GridHEALTH.id - Penyakit infeksi campak merupakan penyakit infeksi virus akut yang sangat menular.
Dimana semua orang bisa tertular penyakit infeksi ini, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Penyakit infeksi campak disebabkan oleh infeksi virus yang bernama Paramyxovirus.
Virus ini mudah menular terutama melalui udara atau airbone.
Karenanya saat seseorang dengan campak bersin atau batuk, percikan air liur yang keluar bisa langsung menularkan virusnya.
Dilansir dari laman idai.or.id (29/5/2019), masa inkubasi penyakit infeksi campak terjadi pada 7-18 hari.
Namun angka serangan penularan campak 90% lebih dari individu yang terinfeksi sejak 4 hari sebelum sampai 4 jam setelah munculnya ruam.
Sementara itu ada beberapa gejala yangbisa muncul ketika seseorang tertular campak, diantaranya seperti:
Baca Juga: Gizi Buruk Dapat Memicu Marasmus, Penyakit Akibat Kekurangan Protein dan Kalori yang Sangat Parah
- Munculnya demam dengan suhu badan biasanya lebih dari 38 Celcius selama 3 hari atau lebih dan akan berakhir setelah 4-7 hari.
Demam tinggi ini terjadi setelah 10-12 hari setelah tertular. Terdapat pula batuk, pilek, mata merah atau mata berair (3C: cough, coryza, conjunctivitis).
- Adanya tanda khas campak seperti ditemukannya Koplik's spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam.
- Gejala pada tubuh berbentuk ruam makulopapular atau ruam kulit.
Ruam muncul pada muka dan leher, dimulai dari belakang telinga, kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
- Ruam yang terjadi bertahan selama 3 hari atau lebih pada kisaran hari ke-4 sampai ke-7 demam. Ruam muncul saat demam mencapai puncaknya.
Ruam penyakit infeksi campak berakhir dalam 5 sampai 6 hari, dan menjadi berwarna seperti tembaga atau kehitaman.
Sementara itu, untuk diketahui bahwa penyakit infeksi campak ini dapat menjadi masalah serius untuk semua kelompok umur.
Baca Juga: Wajib Diketahui, Inilah Perubahan Jadwal Imunisasi Anak Terbaru!
Namun dari kebanyakan kasus, anak berusia di bawah 5 tahun dan dewasa lebih dari 20 tahun lebih sering mengalami komplikasi.
Adapun komplikasi yang sering terjadi bisa seperti infeksi telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran, serta diare (1 dari 10 anak).
Beberapa dapat mengalami komplikasi berat berupa pneumonia (1 dari 20 anak) yang merupakan penyebab kematian tersering pada campak, dan ensefalitis atau radang otak (1 dari 1000 anak) yang dapat berakhir dengan kematian.
Disebutkan bahwa setiap 1.000 anak yang menderita campak, 1 atau 2 di antaranya meninggal dunia.
Selain itu, campak juga dapat menyebabkan komplikasi bernama Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).
SSPE adalah komplikasi yang sangat jarang, tetapi merupakan penyakit sistem saraf pusat yang fatal akibat infeksi virus campak yang diderita pada saat kanak-kanak.
SSPE umumnya terjadi 7-10 tahun setelah seseorang menderita campak, walaupun telah sembuh. Risiko SSPE lebih besar pada anak yang menderita campak pada usia kurang dari 2 tahun.
Campak juga dapat menyebabkan ibu hamil melahirkan sebelum waktunya, atau melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
Karenanya penting bagi kita, kuhususnya para orangtua yang memiliki anak untuk mencegah penyakit ingfeksi ini terjadi.
Cara terbaik untuk mencegah campak adalah dengan mengikuti imunisasi campak.
Dikutip dari Better Health dalam artikel "Measles", disebutkan bahwa seseorang yang menerima dua dosis vaksin campak yang direkomendasikan memiliki kekebalan 99 % terhadap infeksi campak.
Ada dua jenis vaksin campak. Pada tipe pertama, vaksinnya merupakan gabungan vaksin campak, gondok dan rubella (campak Jerman) dan biasa dikenal dengan vaksin MMR.
Pada tipe kedua (tersedia mulai Juli 2013), vaksinnya adalah vaksin gabungan campak, gondok, rubella dan varicella (cacar air) dan umumnya dikenal sebagai vaksin MMRV.(*)
Baca Juga: Lesi Merah dan Rasa Gatal di Kaki, Gejala Baru Positif Virus Corona
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL