Find Us On Social Media :

WHO Sesalkan Ada Negara Prioritaskan Vaksin Covid-19 Pada Orang Dewasa Sehat

WHO menyesalkan ada negara memprioritaskan vaksin Covid-19 pada ewssehat daripada petugas kesehatan dan orang tua.

GridHEALTH.id - Kemunculan varian virus corona yang menyebar dengan cepat baru-baru ini membuat peluncuran vaksin Covid-19 yang cepat dan adil menjadi semakin penting.

Tetapi WHO mengkhawatirkan, meskinpun vaksin Covid-19 membawa harapan bagi dunia, namun di sisi lain mulai nampak ketidaksetaraan antara yang kaya dan yang tidak punya.

Apalagi skema pemberian vaksin Covid-19 yang diarahkan oleh WHO, dimana diharapkan negara memprioritaskan vaksinasi pekerja kesehatan dan lansia terlebih dahulu tidak dipatuhi oleh semua negara.

Hal itu dikatakan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus saat menyambut suntikan dosis pertama melalui fasilitas berbagi vaksin COVAX global, yang diberikan Senin (01/03/2021) di Ghana dan Pantai Gading, dikutip dari who.int.

"Sangat menggembirakan melihat petugas kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah mulai divaksinasi, tetapi sangat disayangkan bahwa ini terjadi hampir tiga bulan setelah beberapa negara terkaya memulai kampanye vaksinasi mereka," katanya."Dan sangat disesalkan bahwa beberapa negara terus memprioritaskan vaksinasi yang lebih muda, orang dewasa yang lebih sehat dengan risiko penyakit yang lebih rendah di populasi mereka sendiri daripada petugas kesehatan dan orang tua di tempat lain," lanjut Tedros tanpa menyebut nama negara.

Baca Juga: Ketidakadilan Mulai Terlihat, 10 Negara Menguasai 75 % Vaksin Covid-19

Baca Juga: Dunia Harus Realistis, Akhir Pandemi Covid-19 Bukan di 2021

Tedros menjamin akan ada cukup vaksin untuk semua orang. Namun saat ini, kita harus bekerja sama sebagai satu keluarga global untuk memprioritaskan mereka yang paling berisiko terkena penyakit parah dan kematian, di semua negara.

Menurut situs WHO, selama 9 bulan terakhir, pilar ACT Accelerator dan vaksin COVAX telah meletakkan dasar bagi pemerataan dan penyebaran vaksin.

 

WHO telah mengatasi hambatan ilmiah, hambatan hukum, hambatan logistik, dan hambatan peraturan.

WHO telah mendapatkan 2 miliar dosis dari lima produsen, dengan opsi pada lebih dari 1 miliar dosis lebih banyak, dan bertujuan untuk memulai pengiriman pada bulan Februari 2021.

Tetapi lebih dari 39 juta dosis vaksin sekarang telah diberikan di setidaknya 49 negara berpenghasilan tinggi. Hanya 25 dosis telah diberikan di satu negara berpenghasilan terendah. "Ya, Bukan 25 juta, bukan juga 25 ribu, hanya 25," Tedros kecewa.

Melihat ketimpangan ini, Tedros mengingatkan, dunia berada di ambang bencana kegagalan moral,  dan harga dari kegagalan ini akan dibayar dengan nyawa dan mata pencaharian di negara-negara termiskin di dunia.

"Bahkan ketika mereka berbicara dalam bahasa akses yang adil, beberapa negara dan perusahaan terus memprioritaskan kesepakatan bilateral, membahas COVAX, menaikkan harga dan mencoba untuk melompat ke depan antrean. Ini salah."

Diketahui, 44 kesepakatan bilateral telah ditandatangani tahun lalu, dan setidaknya 12 telah ditandatangani tahun ini.

Baca Juga: Kelembapan di Dalam Masker Karena Dengusan Napas Justru Melindungi Dari Paparan Virus Corona, Studi

Baca Juga: Kementerian Sosial Hentikan Santunan Ahli Waris Korban Meninggal Covid-19

Baca Juga: Ini Alasannya Pengidap Autoimun Tak Boleh Terima Vaksin Covid-19

Situasi ini diperparah oleh fakta bahwa sebagian besar pabrikan memprioritaskan persetujuan peraturan di negara-negara kaya di mana keuntungan paling tinggi, daripada menyerahkan berkas lengkap ke WHO. (*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL