Find Us On Social Media :

Bayi Idap Penyakit Infeksi HIV, Bolehkah Minum ASI dari Sang Ibu atau Minum Susu Formula?

Ilustrasi ibu menyusui

GridHEALTH.id - Ibu yang mengidap penyakit infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dipercaya dapat menularkannya kepada sang anak.

Dilansir dari laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sebanyak 90 persen penularan HIV pada bayi baru lahir hingga anak berumur <13 tahun terjadi pada saat perinatal atau terjadi selama dalam kandungan, selama proses kelahiran dan sesudah kelahiran.

Baca Juga: Tragis, Pulang Dari Rumah Sakit, Bayi Ini Malah Tertular HIV/AIDS

Penyakit infeksi HIV pada bayi dapat terjadi melalui plasenta, meskipun plasenta tidak dapat ditembus oleh sel-sel ibu yang terinfeksi HIV, akan tetapi virus HIV yang bebas masih dapat menembus pertahanan plasenta.

Proses kelahiran merupakan porsi terbesar terjadinya penularan karena selama proses tersebut ada kemungkinan bayi menelan cairan yang terdapat di jalan lahir.

Sedangkan penularan pasca lahir yang paling mungkin adalah melalui pemberian ASI mengingat di ASI dapat ditemukan virus bebas, atau sel limfosit CD4 yang sudah terinfeksi oleh virus HIV.

Baca Juga: Pandemi Bikin Pikiran Kacau & Hati Galau, Yuk Coba 7 Jenis Meditasi Ini, Mana yang Cocok Untukmu?

Melihat hal ini bolehkah bayi yang terinfeksi HIV meminum ASI dari sang ibu yang juga positif HIV atau haruskah minum susu formula?

Perdebatan antara pemberian ASI dan susu formula pada bayi dengan penyakit infeksi HIV rupanya masih terjadi di kalangan ahli.

Menurut anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), untuk Ibu dengan HIV positif, disarankan untuk meneruskan pemberian ASI dan juga tentunya meneruskan pengobatan ARVnya selama minimal 12 bulan.

Beberapa penelitian menunjukkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama berhubungan dengan penurunan risiko penularan HIV sebesar 3-4 kali dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI dan susu formula.

Baca Juga: 7 Penyebab Terjadinya Infeksi Saluran Kemih Pada Pria, Mual Salah Satu Gejalanya

Namun beberapa ahli lainnya juga menyarankan agar pemberian ASI pada bayi dengan HIV dan ibu dengan HIV hanya selama 6 bulan, kemudian dihentikan.

Setelah 6 bulan, ibu disarankan memerah ASI.

Alasan tersebut disebabkan karena adanya kekhawatiran puting lecet selama menyusui, sehingga dapat mengeluarkan darah yang bisa tertransfer ke bayi.

Namun sebaliknya, IDAI, American Academy of Pediatrics (AAP), dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tidak menyarankan bayi yang terinfeksi HIV dari sang ibu mendapat ASI ibunya.

Cara terbaik untuk mencegah penularan HIV ke bayi melalui ASI adalah dengan tidak menyusui.

Di Amerika Serikat, di mana para ibu memiliki akses ke air bersih dan makanan pengganti yang terjangkau (susu formula bayi).

CDC dan AAP merekomendasikan agar ibu yang terinfeksi HIV sepenuhnya menghindari menyusui bayi mereka, terlepas dari terapi ARV dan viral load ibu.

Penyedia layanan kesehatan harus menyadari bahwa beberapa ibu dengan HIV mungkin mengalami tekanan sosial atau budaya untuk menyusui.

Baca Juga: Kembali Aktif di Medsos, Adhisty Zara Pasang Foto Lengan Lebam, Warganet: 'Sengaja Diliatin, Caper'

Ibu-ibu ini mungkin memerlukan bimbingan pemberian makan dan/atau dukungan emosional yang berkelanjutan.

Terlepas dari itu, ibu wajib mengkonsultasikannya ke dokter atau spesialis untuk memastikan apakah bayi dengan HIV boleh mendapatkan ASI dari sang ibu atau harus minum susu formula.

Meskipun memberi ASI artinya menambah risiko bayi tertular HIV, tetapi untuk negara berkembang dengan sumber daya penyediaan susu formula terbatas, peningkatan risiko tersebut dikompensasi dengan berkurangnya risiko kematian akibat penggunaan susu formula yang tidak aman. (*)

Baca Juga: Kasus Covid-19 Belum Terkendali, Epidemiolog Usulkan PPKM Diperpanjang Lagi Seminggu ke Depan, Akankah Terjadi?

#hadapicorona #berantasstunting