Find Us On Social Media :

Kasus Hipospadia Seperti Aprilia Manganang Ternyata Banyak di Indonesia, Ini Penyebabnya

Aprilia Manganang sudah sah secara medis menjadi pria.

GridHEALTH.id - Penentuan gender alias jenis kelamin seseorang bisa dideteksi dan diketahui sejak dalam kandungan.

Kepastiannya setelah si bayi lahir ke dunia.

Baca Juga: A to Z Vaksin Covid-19 AstraZeneca, Mulai dari Efektivitas Lawan Virus Corona Mutasi, Jangan Tutup Mata Efek Sampingnya

Mengenai kriteria penentuan jenis kelamin pada bayi baru lahir pun sudah jelas. Pria memiliki penis, wanita memiliki vagina.

Tapi orangtua pun harus tahu ada yang namanya kondisi yang dalam bahasa medis disebut hipospadia.

Inilah yang terjadi pada diri Aprilia Manganang yang kini telah secara medis menyandang jenis kelamin pria.

Kenapa sejak lahir hingga menjadi atlet voli Indonesia menjadi seorang perempuan?

Tidak lain karena hipospadia yang tidak terdeteksi.

Setelah dirinya menjadi anggota TNI dan menjalani pemeriksaan medis, hasilnya Aprilia Manganang adalah pria yang mengalami hipospadia.

Baca Juga: Hasil Penelitian Ini Menunjukan Bagaimana Pasien Covid-19 Parah Bisa Pulih Dengan Ganja

Di Indonesia Kasus Hipospadia Banyak

Hipospadia merupakan kelainan kongenital yang paling sering ditemukan pada anak laki-laki.

Untuk diketahui, kata hipospadia berasal dari bahasa Yunani yaitu Hypo, yang berarti dibawah, dan Spadon, yang berarti lubang.

Hipospadia sendiri dapat di-definisikan sebagai adanya muara urethra yang terletak di ventral atau proximal dari lokasi yang seharus-nya.

Kelainan ini terbentuk pada masa embrional, karena adanya defek pada masa perkembangan alat kelamin dan sering dikaitkan dengan gangguan pembentukan seks primer ataupun gangguan aktivitas seksual saat dewasa.

Belum ada penelitian yang menyebutkan angka kejadian Hypospadia yang pasti di Indonesia.

Namun terdapat beberapa penelitian yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia yang menemukan kasus ini tidak dalam jumlah yang sedikit.

Baca Juga: Menu Diet Lady Rocker, Nasi Merah Biasa, Lele Gorengnya yang Menarik

Hal ini menguatkan fakta bahwa hipospadia di Indonesia memilki angka kejadian yang cukup tinggi, namun kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kelainan ini menyebabkan tidak banyak kasus yang dapat ditangani di rumah sakit, ataupun fasilitas dan tenaga kesehatan yang belum merata sehingga kasus ini tidak terdeteksi.

Di luar negeri, prevalensi & insidensi prevalensi hipospadia sangat luas secara geografis dan bervariasi.

Di seluruh dunia, insidensi kelainan ini berkisar 1:250 kelahiran bayi atau 1:300 kelahiran bayi.

Baca Juga: Hipospadia, Kelainan Bentuk Kelamin Jadi Penyebab Serda Aprilia Manganang Akhirnya Disahkan Menjadi Laki-laki

Di negara Eropa terjadi peningkatan prevalensi hipospadia pada tahun 1970-1980 tanpa diketahui penyebabnya.

Di Amerika Serikat berdasarkan Metropolitan Atlanta Congenital Defect Program (MACDP) dan the Nationwide Birth Defects Monitoring Program (BDMP) terdapat peningkatan 2 kali lipat terhadap insidens hipospadia.

Hal ini dikaitkan dengan peningkatan insidensi kelahiran prematur, berat lahir bayi rendah, ataupun terpaparnya janin terhadap zat progestin atau anti androgen.

Di Indonesia prevalensi hipospadia belum dketahui secara pasti.

Tapi, melansir Berkala Ilmiah - Kedokteran Duta Wacana (Volume: 02 – NOMOR 02 – April 2017; ISSN : 2460-9684), Limatahu et al menemukan 17 kasus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau Manado pada periode Januari 2009-Oktober 2010.

Duarsa et al melakukan penelitian deskriptif terhadap kasus hipospadia pada Januari 2009 hingga april 2012 di RS Sanglah Bali.  Hasilnya, menemukan sebanyak 53 kasus.

Tirtayasa et al juga melakukan penelitian mengenai pembedahan urethroplasty pada kasus hipospadia di RS M. Djamil Padang pada rentang Januari 2012 - Januari 2014. dengan jumlah 44 kasus.

Maritzka et al pada studi observasinya pada rentang tahun 2010-2012 di Jawa Tengah, menemukan 120 kasus, sedangkan Mahadi et al menemukan 24 kasus pada rentang tahun 2009-2011 di RS Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Baca Juga: Fakta Kondisi Aprilia Manganang, Tentara Wanita yang Berubah Jadi Pria Tulen Karena Hipospadia

Di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Aritonang et al melakukan studi retrospektif mengenai komplikasi TIP pada rentang tahun 2002-2014 mendapat-kan sampel sebanyak 124 kasus hipospadia.

Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah yang berbeda secara etnis dan geografis hipospadia dapat ditemukan dengan jumlah angka yang tidak jauh berbeda, sehingga dapat disimpulkan prevalensi hipospadia di Indonesia cukup merata.

Penyebab Terjadinya Hipospadia pada Seseorang

Baca Juga: Mengapa Kurang Tidur Bisa Menyebabkan Kegemukan? Ini Penjelasannya

Mengenai penyebab hipospadia belum ditemukan penyebab pasti dari kelainan ini.

Beberapa penelitian mengemukakan semakin berat derajat hipospadia, semakin besar terdapat kelainan yang mendasari.

Beberapa kemungkinan dikemukakan oleh para ahli mengenai etiologi hipospadia.

Adanya defek pada produksi testosterone oleh testis dan kelenjar adrenal, kegagalan konversi dari testosteron ke dihidrotestoteron, defisiensi reseptor androgen di penis, maupun penurunan ikatan antara dihidros-testoteron dengan reseptor androgen dapat menyebabkan hipospadia.

Adanya paparan estrogen atau progestin pada ibu hamil di awal kehamilan dicurigai dapat me-ningkatkan resiko terjadinya hipospadia.

Lingkungan yang tinggi terhadap aktivitas estrogen sering ditemukan pada pestisida di sayuran dan buah, susu sapi, beberapa tanaman, dan obat-obatan.

Baca Juga: Ingin Segera Memiliki Momongan? Ini Jenis Makanan Peningkat Kesuburan

Namun beberapa penelitian mengemukakan bahwa pil kontrasepsi tidak menimbulkan hipospadia.

Tapi beberapa penelitian menemukan bahwa ibu hamil yang terpapar diethylstilbestrol meningkatkan resiko terjadinya hipospadia.

Klip et al melakukan penelitain pada 8.934 anak laki-laki, pada 205 ibu muda yang terpapar diethylstilbestrol. Hasilnyam ditemukan 4 kasus hipospadia.

Sedangkan pada 8.729 kelahiran yang tidak terpapar diethylstilbestrol, hanya ditemukan 8 kasus hipospadia.

Namun tiidak ditemukan hubungan antara hipospadia dengan usia ibu ketika hamil.

Tapi pada ibu hamil yang melakukan diet vegetarian diperkira-kan terjadi peningkatan resiko terjadinya hipospadia.

Hal ini dapat disebabkan adanya kandungan yang tinggi dari fitoestrogen pada sayuran.

Respon Activating Transcription Factor (ATF3) terhadap aktivitas anti-androgen terbukti berperan penting terhadap kelainan hipospadia.

Baca Juga: Simpel dan Mudah Dilakukan, Ini Manfaat Yoga untuk Penderita Diabetes

Pada ibu hamil yang mengkonsumsi obat-obatan anti epilepsy seperti asam valproat juga diduga meningkatkan resiko hipospadia.

Pada anak laki-laki yang lahir dengan program Intra-cystolasmic sperm Injection (ICSI) atau In Vitro Fertilization (IVF) memiliki insidensi yang tinggi pada hipospadia.

Intra uterine growth retardation, berat bayi lahir rendah, bayi kembar, turunan hipospadia juga merupakan faktor resiko hipospadia yang dapat dikendalikan semasa kehamilan.

Gejala Hipospadia yang Harus Orangtua Ketahui

Supaya tidak terjadi kasus seperti Aprilia Manganang yang puluhan tahun terjebak dalam pengkondisian gender yang salah, orangtua harus mengetahui memangenai gejala hipospadia.

Gejala Klinis Gejala yang timbul bervariasi sesuai dengan derajat kelainan.

Secara umum jarang ditemukan adanya gangguan fungsi, namun cenderung berkaitan dengan masalah kosmetik pada pemeriksaan fisik, ditemukan muara uretra pada bagian ventral penis.

Baca Juga: Perawatan Pasca Melahirkan: 6 Zat Gizi yang Wajib Dipenuhi Ibu Agar Bisa Menyusui Dengan Lancar

Biasanya kulit luar dibagian ventral lebih tipis atau bahkan tidak ada, dimana kulit luar di bagian dorsal menebal bahkan terkadang membentuk seperti sebuah tudung.

Selain itu pada kasus hipospadia sering ditemukan adanya chorda.

Chorda adalah adanya pem-bengkokan menuju arah ventral dari penis.

Hal ini disebabkan oleh karena adanya atrofi dari corpus spongiosum, fibrosis dari tunica albuginea dan fasia di atas tunica, pengencangan kulit ventral dan fasia Buck, perlengketan Antara kulit penis ke struktur disekitarnya, atau perlengketan antara urethral plate ke corpus cavernosa.

Keluhan yang mungkin ditimbulkan adalah adanya pancaran urin yang lemah ketika berkemih, nyeri ketika ereksi, dan gangguan dalam berhubungan seksual.

Hipospadia sangat sering ditemukan bersamaan dengan cryptorchismus dan hernia inguinalis sehingga pemeriksaan adanya testis tidak boleh terlewatkan.

Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang disarankan untuk penegakkan pasti diagnosis hipospadia.

Baca Juga: 8 Tips Mendisiplinkan Anak Bagi Orangtua Dengan Cara Menyenangkan

USG Ginjal disarankan untuk mengetahui adanya anomali lainnya pada saluran kemih pad pasien hipospadia.

Karyotyping disarankan pada pasien dengan ambigu genitalia ataupun cryptochirdism.

Beberapa test seperti elektrolit, 17- hydroxyprogesterone, testosterone, luteinizing hormon,follicle-stimulating hormon, sex-hormon binding globulin, dan beberapa tes genetik dipertimbang-kan apabila memungkinkan.(*)

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL