GridHEALTH.id - Sejak awal Covid-19 melanda, tak terkecuali di Indonesia pada medio 2020, dokter ahli tidak sedikit yang mewanti-wanti prihal Cytokine Storm alias badai sitokin.
Sebab kondisi inilah, Cytokine Storm, yang sebenarnya ditakuti pada mereka yang terinfeksi Covid-19.
Cytokine Storm ini pun penyebab paling umum kematian pada pasien Covid-19.
Walau asing terdengar awam, sebanarnya Cytokine Storm alias badai sitokin bukan sebuah kondisi medis baru.
Tahun ini menandai 11 tahun sejak deskripsi pertama dari badai sitokin yang berkembang setelah terapi sel-T reseptor antigen chimeric (CAR), dan 27 tahun sejak istilah itu pertama kali digunakan dalam literatur untuk menggambarkan sindrom engraftment dari graft-versus-host akut.
Jika diluhat dari perspektif historis, badai sitokin alias Cytokine Storm sebelumnya disebut sebagai sindrom mirip influenza, yang terjadi setelah infeksi sistemik seperti sepsis dan setelah imunoterapi seperti racun Coley.
Karenanya penting bagi dokter untuk mengenali badai sitokin karena memiliki implikasi prognostik dan terapeutik.
Baca Juga: Yuk Kenali Apa Itu Sianida dan Pertolongan Pertama Terpapar Sianida