GridHEALTH.id - Kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia terus bertambah setiap harinya.
Berdasarkan data terbaru laman covid19.go.id, hingga Selasa (3/8/2020) jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 di Indonesia bertambah 1.598 orang.
Sehingga total keseluruhannya saat ini menjadi sebanyak 98.889 orang.
Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan.
Apalagi justru banyak pasien Covid-19 yang ternyata lebih cepat meninggal ketika berada di rumah sakit.
Hal itu seperti diungkap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers usai rapat terbatas, Senin (2/8/2021).
Lantas apa penyebab pasien Covid-19 di rumah sakit lebih cepat meninggal?
Baca Juga: Kabar Duka Dari Ma'ruf Amin, 605 Kiai dan Ulama Gugur Karena Covid-19
Menurut Budi salah satu faktor penyebab melonjaknya kematian di Indonesia disebabkan oleh terlambatnya penanganan Covid-19.
"Kematian yang terjadi peningkatan sekarang penyebab utamanya karena terlambat tertangani di rumah sakit," ujarnya.
Budi bilang pemerintah telah melakukan analisis terkait kasus kematian di Indonesia.
Berdasarkan pemantauan Kementerian Kesehatan, kasus kematian di rumah sakit berlangsung lebih cepat dari sebelum adanya lonjakan kasus.
Sebelumnya kasus kematian di rumah sakit rata-rata terjadi setelah 8 hari perawatan.
Baca Juga: Pemberian Vaksin Dapat Mencegah Penyakit Infeksi Menular, Bagaimana Cara Kerjanya?
Namun, saat terjadi lonjakan, rata-rata kematian terjadi pada 3-4 hari setelah perawatan.
"Kata juga lihat dulu wafatnya kebanyakan di ICU, di IGD paling cuma 1%-2%, sekarang di IGD hampir 20%," terang Budi.
Mantan Wakil Menteri BUMN itu juga menyebut tak jarang terjadi kasus pasien Covid-19 meninggal sebelum mendapat perawatan di rumah sakit.
Baca Juga: Setelah Disuntik Vaksin Sinovac 2 Dosis Sekaligus, Pria di Batam Ini Meninggal Dunia
Budi mengatakan banyak pasien yang datang ke rumah sakit dengan kondisi saturasi oksigen sudah turun.
Terdapat pasien yang masuk ke rumah sakit dengan saturasi di bawah 80%.
Hal itu mengindikasikan virus telah menyebar ke paru-paru dan mengganggu fungsi pernapasan.
Salah satu penyebab terlambatnya penanganan tersebut berkaitan dengan kurangnya pengetesan.
Budi menyebut hal itu dapat terjadi akibat kurangnya edukasi terkait Covid-19.
"Mungkin karena edukasi masyarakat perkiraan kita, sehingga orang takut kalau kena Covid-19, seperti aib," ungkap Budi.
Selain itu, kurangnya edukasi dalam penanganan Covid-19 juga menjadi masalah.
Sehingga saat isolasi mandiri, saturasi tak menjadi perhatian pasien Covid-19.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL