Find Us On Social Media :

Aman Digunakan, Dokter Anak: 'Botol Bayi Bebas BPA Masih Memiliki Risiko Kesehatan'

Dokter anak mengungkapkan bahwa masih ada risiko kesehatan di balik botol bayi bebas BPA

GridHEALTH.id -  Semua orangtua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya.

Tak ayal, orangtua kerap mengeluarkan biaya lebih demi memenuhi kebutuhan nutrisi sang buah hati.

Baca Juga: Memilih Botol Susu Untuk Si Kecil, Botol Kaca atau Botol Plastik?

Misalnya membeli botol bayi dengan kualitas terbaik, seperti bebas BPA (BPA-free).

Namun tahukah, di balik embel-embel bebas BPA, rupanya botol bayi tersebut masih memiliki risiko yang berbahaya bagi kesehatan bayi.

Baca Juga: 40 Persen Anak Meninggal Akibat Covid-19, Satgas: Sekolah Tatap Muka Harus Hati-hati

Dilansir dari Cleveland Clinic, BPA (bisphenol-A) adalah salah satu dari beberapa bisphenol, yang merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengeraskan plastik.

Karena bisphenol dapat meniru hormon reproduksi tubuh, mereka dapat mempengaruhi kesuburan dan waktu pubertas.

Ada bukti bahwa mereka juga dapat meningkatkan lemak tubuh dan mempengaruhi sistem saraf dan kekebalan tubuh.

Dokter anak W. Kyle Mudd, DO menyatakan, BPA bukan satu-satunya bahan yang mengkhawatirkan dalam peralatan bayi.

Baca Juga: Penyakit Infeksi Telinga Bikin Malu, Datangi Dokter Jika Alami Gejala

"Bahkan botol bayi plastik bebas BPA masih memiliki beberapa risiko kesehatan," katanya.

 

Pasalnya, dalam sebuah botol bayi, pasti ada potongan-potongan bahan plastik dapat menimbulkan risiko lain.

Seperti diketahui, plastik dapat menimbulkan kerusakan pada otak dan otot, bahkan bisa menimbulkan kanker saat dewasa nanti.

Untuk itu, Mudd menyarankan beberapa cara mengurangi jumlah bahan kimia dan partikel lain dalam minuman bayi.

1. Pertimbangkan alternatif lain

Baca Juga: Konsumsi Susu di Indonesia Paling Rendah di ASEAN, Padahal Bisa Bantu Cegah Stunting

Beberapa orang tua memilih untuk menghindari plastik sama sekali, menukar botol kaca atau stainless steel atau cangkir sippy (sippy cup).

"Pilihan ini lebih aman dari sudut pandang kimia," kata Mudd.

Tetapi tempat minum tersebut memiliki beberapa kekurangan, seperi mudah pecah, harganya lebih mahal, dan yang pasti bahan dari logam atau kaca ini lebih berat jika dipegang oleh jemari bayi yang masih lemah.

Namun Mudd masih mempertimbangkan penggunaan cangkir sippy, karena sebagian besar tempat minum ini juga terbuat dari plastik.

Baca Juga: Ditemukan KIPI Vaksin Covid-19 Sinovac Oleh Tim Riset FK UNPAD Bandung

2. Hindari suhu tinggi

Panas menyebabkan plastik melepaskan lebih banyak bahan kimia dan partikel.

Cukup bersihkan botol dengan air sabun hangat (bukan panas), lalu bilas hingga bersih.

Catatan penting, jangan pernah memanaskan botol plastik di microwave meski tertulis microwave free.

Baca Juga: Sembako hingga Uang Sekolah Kena PPN, Akankah BLT Tetap Diberikan pada Masyarakat?

3. Simpan susu dengan benar

Untuk meminimalkan paparan plastik, jangan simpan susu formula atau ASI dalam botol plastik.

Simpan dalam wadah kaca di lemari es atau freezer, dan tuangkan ke dalam botol sebelum waktu makan.

4. Jangan menggoyang botol

Mengocok botol dengan kuat dapat menyebabkan lebih banyak mikroplastik terkelupas ke dalam cairan.

Baca Juga: Dianggap Obat Dewa, Penggunaan Antibiotik Tidak Rasional Sebabkan Kematian, Bisa Lebih dari 10 Juta Jiwa per Tahun

Jika dirasa perlu mengocok susu formula untuk mencampurnya, lakukan dalam wadah kaca atau baja tahan karat sebelum memindahkannya ke botol plastik.

Keempat cara tersebut sebaiknya bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari guna mengurangi risiko kesehatan dari penggunaan botol bayi. (*)

Baca Juga: Dinkes Jakarta Berharap Tidak Ada Warga DKI 18 Tahun ke Atas Tolak Vaksinasi Covid-19: 'Satu Botol Vaksin untuk 8-9 Orang'

#hadapicorona #berantasstunting