Sebab, wabah itu terjadi ketika Perang Dunia I.
Dikhawatirkan menyebarnya informasi mengenai wabah itu bakal melemahkan tentara yang sedang berperang.
Syefri mengatakan, berdasarkan sejumlah penelitian, korban meninggal akibat wabah ini berkisar antara 20 hingga 100 juta orang.
"Dan (di) Hindia Belanda saat itu penelitian kami jumlah korban 1,5 juta orang. Tapi ada penelitian terbaru menyebutkan untuk Jawa dan Madura saja itu kurang lebih 4,37 juta jiwa," ujarnya.
Menurut Syefri, saat itu Pulau Jawa menjadi epicentrum wabah lantaran penduduknya sangat padat dibanding pulau-pulau lain.
Di saat yang bersamaan, para pengusaha memaksa masuk ke wilayah Hindia Belanda dengan menggunakan kapal laut.
Padahal, jalur laut disinyalir menjadi penyebar wabah.
Terjadi pula pertentangan antara para donter dan direktur kehakiman yang mana dokter melalui dinas kesehatan meminta orang tak membuat kerumunan guna mencegah penularan virus, sedangkan direktur kehakiman menentang hal tersebut.
"Itulah yang membuat ternyata penyakit bisa menyebar dengan sangat cepat," katanya.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarawan Sebut Flu Spanyol Tewaskan Jutaan Orang di Indonesia karena Penanganan Terlambat"