Selain itu dengan USG 3-D, lebih sedikit waktu untuk visualisasi bidang standar, juga data volume yang direkam dapat disediakan untuk tinjauan ahli jarak jauh untuk diagnosis yang lebih baik.
Bahkan, USG 3-D dapat membantu mengidentifikasi anomali kongenital struktural janin selama pemindaian 18-20 minggu yang dijadwalkan.
USG 4D memungkinkan kita menambahkan video streaming langsung dari gambar, menunjukkan gerakan dinding atau katup jantung janin, atau aliran darah di berbagai pembuluh.
Ini adalah USG 3-D secara live, menggunakan transduser 2-D yang dengan cepat memperoleh 20-30 volume atau transduser matriks array 3-D digunakan.
Ultrasonografi 4-D memiliki keunggulan yang sama dengan USG 3-D, sekaligus memungkinkan kita mempelajari gerakan berbagai organ tubuh yang bergerak.
Baca Juga: Tiba-Tiba WHO Puji Kepemimpinan Indonesia Soal Vaksin Covid-19, Ini Pesannya
Tapi untuk USG 4-D ini aplikasi klinisnya masih dipelajari.
Saat ini sebagian besar digunakan untuk menyediakan video kenang-kenangan janin, penggunaan yang tidak disarankan oleh sebagian besar situs pengawas medis.
Karenanya, saat ini USG 4-D banyak digunakan hanya sebatas hiburan. Padahal penggunaan tersebut melanggar prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) yang mengatur penggunaan medis dari pencitraan diagnostik.
Untuk diketahui, USG 4-D mungkin menggunakan tingkat energi ultrasound yang lebih tinggi dari biasanya dengan potensi efek samping pada janin.
Apalagi jika operator USG yang melakukannya belum tersertifikasi sebagai operator USG, sehingga tidak menutup kemungkinan menyebabkan diagnosis yang terlewat atau tidak memadai.
Karenanya operator USG diharuskan untuk disertifikasi undang-undang.(*)
Baca Juga: AS Kembangkan Pil Baru Pengusir Virus Corona, Diharapkan Bekerja Seperti Obat Flu
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL