Find Us On Social Media :

8 Negara Suspend Vaksin Covid-19 AstraZeneca, Sebabkan Pembekuan Darah, WHO Berargumen Tidak Ada Bukti

Vaksin Covid-19 AstraZeneca disuspend di 8 negara

GridHEALTH.id - Delapan negara di dunia tegas menyatakan jika Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca sebabkan pembekuan darah.

Karenanya ke delapan negara tersebut kompak suspend vaksin Covid-19 dari AstraZeneca.

Baca Juga: Baru Datang ke Indonesia, Vaksin AstraZeneca Ternyata Kadaluwarsa Akhir Mei 2021, Menkes Budi Gunadi Jujur Baru Tahu

Tapi beberapa ahli, khususnys lembaga kesehatan dunia WHO tidak sependapat dengan hal tersebut.

Malah menurut WHO tudingan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca sebabkan pembekuan darah tidak ada bukti.

Tentu dengan adanya hal ini, membuat masyarakat awam bingung.

Tak terkecuali masyarakat di Indonesia, yang jelas pemerintah Indonesia sudah membeli vaksin Covid-19 AstraZeneca sebanyak 1.113.600 dosis, baru saja tiba di Indonesia pada Senin (8 Februari 2021).

Adapun lima negara yang mensuspend vaksin Covid-19 AstraZeneca adalah Jerman, Prancis, Spanyol, Italia, Irlandia, Belanda, dan Norwegia, telah menangguhkan penggunaan vaksin virus corona yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford, karena masalah pembekuan darah.

Pemerintah Belanda, melansir CNBC.com (15 Maret 2021), mengatakan Vaksin Oxford-AstraZeneca tidak akan digunakan hingga setidaknya 29 Maret.

Irlandia telah menghentikan sementara suntikan sebagai langkah pencegahan.

Baca Juga: Sudah Fix, Menkes Budi Gunadi Pastikan Vaksin Gotong Royong Gratis Untuk Semua Karyawan

Pada hari Senin lalu, pemerintah Jerman juga mengatakan akan menangguhkan penggunaannya, dengan regulator vaksin, Institut Paul Ehrlich, menyerukan penyelidikan lebih lanjut.

Otoritas obat-obatan Italia membuat pengumuman serupa pada Senin sore kemarin, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengatakan penggunaan vaksin akan dihentikan sementara menunggu keputusan dari regulator Uni Eropa.

Sedangkan Menteri Kesehatan Spanyol, Carolina Darias mengatakan pada Senin lalu, bahwa negara itu akan menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca.

Bahkan negara tetangga Indonesia, Thailand juga telah menghentikan penyebaran vaksin yang direncanakan.

Untuk diketahui, langkah untuk menghentikan penggunaannya oleh pejabat Belanda dan Irlandia dilakukan tak lama setelah badan obat-obatan Norwegia mendapat laporan adanya tiga petugas kesehatan yang dirawat di rumah sakit mengalami pendarahan, pembekuan darah dan jumlah trombosit darah yang rendah setelah menerima vaksin Oxford-AstraZeneca.

Baca Juga: 'Tragedi' AstraZeneca Sebabkan Dunia Alami Kemunduran Pemberian Vaksin Covid-19, Padahal Virus Corona Terus Muncul

Karenanya, saat itu Norwegia langsung telah menangguhkan program vaksin Oxford-AstraZeneca.

Melansir Norwegian Institute Public of Health (13 Maret 2021), dalam artikel dengan judul 'Norwegian Medicines Agency notified of blood clots and bleeding in younger people after vaccination with AstraZeneca vaccine', menyebutkan Badan Obat Norwegia telah menerima beberapa laporan kejadian buruk tentang orang-orang muda yang divaksinasi dengan pendarahan di bawah kulit (titik-titik kecil dan / atau bercak biru yang lebih besar) setelah vaksinasi virus corona.

Mereka yang mengalami hal tersebut sebelumnya telah mendapatkan vaksin AstraZeneca.

Gambaran lainnya, korban mengaku, semakin tidak enak badan lebih dari tiga hari setelah vaksinasi, dan melihat bintik biru yang lebih besar atau lebih kecil pada kulit (pendarahan kulit).

Hal itu telah dikonfirmasi ke dokter.

Baca Juga: Kapan Giliran Anak-anak Mendapatkan Vaksin Covid-19? Ini Kata Ahli

Kemarin (12 Maret 2021), Badan Obat Norwegia dan Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia (NIPH) menginformasikan tentang kematian tak terduga akibat pendarahan otak di Tynset, setelah vaksinasi dengan Vaksin COVID-19 AstraZeneca.

Pada 13 Maret, Badan Obat Norwegia dan Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia (NIPH) kembali menerima laporan lagi tentang kasus penggumpalan darah yang parah atau pendarahan otak pada orang muda yang telah menerima vaksin AstraZeneca.

Korban saat itu langsung mendapat perawatan rumah sakit.

“NIPH telah menangguhkan vaksin AstraZeneca dalam program imunisasi virus corona. Sekarang adalah peran Badan Obat Norwegia untuk menindaklanjuti dugaan efek samping ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam situasi serius ini, ”kata Geir Bukholm, Direktur Divisi Pengendalian Infeksi dan Kesehatan Lingkungan di NIPH.

Insiden serupa telah dilaporkan di negara-negara Eropa lainnya, dan European Medicines Agency (EMA) sedang mempertimbangkan apakah mungkin ada hubungan dengan vaksin virus corona. Sejauh ini belum ada kesimpulan yang dicapai.

Baca Juga: Kini Warga Bisa Ikut Vaksinasi Covid-19 Gratis di Istora Senayan Hanya Dengan Membawa KTP, Benarkah?

Kini NIPH dan Badan Obat Norwegia telah memulai analisis untuk menyelidiki hubungan antara vaksin dan berbagai bentuk pembekuan darah, seperti stroke dan pembekuan darah di paru-paru.

Karenanya Badan Obat Norwegia sekarang meminta profesional perawatan kesehatan yang mencurigai efek samping setelah vaksinasi untuk melaporkannya secepat mungkin.

European Medicines Agency (EMA) juga telah meluncurkan penyelidikannya sendiri terhadap vaksin tersebut.

Tapi Oxford Vaccine Group dan badan kesehatan dunia WHO tidak sependapat.

Baca Juga: Segera Diluncurkan, Vaksin Baru Untuk Mencegah Kecanduan Merokok

 

Direktur Oxford Vaccine Group, Andrew Pollard, pada Senin (15/3/2021) mengatakan, tidak ada hubungan antara vaksin Covid-19 yang dikembangkan bersama AstraZeneca dengan pembekuan darah.

Pollard menerangkan, "Bukti sangat kuat bahwa tidak ada peningkatan fenomena pembekuan darah di sini di Inggris, di mana sebagian besar dosis di Eropa telah disuntikkan."

"Sangat penting bahwa kami tidak memiliki masalah untuk tidak memvaksinasi orang dan memiliki keseimbangan risiko yang sangat besar, risiko yang diketahui dari Covid, terhadap apa yang muncul sejauh ini dari data yang kami dapatkan dari regulator - tidak ada pertanda masalah," katanya kepada radio BBC.

AstraZeneca pada hari Minggu lalu mengatakan, tidak ada bukti pembekuan darah dari vaksin corona mereka, setelah hasil dari 17 juta dosis dianalisis.

Baca Juga: Baru Datang ke Indonesia, Vaksin AstraZeneca Ternyata Kadaluwarsa Akhir Mei 2021, Menkes Budi Gunadi Jujur Baru Tahu

Malah menurutnya, 15 kasus trombosis vena dalam (DVT) dan 22 kasus emboli paru yang dilaporkan para penerima vaksin AstraZeneca, jauh lebih rendah daripada yang diperkirakan terjadi secara alami pada populasi umum.

"Kondisi pandemi menyebabkan meningkatnya perhatian dalam kasus individu, dan kami meninggikan standar dalam pemantauan keamanan obat-obatan berlisensi untuk melaporkan vaksinasi, guna memastikan keamanan publik," terang kepala petugas medis Ann Taylor.

"Dalam hal kualitas, juga tidak ada masalah yang dikonfirmasi terkait dengan batch vaksin kami yang digunakan di seluruh Eropa, atau di seluruh dunia."

Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Obat-obatan Eropa (EMA) sama-sama mengklaim, tidak ada bukti vaksin AstraZeneca harus ditangguhkan.(*)

Baca Juga: 5 Manfaat Lain Buah Naga untuk Kesehatan Kulit Wajah, Tak Hanya Untuk Mencegah Penyakit Kronis

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL