Find Us On Social Media :

Fakta Baru Vaksin Dari Hasil Studi Dalam Negeri, Walau Terpapar Covid-19 Risko Jalani Perawatan di RS Kecil

Fakta hasil studi di Indonesia; vaksinasi program pemerintah menurunkan angka risiko dirawat di RS, dan kematian, walau terpapar Covid-19.

GridHEALTH.id - Artikel ini ditujukan untuk mereka yang masih enggan dan ragu divaksin Covid-19.

Artikel berikut hasil studi tenaga ahli dan peneliti di dalam negeri, di Indoensia, dengan objek penelitiannya orang Indonesia sepanjang periode Januari-Juni 2021.

Baca Juga: Mengenakan Masker Terlalu Lama Sebabkan Keracunan? Jangan Percaya!

Objek penelitiannya adalah 71.455 tenaga kesehatan di DKI Jakarta meliputi perawat, bidan, dokter, teknisi, dan tenaga umum lainnya.

Untuk diketahui, Indonesia mempunyai Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.

Selama pandemi, khususnya saat dijalankannya vaksinasi Covid-19 di Indonesia rutin melakukan evaluasi efektivitas vaksin COVID-19.

Hasilnya terbukti vaksin Covid-19 yang digunakan pemerintah mampu menurunkan risiko terinfeksi COVID-19, serta mengurangi perawatan dan kematian bagi tenaga kesehatan.

Studi tersebut mengamati kasus konfirmasi positif COVID-19, perawatan, dan kematian karena COVID-19 pada tiga kelompok tenaga kesehatan.

Yaitu mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama, vaksinasi lengkap (dosis kedua), dan yang belum divaksinasi.

Baca Juga: Seperti Ini Ciri Batuk Karena Covid-19, Dahaknya Nyangkut di Sini

Sebagai informasi, tenaga kesehatan yang menjadi objek penelitian mayoritas mendapatkan vaksin Sinovac, dan saat laporan tersebut diturunkan, ada 143.000 orang SDM Kesehatan di DKI Jakarta telah divaksinasi dosis pertama dan ada 125.431 orang telah divaksinasi dosis kedua.

Selain itu, studi dilakukan saat kondisi pandemi yang dinamis, mengingat sepanjang Januari-Juni 2021 terjadi beberapa gelombang peningkatan kasus COVID-19 serta dinamika komposisi Variants of Concern yaitu adanya mutasi varian Delta, baik di wilayah DKI Jakarta maupun nasional.

Nah, mengenai hasil studi tersebut yang tentunya sangat bisa dipertanggung jawabkan dan menggembirakan, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmidzi, M.Epid mengatakan, ''Sebanyak 5% dari tenaga kesehatan yang divaksinasi lengkap dilaporkan terkonfirmasi COVID-19 pada periode April-Juni 2021. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang terkonfirmasi COVID-19 pada periode Januari-Maret 2021 yang jumlahnya hanya 0.98%.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Tahap 3 Dimulai di Seluruh Indonesia, Anak Usia 12 Tahun Bisa Divaksin, DKI Jakarta Sudah Lebih Dulu

Namun begitu, menurutnya, seperti dikutip dari laman Kemkes.go.id (12/8/2021), jumlah tenaga kesehatan telah divaksinasi lengkap yang harus dirawat jauh lebih rendah (0,17%) ketimbang mereka yang belum divaksinasi (0,35%).

Hal ini menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 yang saat ini menjadi program Pemerintah efektif terhadap mutasi virus COVID-19.

''Sampai saat ini belum ada penelitian ataupun bukti ilmiah yang menunjukkan vaksin yang telah diproduksi dan telah digunakan di berbagai belahan dunia tidak bisa melindungi kita dari virus varian baru ini. Vaksin yang digunakan dalam upaya kita melakukan penanggulangan pandemi COVID-19 masih sangat efektif,'' tegas dr. Nadia.

Demikian pula dengan kejadian kematian akibat COVID-19. Jumlah tenaga kesehatan yang belum divaksinasi yang meninggal relatif lebih besar daripada yang sudah mendapat vaksinasi lengkap.

Baca Juga: 5 Gangguan Jantung yang Bisa Dialami Pasien Covid-19, Hati-hati

Begitu juga tenaga kesehatan yang baru mendapat vaksinasi dosis pertama, jumlah yang meninggal akibat COVID-19 relatif lebih banyak daripada mereka yang menerima dosis lengkap.

Pada dua periode observasi di Januari-Maret dan April-Juni 2021, terlihat bahwa proporsi kasus meninggal karena COVID-19 pada tenaga kesehatan yang belum divaksin (0,03%), tidak berbeda dengan tenaga kesehatan yang telah mendapat vaksin dosis pertama (0,03%).

Sedangkan vaksinasi dosis lengkap melindungi tenaga kesehatan dari risiko kematian dengan rasio 0,001% pada periode Januari-Maret 2021 dan 0,01% pada periode April-Juni 2021.

Nah, dari data-data tersebut terlihat vaksinasi COVID-19 dosis lengkap dapat diandalkan untuk melindungi tenaga kesehatan dari risiko perawatan dan kematian akibat infeksi COVID-19.

Baca Juga: Jangan Stres Dulu, Tidak Semua Bayi Perlu Inisiasi Menyusui Dini, Terlebih bagi Ibu dan Bayi dengan Kondisi Ini

Efektivitas vaksin COVID-19 dosis lengkap dalam mencegah infeksi COVID-19 pada Januari-Maret sebesar 84% atau dengan kata lain, hanya 2 dari 10 orang Tenaga Kesehatan yang telah divaksinasi lengkap berpeluang terinfeksi COVID-19.

Jadi, ''Vaksinasi berperan dalam memperlambat risiko infeksi COVID-19. Tenaga Kesehatan yang divaksinasi lengkap relatif memiliki ketahanan yang lebih lama untuk tidak terinfeksi COVID-19 dibandingkan Tenaga Kesehatan yang belum divaksinasi,'' ujar dr. Nadia

Untuk diketahui, periode April-Juni 2021 total 474 tenaga kesehatan dirawat karena terinfeksi COVID-19.

Baca Juga: Ramai TikTok Challenge Membekukan Madu Serasa Makan Permen, Ini Dampaknya Pada Kadar Gula Darah dan Pencernaan Kata Ahli

Namun Tenaga Kesehatan yang divaksinasi lengkap tidak banyak yang dirawat, atau jumlah yang dirawat berkurang hingga 6x lebih rendah yakni turun dari 18% ke 3,3%.

Selain itu, data menunjukkan lama perawatan Tenaga Kesehatan yang divaksinasi relatif lebih singkat yaitu 8 hingga 10 hari dibandingkan Tenaga Kesehatan yang belum divaksinasi (9-12 hari).

Dari total Tenaga Kesehatan yang dirawat, 2,3% memerlukan perawatan intensif di ICU.

Sebagian besar (91%) dari Tenaga Kesehatan yang memerlukan perawatan intensif adalah Tenaga Kesehatan yang belum divaksinasi atau baru mendapatkan vaksinasi 1 dosis.(*)

Baca Juga: Trimester 1 Kehamilan Sering Kram Perut? Ini Tips Untuk Mengatasinya