Find Us On Social Media :

Ibu Hamil Wajib Tahu, Proses Persalinan TIdak Berhenti sampai Bayi Lahir, Masih Ada 1 Persalinan Lagi

Mengenal tahapan persalinan

GridHEALTH.id - Setiap ibu hamil pasti akan merasakan tanda-tanda persalinan yang berbeda.

Umumnya, tanda-tanda persalinan diawali dengan rasa mulas yang tak menentu.

Baca Juga: Biaya Persalinan Kena PPN, Sri Mulyani Bantah Tak Membela Rakyat: 'Padahal Fokus Kami Adalah Pemulihan Ekonomi'

Beberapa ibu hamil juga akan mengalami flek atau pendarahan hingga pecah ketuban.

Namun tahukah, sebenarnya proses persalinan tidak berhenti hingga bayi lahir ke dunia.

Baca Juga: Lebih Parah dari Covid-19 Biasa, Ini Gejala Infeksi Corona Akibat Varian Delta dari India

Usai bayi lahir, ternyata masih ada 1 persalinan lagi yang mana sangat mengancam jiwa para ibu.

Melansir laman National Health Service, ada 3 tahap persalinan.

1. Tahap persalinan 1

Selama tahap pertama persalinan, kontraksi membuat serviks secara bertahap terbuka (melebar).

Ini biasanya merupakan tahap persalinan yang paling lama, bahkan bisa memakan waktu berjam-jam, atau bahkan berhari-hari, sebelum melahirkan.

Baca Juga: Hanya Tersisa 7 Persen, RSD Wisma Atlet Hentikan Penambahan Pasien Covid-19

Pada awal persalinan, serviks mulai melunak sehingga bisa terbuka dan mungkin merasakan kontraksi yang tidak teratur, yang disebut fase laten.

Persalinan yang mapan adalah ketika serviks telah melebar hingga sekitar 4 cm dan kontraksi teratur membuka serviks.

Selama fase laten, ada baiknya untuk makan dan minum, karena ibu hamil akan membutuhkan energi saat persalinan dimulai.

Jika persalinan dimulai pada malam hari, cobalah untuk tetap nyaman dan santai. Tidur jika bisa.

Jika persalinan dimulai pada siang hari, tetap tegak dan aktif dengan lembut.

Hal ini membantu bayi bergerak turun ke panggul dan membantu serviks melebar.

Latihan pernapasan, pijat, dan mandi air hangat atau pancuran dapat membantu meringankan rasa sakit selama tahap awal persalinan ini.

Jika kontraksi mulai terjadi secara teratur, ibu akan dirawat di rumah sakit untuk memeriksa sudah berapa besar bukaan serviks.

Baca Juga: Seperti Flu Biasa , Penyakit Infeksi Ibu Hamil Ini Sebabkan Bayi Lahir Cacat

Selama fase aktif, serviks akan mulai membesar secara lebih cepat.

Pada fase ini, ibu akan merasakan nyeri atau tekanan hebat pada bagian punggung atau perut setiap kali kontraksi terjadi.

Namun, dokter atau bidan akan meminta ibu untuk tidak mengejan terlebih dahulu sampai leher rahim benar-benar terbuka atau bukaan 10.

Fase transisi adalah fase di mana serviks telah sepenuhnya melebar hingga 10 cm.

Kontraksi terjadi sangat kuat, menyakitkan, dan datang setiap 3-4 menit dan berlangsung dari 60-90 detik.

2. Tahap persalinan 2

Pada tahap ini, serviks sudah terbuka.

Biasanya, 

Karena hal ini malah akan menimbulkan bahaya bagi janin.

Baca Juga: Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Disimpan di Kulkas, Jika Nekat Ini yang terjadi

Ketika kepala bayi hampir siap untuk keluar, penolong persalinan akan meminta ibu untuk berhenti mendorong dan mengambil napas pendek, meniupnya melalui mulut.

Ini agar kepala bayi bisa lahir perlahan dan lembut, memberi waktu pada kulit dan otot di area antara vagina dan anus (perineum) untuk meregang.

Ibu hamil diharap tidak mengejan, jika dirasa kontraksi belum datang.

Baca Juga: Usai Christiano Ronaldo Bikin Tekor Rp 57 Triliun, Giliran Pogba Singkirkan Botol Minuman Beralkohol: 'Aku Tidak Minum Alkohol'

Terkadang bidan atau dokter akan menyarankan episiotomi (menggunting perinium) untuk menghindari robekan atau untuk mempercepat persalinan.

Namun perjuangan ibu tidak berhenti sampai di sini.

Masih ada 1 tahap persalinan lagi yang harus dihadapi.

3. Tahap persalinan 3

Tahap persalinan 3 terjadi setelah bayi lahir, ketika rahim berkontraksi dan plasenta keluar melalui jalan lahir.

Umumnya, plasenta akan keluar 10 hingga 30 menit setelah bayi lahir.

Jika dalam dalam waktu 30 menit setelah melahirkan bayi plasenta tidak segera lahir, bisa jadi ibu mengalami rentensi plasenta.

Baca Juga: Sita Waktu dan Tenaga, 196 Makam Dibongkar Terbukti Negatif Covid-19, RS Kena Semprot: 'Kenapa Kurang Teliti?'

Retensi plasenta tidak bisa dianggap sepele karena jika dibiarkan, maka bisa saja menimbulkan komplikasi yang berbahaya bagi ibu yang melahirkan.

Jika bagian plasenta belum keluar sempurna beberapa hari atau minggu setelah melahirkan, maka dapat timbul gejala gejala, seperti demam, perdarahan terus-menerus keluar dari vagina, kram dan nyeri, dan dapat mengalami infeksi sehingga timbul demam dan keluar cairan sekret berbau busuk.

Baca Juga: Pengobatan Covid-19 Ala Siti Fadilah, Cukup di Rumah Dengan Isolasi Mandiri, Benarkah?

Namun tak perlu khawatir, karena kondisi ini tergolong langka yang hanya memengaruhi sekitar 2 hingga 3 persen dari semua kelahiran. 

Itulah 3 tahap persalinan yang wajib diketahui para ibu hamil sebelum melahirkan. (*)

#hadapicorona #berantasstunting #bijakGGL