Find Us On Social Media :

Ahli Epidemiologi UI: yang Dilakukan Sandiaga Uno Berisiko Mengundang Mutasi Virus Corona Baru

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.

GridHEALTH.id - Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono belakangan menyoroti keputusan yang dilakukan Sandiaga Uno.

Dimana apa yang telah dilakukan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) itu disebut berpotensi mengundang mutasi virus corona baru.

Baca Juga: Pulang Dari Afrika, Warga Bogor Bawa Mutasi Virus Corona B117, dr Nadia Ungkap Kondisinya Sekarang

Apalagi mutasi virus corona baru tersebut, belakangan sudah ditemukan kasusnya di Indonesia.

Lantas, apa yang dilakukan Sandiaga Uno sehingga ahli epidemiolgi UI tersebut menuding demikian?

Seperti diberitakan CNBC Indonesia (24 Maret 2021), rupanya Sandiaga Uno baru saja memutuskan untuk membuka perjalanan international pada bulan Juni-Juli untuk sektor pariwisata.

Kebijakan pemerintah ini akan dimulai dengan travel corridor arrangement di Batam dan Bintan (Kepulauan Riau), kemudian disusul wilayah Bali.

Baca Juga: Mutasi Coronavirus N439K, Virus Mutan Memiliki Hubungan Lebih Kuat dengan ACE2 Manusia

Alhasil keputusan itu pun mengundangkritikan dari para ahli epidemiologi.

Salah satunya ahli epidemiologi UI, Pandu Riono yang mengatakan kebijakan tersebut berisiko mengundang mutasi virus corona baru masuk ke Indonesia.

Menurutnya program vaksinasi yang dilakukan pemerintah saat ini tidak menjamin seseorang akan terbebas begitu saja dari infeksi Covid-19.

Baca Juga: Muncul Mutasi Virus Corona Baru yang Lebih Pintar, Ketua IDI Sampai Beri Peringatan Ini

Sehingga dengan dilakukannya program vaksinasi bukan serta merta membuat kita bebas membuka lebar-lebar sektor pariwisata bagi wisatawan asing.

"Jangan mikirin duit dulu. Vaksin itu sifatnya hanya mencegah sakit, tapi tetap bisa tertular, apalagi dengan ada varian baru," ujar Pandu.

Pembukaan perbatasan internasional itu konsekuensinya sangat besar.

Menurut Pandu jika kita mengacu pada Thailand kurang tepat, sebab negara tersebut sudah berhasil mengendalikan pandemi sebelumnya.

Baca Juga: A to Z Vaksin Covid-19 AstraZeneca, Mulai dari Efektivitas Lawan Virus Corona Mutasi, Jangan Tutup Mata Efek Sampingnya

Pandu mengatakan kekebalan komunal (herd immunity) di Indonesia baru bisa tercipta dua tahun lagi di 2023 mendatang dari vaksinasi.

Melihat jumlah masyarakat Indonesia yang mencapai 273 juta penduduk. Saat ini baru 1,92% penduduk yang sudah di vaksin menurut data John Hopkins University.

"Yang penting pandemi sekarang terkendali angka penularan rendah bukan vaksinasi," kata Pandu.

Baca Juga: Epidemiolog UI Sebut Mutasi Virus Corona Brasil Mengerikan, Indonesia Harus Waspada

Melihat kritikan tersebut, diketahui vaksinasi memang tidak akan sepenuhnya membuat seseorang terhindar dari infeksi Covid-19.

Menurut penjelasan artikel berjudul "Understanding How Covid-19 Vaccines Work", yang diupdate laman cdc.gov (9 Maret 2021), disebutkan bahwa vaksin memang bisa membantu seseorang mengembangkan kekebalan tubuh dalam mencegah Covid-19.

Meski demikian bukan berati kita akan kebal seutuhnya dari infeksi virus corona setelah disuntik vaksin.

Baca Juga: Dapat 'Lampu Hijau' dari MUI, Vaksin Covid-19 AstraZeneca Siap Diedarkan di 6 Provinsi

CDC mengatakan kemungkinan infeksi sangat besar, ketika kita terpapar Covid-19 disaat vaksin tidak mempunyai cukup waktu untuk memberikan perlindungan.

Terlebih vaksin Covid-19 yang ada saat ini, umumnya baru bisa benar-benar membentuk antibodi setelah dua kali dosis penyuntikan.(*)

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Telah Diproduksi Jutaan, WHO Sesalkan Negara Miskin Tidak Kebagian

 #berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL