Karenanya mereka yang berpuasa, apalagi diiklam yang ekstrim, panas atau dingin, kebanyakan selama Ramadhan akan mengalami dehidrasi ringan, yang dapat menyebabkan sakit kepala, kelelahan, dan kesulitan berkonsentrasi.
Namun, melansir British Nutrition Foundation pada artikel 'A healthy Ramadan', disebutkan penelitian menunjukkan bahwa hal ini tidak berbahaya bagi kesehatan, asalkan cukup cairan yang dikonsumsi setelah berbuka puasa untuk menggantikan yang hilang di siang hari.
Namun, jika tidak dapat berdiri karena pusing, atau kehilangan arah, harus segera minum air putih dalam jumlah sedang - idealnya dengan gula dan garam - minuman manis atau larutan rehidrasi.
Jika mengalami pingsan karena dehidrasi, kaki harus dinaikkan di atas kepala oleh orang lain, dan ketika terbangun harus segera melakukan rehidrasi seperti diuraikan di atas.
Bagi mereka yang biasanya mengonsumsi minuman berkafein seperti teh dan kopi di siang hari, kekurangan kafein selama puasa pada awalnya dapat menyebabkan sakit kepala dan kelelahan.
Baca Juga: Viral Tenaga Medis Pingsan hingga APD Harus Digunting, Dehidrasi usai Antar Jemput Pasien Covid-19
Ini mungkin mereda selama Ramadhan, karena tubuh menyesuaikan diri tanpa kafein di siang hari.
Begitu berbuka puasa, tubuh bisa rehidrasi dan mendapatkan energi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Karena tidak makan dalam waktu yang lama, mungkin terbantu untuk makan perlahan saat berbuka puasa dan memulai dengan banyak cairan dan makanan rendah lemak dan kaya cairan.
Minum banyak cairan, serta mengonsumsi makanan kaya cairan, seperti buah, sayuran, yoghurt, sup, dan semur, sangat penting untuk menggantikan cairan yang hilang di siang hari dan memulai puasa keesokan harinya dengan terhidrasi dengan baik.
Baca Juga: 3 Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Mulut dan Gigi Menurut Dokter