Find Us On Social Media :

Merasa Kebal Covid-19, Bangkalan Madura Memerah, Kurang dari 24 Jam 10 dari 15 Orang Meninggal di RSUD

Di Bangkakan Madura kurang dari 24 jam pasien Covid-19 di RSUD meninggal dunia.

GridHEALTH.id -Menyusul Kota Bandung, kini lonjakan kasus Covid-19 terjadi di Bangkalan, Madura.

Dari data terlihat kasus Covid-19 di Bangkalan Madura memerah.

Baca Juga: Raffi Ahmad Akui Nagita Slavina Lebih Cranky, Benarkah Hamil Anak Perempuan?

Ada 25 kasus pasien baru yang positif Covid-19, 2 pasien Covid-19 meninggal, dan 17 orang dinyatakan suspek corona, pada Minggu (6/6/2021). Ini semua terjadi usai libur lebaran 2021.

Sehingga saat ini jumlah yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Bangkalan sebanyak 1.779 orang.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Agus Sugianto Zain mengatakan, seperti dilansir dari Kompas.com, Senin (7/6/2021), rata-rata pasien Covid-19 tidak bisa bertahan lama dan kemudian meninggal seusai mendapat perawatan.

Mengenai hal ini, Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas) Irwandy, SKM, MScPH, MKes mengatakan penyebab tingginya kematian pasien Covid-19 di rumah sakit, khususnya pasien gawat darurat, dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama.

Baca Juga: Tanda Awal Ulkus Diabetikum, Penyakit Infeksi Kaki Diabetes, Serta Cara Pencegahannya

Prof Irwandy memaparkan kedua faktor itu antara lain faktor pre-rumah sakit dan rumah sakit.

"Standar minimalnya kematian pasien sebelum 24 jam di rumah sakit adalah kurang dari 2 per 1000 kasus," ungkap Prof Irwandy.

Prof Irwandy menambahkan bahwa itu merupakan standar minimal rumah sakit, dan kasus pasien meninggal dunia dalam 24 jam setelah perawatan jarang terjadi. "Kecuali pada keadaan bencana seperti pandemi saat ini," imbuhnya.

Mengenai apakah faktor pre-hospital atau hospital yang paling berpengaruh, Prof Irwandy mengaku kurang memiliki datanya. Namun, dia menekankan bahwa kedua faktor ini saling berkontribusi.

Dilain kesempatan, mengenai memerahnya kasus Covid-19 di Bangkalan Madura, Agus Sugianto Zain menjelaskan bagaimana kondisi pasien-pasien setelah kasus virus corona melonjak di Bangkalan.

Baca Juga: Gawat! Ada Penimbun Vaksin Covid-19, Jokowi; Jangan Ada yang Disimpan, Habiskan Segera, Distribusi Sudah Sampai Daerah

Menurutnya, semua pasien Covid-19 dirawat di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.

Tapi banyak dari mereka tidak bisa bertahan lama dan kemudian meninggal dunia usai mendapat perawatan.

Alasannya karena rata-rata pasien Covid-19 di Bangkalan baru bersedia ke rumah sakit ketika kondisinya sudah berat atau sangat parah.

Baca Juga: Air Rebusan Serai Untuk Meredakan Sakit Gigi, Begini Cara Meraciknya

Fakta menyedihkan itu baru terungkap tak kala pemerintah daerah melakukan koordinasi dan evaluasi terhadap manajemen rumah sakit.

"Awalnya, seminggu dua kasus meninggal, ini kan mempengaruhi zona karena ada rumusnya," kata Agus.

"Ini lebih dari itu, lebih dari dua."

"Dan presentasenya begini, 10 orang dari 15 orang yang meninggal, setelah dibawa ke rumah sakit (RSUD Bangkalan). Kurang dari 24 jam dirawat, namun sudah meninggal."

Selain itu, ada beberapa faktor yang membuat kasus Covid-19 di Bangkalan begitu tinggi.

Pertama, karena kesadaran masyarakat di Bangkalan memang masih sangat rendah terhadap adanya Covid-19.

Dan itu membuat pihak rumah sakit juga tidak bisa berbuat banyak.

Baca Juga: Virologi China Li-Meng Yan Sebut Anthony Fauci Tahu Covid-19 Sebenarnya, Senjata Bilogis China Bocor dari Lab Wuhan

Apalagi para pasien juga enggan memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit jika tidak memiliki gejala berat.

Alasan kedua, warga merasa kebal virus corona.

Mungkin inilah faktor terbesar melonjaknya angka kasus Covid-19 dan angka kasus pasien Covid-19 meninggal.

Alasan mereka enggan ke rumah sakit ialah menganggap dirinya kebal dengan virus corona.

Baca Juga: Email Anthony Fauci Buktikan Kesaksian Li-Meng Yan Tentang Covid-19 Bocor dari Lab Wuhan Benar

Oleh karenanya, masih banyak masyarakat yang abai dengan protokol kesehatan.

Bahkan banyak dari mereka yang mengabaikan kondisi kesehatan mereka sendiri.

"Ini kan menyangkut perilaku, tentang nilai-nilai kesehatan."

"Artinya ketika sakit parah, masyarakat baru datang ke rumah sakit," kata Agus.(*)

Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Kembali Digelar, Menkes Budi Ungkap Beberapa Aturan: 'Bapak Presiden Minta...'