Tapi ada hal yang menarik, pihak berwenang Singapura, melansir Intisari-online, menyebutkan ada sekitar 2.000 orang di Singapura yang mengalami reaksi merugikan yang parah terhadap vaksin Pfizer dan Moderna.
Ini membuat Singapura mempertimbangkan untuk menggunakan Sinovac non-mRNA jika mereka tidak ingin menunggu alternatif lain disetujui.
Beberapa, tampaknya, lebih memilih teknologi konvensional.
"Sinovac China lebih aman dengan efek samping yang rendah," kata Lian Jie, warga negara China yang tinggal di Singapura, menggemakan pandangan banyak orang di komunitasnya.
Untuk dipahami, vaksin Sinovac dari China adalah virus yang tidak aktif, pada dasarnya adalah virus Covid yang telah dibunuh.
Baca Juga: Cerita Pasien Covid-19 di RSD Wisma Atlet: Banyak Pasien Anak-anak
Sedangkan vaksin Pfizer menggunakan mRNA dan Oxford/AstraZeneca menggunakan vektor virus.
Organisasi Kesehatan Dunia pun mengatakan dua dosis Sinovac menunjukkan kemanjuran 51% terhadap infeksi Covid-19 bergejala dalam uji coba Fase 3 besar di Brasil.
Sedangkan dua suntikan Sinopharm memiliki tingkat kemanjuran 79% terhadap infeksi simtomatik dan 79% terhadap rawat inap dalam uji coba multi-negara besar.
Sebagai perbandingan, vaksin Oxford-AstraZeneca memiliki kemanjuran 63%.
Baca Juga: Pasien Covid-19 di Rumah Sakit Didominasi Oleh yang Belum Mendapatkan Vaksin