Find Us On Social Media :

Ditemukan KIPI Vaksin Covid-19 Sinovac Oleh Tim Riset FK UNPAD Bandung

Ditemukan KIPI Vaksin Sinovac oleh tim riset UNPAD Bandung.

GridHEALTH.id - KIPI alias Kejadian Ikutan Paska Imunisasi pada vaksin Sinovac ternyata ada.

malah hal ini diungkapkan langsung oleh tim riset vaksin Sinovac dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung.

“KIPI kalau Sinovac sekitar 30 persen,” kata manajer tim riset vaksin Sinovac dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Eddy Fadlyana, Rabu 9 Juni 2021.

Ini artinya, 3 dari 10 orang mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang menggunakan vaksin Sinovac.

Bagaiaman dengan vaksin Covid-19 lainnya yang digunakan di Indonesia.

Hingga kini belum ada temuan. Sebab penggunaannya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan vaksin Sinovac.

Vaksin Covidf-19 AstraZeneca, misalnya, yang dipakai di Indonesia jumlahnya sekarang ini masih sedikit dibandingkan dengan Sinovac.

Baca Juga: Penyintas Kanker Perlu Tahu, Khasiat Rebusan Daun Sirsak Lebih Ampuh dari Kemoterapi

Dampak sebesar itu juga muncul, melansir Tempo.co (9/6/2021), dari hasil penelitian pada fase 1 dan 2 yang berlangsung di Cina.

Tapi masyarakat diharapkan tenang atas temuan KIPI pada vaksin Covid-19 Sinovac ini.Ketua tim riset vaksin Sinovac Kusnandi Rusmil mengatakan, sejauh ini belum ada kejadian berat pasca imunisasi vaksin Sinovac.

“Orang yang alergi berat tidak boleh divaksinasi,” kata Ketua Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jawa Barat itu.

Kejadian yang tergolong berat setelah vaksinasi yaitu pingsan. Kemungkinannya 1 dari 1 juta orang.

Adapun beberapa laporan sakit yang berat hingga meninggal, kata Kusnandi, setelah diperiksa dinyatakan tidak terkait dengan vaksinasi.

Baca Juga: Khasiat Bawang Putih dan Madu, Ampuh Untuk Menurunkan Berat Badan

“Setelah beberapa lama disuntik kemudian meninggal itu bukan karena vaksin Sinovac, itu sudah diaudit,” ujarnya.

Sementara kasus seorang guru yang lumpuh setelah dua pekan divaksinasi, menurut Kusnandi, sebulan sebelumnya guru itu diketahui menderita penyakit tertentu.

Pastinya, reaksi orang setelah mendapat vaksin Sinovac akan beragam sesuai kondisi tubuhnya.

Pada orang yang punya penyakit bawaan atau komorbid tertentu, kata Kusnandi, tidak bisa divaksinasi.

Baca Juga: Menghitamkan Rambut Tanpa Cat dan Semir Rambut, Manfaatkan Labu Kuning

Walaudemikian kita tetap perlu waspada dan antisipasi. Karena menurut Eddy, gejala sistemiknya, antara lain lemas, demam, atau nyeri otot.

“Tingkat keparahan Sinovac dari hasil penelitian umumnya ringan, rasanya nggak ada yang berat,” kata dia.

Sedangkan gejala KIPI dari vaksin Covid-19 Sinovac berupa reaksi lokal, seperti nyeri di bekas tempat suntikan, kulit kemerahan, atau bengkak.

Sementara itu, UNPAD Bandung pun menyatakan bakal melakukan uji klinis terhadap penggunaan dosis ketiga atau booster vaksin Sinovac untuk meningkatkan antibodi.

Baca Juga: Meninggalnya Wabup Kepuluan Sangihe di Pesawat, yang Dilakukan Awak Kabin Saat ada Penumpang Wafat di PenerbanganKusnandi Rusmil mengatakan pihaknya akan mengajukan rencana uji klinis itu ke komite etik penelitian terlebih dahulu.

"Belum mulai, baru akan diajukan ke komite etik penelitian dulu," ujar Kusnandi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (10/6).Kusnandi enggan menjelaskan secara rinci perihal waktu dimulainya uji klinis dosis tambahan itu.

Dia juga enggan membeberkan berapa banyak relawan dan alasan mengata booster diperlukan di Indonesia.

Baca Juga: Respon China Prihal Email dr Anthony Fauci Mengenai Asal Usul Covid-19

Sebelumnya, Sinovac mengklaim telah menyelesaikan uji klinis Fase II untuk dosis ketiga atau booster.

Perusahaan mengklaim booster meningkatkan antibodi peserta uji hingga 10 kali lipat dalam seminggu dan 20 kali lipat dalam setengah bulan."Sinovac juga telah menyelesaikan uji klinis Fase II di mana peserta disuntik dengan dosis booster ketiga setelah menyelesaikan dua suntikan reguler," ujar Chairman Sinovac, Yin Weidong melansir Reuters.(*)

Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Juli 2021 Diwanti-wanti Jokowi, Ini Penjelasan dari Menkes