Find Us On Social Media :

Pemilik Antibodi Terkuat Akhirnya Terungkap, Studi Terbaru Sebut Mereka Lebih Tangguh Hadapi Covid-19

Studi ungkap siapa pemilik antibodi terkuat dalam menghadapi virus corona (Covid-19).

GridHEALTH.id - Studi terbaru akhirnya mengungkap siapa pemilik antibodi terkuat dalam menghadapi virus corona (Covid-19).

Dimana mereka pemilik antibodi terkuat ditemukan sangat sedikit sekali yang mengalami gejala parah akibat infeksi.

Diketahui tingkat keparahan infeksi virus corona sangat bergantung pada antibodi yang dimiliki seseorang.

Baca Juga: Jokowi; Vaksin AstraZeneca Menurut Kiai Halal, Sinovac Lebih Baik Bentuk Antibodi Anak dan Remaja

Menurut penjelasan dari laman National Human Genome Research Institute tentang "Antibody" yang dikutip GridHEALTH.id (24/3/2021), disebutkan bahwa antibodi adalah komponen protein dari sistem kekebalan yang bersirkulasi di dalam darah.

Mereka berfungsi untuk mengenali zat asing seperti bakteri dan virus, kemudian menetralkannya.

Setelah terpapar zat asing, antibodi terus bersirkulasi di dalam darah, memberikan perlindungan terhadap paparan di masa mendatang.

Kembali pada hasil studi terbaru, lantas siapakah pemilik antibodi terkuat tersebut?

Dalam artikel berjudul Children have stronger antibody response to Covid: study yang dipublish France 24 (22/3/2021), disebutkan bahwa pemilik antibodi terkuat tersebut adalah anak yang berusia 10 tahun ke bawah.

Studi terbaru tersebut mengatakan anak-anak tersebut memiliki antibodi yang lebih banyak ketimbang orang yang lebih dewasa.

Temuan ini pun membantu menjelaskan temuan sebelumnya mengapa orang dewasa lebih rentan saat terkena Covid-19 ketimbang anak-anak.

Diketahui para peneliti di Weill Cornell Medicine telah memeriksa hampir 32.000 tes antibodi di Kota New York antara April dan Agustus 2020.

Baca Juga: Jokowi Tunjuk Pesantren di Jatim Sebagai Penerima Vaksin AstraZeneca, Para Kyai Setuju

Mereka menemukan bahwa jumlah yang sama dari 1.200 anak-anak dan 30.000 orang dewasa menunjukkan tanda-tanda infeksi masa lalu, yakni 17% dan 19%.

Peneliti kemudian memeriksa sebagian pasien yang dites positif, yakni sebanyak 85 anak-anak dan 3.648 orang dewasa, untuk menentukan tingkat antibodi imunoglobulin G (IgG).

Ini adalah jenis kunci dari antibodi "penetral" yang mengikat protein lonjakan virus, mencegahnya menyerang sel.

Hasilnya sebanyak 32 anak berusia satu hingga 10 tahun menunjukkan tingkat median IgG hampir lima kali lebih tinggi dari 127 orang dewasa muda berusia 19 hingga 24 tahun.

Baca Juga: Penduduk Berusia 18-59 Tahun Ini Ternyata Tidak Bisa Divaksin Covid-19, PAPDI Beri Peringatan

Kemudian peneliti fokus pada sub himpunan dari 126 pasien positif berusia satu hingga 24 tahun untuk lebih menentukan respons antibodi.

Hasilnya, tidak ada yang pernah mengalami Covid-19 gejala parah.

Dalam kelompok terakhir ini, anak-anak berusia satu hingga 10 tahun rata-rata memiliki lebih dari dua kali tingkat antibodi IgG remaja berusia 11 hingga 18 tahun.

Ini juga lebih dari dua kali lipat tingkat rata-rata orang dewasa muda berusia 19 hingga 24 tahun.

Baca Juga: Setelah Divaksin Covid-19, Jangan Coba Lakukan 4 Hal Ini Jika Tidak Ingin Menyesal

Para penulis mengatakan, "Temuan kami menunjukkan bahwa perbedaan dalam manifestasi klinis Covid-19 pada pasien anak-anak dibandingkan dengan pasien dewasa mungkin sebagian disebabkan oleh respons kekebalan terkait usia."

Fakta bahwa anak-anak tidak terlalu rentan terhadap Covid-19 yang parah dalam beberapa hal memang berlawanan dengan intuisi.

Mengingat seberapa besar mereka dipengaruhi oleh penyakit pernapasan lainnya, dan banyak teori yang beredar.

Baca Juga: Tanpa Disangka, Alam Mampu Mendukung Sistem Kekebalan Tubuh

Seperti teori lain yang berkaitan dengan fakta bahwa anak-anak memiliki lebih sedikit reseptor sel di saluran pernapasan mereka yang disebut "ACE2", yang digunakan virus corona untuk masuk ke sel kita.

Sementara itu, terlepas dari kenyataan bahwa orang tua lebih rentan terhadap Covid-19, salah satu hasil paradoks dari penelitian baru ini menyebutkan bahwa tingkat antibodi terendah juga dimiliki kelompok orang dewasa muda.

Para peneliti mengakui bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menjelaskan hal ini.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Diduga Tak Efektif Melawan Varian Brasil

Namun penyakit penyerta yang lebih tinggi mungkin bisa menjadi alasan mengapa kematian dan kasus rawat inap sangat tinggi di kelompok usia tersebut.

Selain itu, obesitas juga merupakan faktor risiko utama untuk Covid-19 yang parah.

Ini dikaitkan dengan fenomena yang disebut "cytokine storm" atau badai sitokin di mana sistem kekebalan tubuh mengalami overdrive dan merusak organ.(*)

Baca Juga: Catat, Hanya Penyandang Diabetes Seperti Ini yang Boleh Disuntik Vaksin Covid-19

#berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL