Find Us On Social Media :

Hanya di Indonesia, Apapun Sakitnya Obatnya Antibiotik, Tahu Apa Bahayanya?

Hanya di Indonesia antibiotik menjadi obat dewa. Apapun sakitnya, obatnya antibiotik.

Itu pun jika benar sakit yang diderita karena bakteri. Jika bukan, walau diresepkan jangan ditebus dan diminum antibiotiknya.

Ini harus ditegakan, sebab khawatir terjadinya era post antibiotic, dimana penyakit sederhanya yang sebenarnya bisa disembuhkan antibiotik malah jadi berbahaya, jelas dr. Dewi dalam kegiatan  media briefing bertajuk One Heath Approach: Strategi Kurangi Maraknya Bakteri Kebal Antibiotik yang diselenggarakan di Balai Kartini, Jakarta, selasa pagi (19/4).Jika masalah resistensi antibiotika tidak segera ditangani, para pakar memperkirakan bahwa pada tahun 2050, lebih kurang 10 juta orang di dunia meninggal karena resistensi antibiotika.Resistensi antibiotika mengakibatkan biaya kesehatan menjadi lebih tinggi karena penyakit lebih sulit diobati; butuhkan waktu perawatan yang lebih lama; dan membawa risiko kematian yang lebih besar, tambah dr. Dewi.

Baca Juga: Anak Buah Anies Baswedan Positif Covid-19 Padahal Sudah Divaksin, Balai Kota DKI Jakarta Dilockdown

Sementara itu, anggota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr Kuntaman, MS., Sp.MKK, mengatakan, masyarakat harus memahami, demam memang tanda adanya infeksi di dalam tubuh.

Namun, tidak semua infeksi disebabkan oleh bakteri, sehingga tidak semua infeksi membutuhkan antibiotika.Semisal pasien patah tulang karena kecelakaan, demam (panas) badannya. terapinya analgesik dan antipirektik, bukan antibiotik.

Baca Juga: Menkes Budi Gunadi; Ledakan Kasus Covid-19 Diprediksi Akhir Juni, Pemerintah Sudah Antisipasikah?