemuan pada Jumat (26/2/2021), untuk merekomendasikan apakah FDA perlu segera mengesahkan vaksin tersebut, yang mungkin akan menambah ketersediaan vaksin corona di Amerika Serikat.

Pejabat Gedung Putih juga menyebut bahwa pemerintah AS mengantisipasi pendistribusian vaksin setidaknya dengan menyiapkan 3 juta dosis vaksin Johnson & Johnson pada minggu depan, jika FDA telah mengeluarkan izin otorisasi darurat (EUA).

Baca Juga: Serupa dengan GeNose, SpiroNose di Belanda Dihentikan untuk Tes Covid-19, Hasilnya Keliru

Perusahaan pembuat vaksin ini, Janssen, pun berencana untuk memproduksi 20 juta dosis pada akhir Maret 2021, sejalan dengan kesepakatan untuk memasok 100 juta dosis vaksin Covid-19 di AS pada akhir Juni 2021.

Para ahli menilai bahwa vaksin Johnson and Johnson akan menjadi alternatif dari vaksin yang sudah mulai digunakan di Amerika Serikat saat ini, yakni vaksin Pfizer dan Moderna.

Bahkan vaksin Janssen ini disebut hemat biaya karena dapat disimpan di lemari es alih-alih freezer seperti vaksin Pfizer dan Moderna.(*)

Baca Juga: Reaksi Stres Akibat Disuntik Vaksin Covid-19 Bukan KIPI, Kata Dokter

 #berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sekali Suntik, Vaksin Johnson & Johnson Efektif Kurangi Risiko Covid-19"