Di negara Eropa terjadi peningkatan prevalensi hipospadia pada tahun 1970-1980 tanpa diketahui penyebabnya.
Di Amerika Serikat berdasarkan Metropolitan Atlanta Congenital Defect Program (MACDP) dan the Nationwide Birth Defects Monitoring Program (BDMP) terdapat peningkatan 2 kali lipat terhadap insidens hipospadia.
Hal ini dikaitkan dengan peningkatan insidensi kelahiran prematur, berat lahir bayi rendah, ataupun terpaparnya janin terhadap zat progestin atau anti androgen.
Di Indonesia prevalensi hipospadia belum dketahui secara pasti.
Tapi, melansir Berkala Ilmiah - Kedokteran Duta Wacana (Volume: 02 – NOMOR 02 – April 2017; ISSN : 2460-9684), Limatahu et al menemukan 17 kasus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau Manado pada periode Januari 2009-Oktober 2010.
Duarsa et al melakukan penelitian deskriptif terhadap kasus hipospadia pada Januari 2009 hingga april 2012 di RS Sanglah Bali. Hasilnya, menemukan sebanyak 53 kasus.
Tirtayasa et al juga melakukan penelitian mengenai pembedahan urethroplasty pada kasus hipospadia di RS M. Djamil Padang pada rentang Januari 2012 - Januari 2014. dengan jumlah 44 kasus.
Maritzka et al pada studi observasinya pada rentang tahun 2010-2012 di Jawa Tengah, menemukan 120 kasus, sedangkan Mahadi et al menemukan 24 kasus pada rentang tahun 2009-2011 di RS Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
Baca Juga: Fakta Kondisi Aprilia Manganang, Tentara Wanita yang Berubah Jadi Pria Tulen Karena Hipospadia
Di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Aritonang et al melakukan studi retrospektif mengenai komplikasi TIP pada rentang tahun 2002-2014 mendapat-kan sampel sebanyak 124 kasus hipospadia.
Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah yang berbeda secara etnis dan geografis hipospadia dapat ditemukan dengan jumlah angka yang tidak jauh berbeda, sehingga dapat disimpulkan prevalensi hipospadia di Indonesia cukup merata.
Penyebab Terjadinya Hipospadia pada Seseorang
Baca Juga: Mengapa Kurang Tidur Bisa Menyebabkan Kegemukan? Ini Penjelasannya