Kondisi Udara di Balongan Indramayu Tak Ubahnya Seperti Asap Kendaraan Bermotor, Beracun dan Berbahaya Bagi Manusia

Kebakaran kilang minyak Pertamina Balongan di Idramayu cemari udara dengan polutan berbahaya bagi kesehatan.

Kebakaran kilang minyak Pertamina Balongan di Idramayu cemari udara dengan polutan berbahaya bagi kesehatan.

GridHEALTH.id - Hingga kini ada sekitar 912 orang yang masih mengungsi, dan mereka tidak diperkenankan pulang ke rumahnya.

Mereka itu adalah warga yang tinggal di area kilang minyak Pertamina Balongan Indramayu.

Baca Juga: Vaksin Covid-19, Hindari Minum Obat-obat Ini Sebelum Disuntik

Kepala Damkar Indramayu, Joni Takarasel menyebut api masih ada di area Pertamina RU IV, Balongan.

Namun, ia memastikan api tidak akan menyebar luas.

"Kepada masyarakat tidak perlu panik. Saya sedang berdiri di depan lokasi kebakaran dan kami anggota tadi sudah masuk, sudah melihat bahwa kondisi kebakaran sudah terisolasi di dalam," paparnya di depan kobaran api yang besar dan kepulan asap dalam video yang diunggah @androsalman.

Dalam video tersebut Joni pun menjelaskan bahwa kobaran api tersebut tidak akan melahap rumah warga. Sehingga, warga tidak perlu khawatir.

"Kemungkinan kecil bisa merambat keluar kompleks Pertamina, untuk itu kepada masyarakat tidak perlu panik. Tetap di rumah tetap waspada," jaminnya untuk menenangkan warga di tempat pengungsian.

Baca Juga: Vaksin Covid-19, Hindari Minum Obat-obat Ini Sebelum Disuntik

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu sendiri memprediksi kebakaran di kilang minyak Pertamina RU VI Balongan baru padam tiga hari.

Plt Sekretaris BPBD Kabupaten Indramayu Caya menyebut pemadaman api itu tak bisa hanya sehari.

"Hanya untuk memadamkan saja tiga hari untuk benar-benar padam," ucap Caya kepada CNNIndonesia.com, Senin (29/3).

Selama tiga hari tersebut, sudah berapa banyak polutan yang mencemari lingkungan?

Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak menuturkan kebakaran di Kilang Pertamina Balongan tentunya akan berdampak buruk bagi kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar.

Menurutnya, berbagai polutan berbahaya yang timbul dari kebakaran tidak hanya akan mencemari udara sekitar kilang, tetapi bisa terbawa jauh tergantung pada arah dan kecepatan angin.

Baca Juga: Cara Mencegah Penuaan Dini Pada Kulit, Coba Mulai dari Hal Simpel Ini

"Pertamina harus melakukan langkah mitigasi yang menyeluruh terhadap berbagai risiko kebakaran kilang, termasuk dampaknya bagi perekonomian dan kehidupan masyarakat sekitar," ujar dia, diambil dari Ayojakarta.com, Senin (29/3/2021).

Bisa terlihat berapa banyak polutan berbahaya yang mengepung, akibat kebakaran kilang minyak Pertamina Balongan di Indramayu.

Menurut Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, Erlang Samoedro, dalam sebuah wawancara di acara metrotvnews.com (30/3/2021), bahan bakar yang terbakar dalam tragedi itu akan menghasilkan zat toksik di udara berupa karbon, sulfur, nitrogen, hidrokarbon dan zat lainnya.

Baca Juga: Efektivitas Masker Bisa Berkurang Drastis Pada Pria Berjenggot, Ini Fakta dan Sebabnya

"Semua itu adalah zat-zat yang berbahaya jika masuk ke dalam tubuh, apalagi dalam jumlah yang banyak, terangya.

Asal tahu saja, ternyata menurut dokter paru ini, zat yang tersebar di udara akibat kebakaran kilang minyak Pertamina Balongan Indramayu sama seperti asap yang berasal dari knalpot mesin kendaraan bermotor.

Tapi ini jumlahnya berkali-kali lipat lebih banyak.

"Jika kita menghirup zat tersebut dalam jumlah yang banyak tubuh bisa melemah atau bahkan mengakibatkan meninggal dunia."

Zat toksik yang muncul akibat pembakaran akan mempengaruhi hemoglobin dalam darah, yang membuat kadar oksigen dalam darah berkurang dan justru dipenuhi oleh karbon.

Alhasil jika terus dibiarkan paparan udara buruk itu bukan tidak mungkin akan menyebabkan kematian.

Baca Juga: Evaluasi CDC Setelah 1 Bulan Penyuntikan Global, Vaksin Covid-19 Pfeizer-BioNTech Juara dengan Hasil 90% Drop Risiko Infeksi

"Ketika zat-zat berbahaya itu terhirup dan masuk ke dalam tubuh bisa menyebakan kerusakan di epitel saluran pernapasan, otomatis refleks pertama dari tubuh adalah batuk."

Sekedar mengingatkan, ledakan yang terjadi di Kilang Pertamina Balongan, Kabupaten Indramayu, hingga menyebabkan kebakaran hebat menambah deretan kisah tragis kecelakaan dan bencana yang disebabkan oleh industri ekstraktif.

Baca Juga: Akibat Jika Tubuh Kekurangan Vitamin B6, Kekebalan Tubuh Melemah

Insiden ini bukan pertama kalinya. Pada tahun 2019, petaka tumpahan minyak mentah dari operasi PT Pertamina Hulu Energi terjadi di lepas pantai Karawang, Jawa Barat, yang menghancurkan kehidupan perekonomian masyarakat dan ekosistem darat serta perairan sekitar.

Selain itu, kejadian kebakaran di Kilang Pertamina di Balikpapan juga menjadi perhatian publik. Rentetan peristiwa ini membuat berbagai aktivis lingkungan ikut bicara.(*)

Baca Juga: Ahli Epidemiologi Tak Habis Pikir dengan Kebijakan Baru Pemerintah Ini, 'Aneh' dan Mendorong Penularan Covid-19

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL