Untuk diketahui, pada 2019 konsumsi minyak goreng Indonesia menghasilkan 13 juta ton minyak jelantah.
Angka ini cukup besar, sebab di Uni Eropa menghasilkan 22,7 juta ton, Amerika menghasilkan 16 juta ton dan dan India 23 juta ton.
Karennya menurut Tenny Kristiana, Peneliti The International Council for Clean Transportation (ICCT), melansir tractionenergy.asia (11/1/2021), jika ada regulasi yang mewajibkan pengumpulan minyak jelantah dan kemudian digunakan sebagai bahan baku biodiesel, risiko daur ulang minyak jelantah untuk digunakan kembali sebagai minyak goreng akan berkurang.
Hal ini tentu akan mengurangi potensi timbulnya penyakit neurodegeneratif seperti stroke, alzheimer, parkinson dan huntington; hipertensi; penyakit kardiovaskular; penyakit jantung; kerusakan sistem gastrointestinal; serta kerusakan fungsi ginjal dan hati akibat dari penggunaan minyak jelantah secara berulang kali untuk menggoreng makanan.
Baca Juga: Cara Penggunaan Susu Kental Manis yang Benar, Untuk Anak 1 Tahun ke Bawah Tidak Direkomendasikan
Berikut sejumlah bahaya minyak jelantah bagi kesehatan, dilanasir dari HelloSehat (12/4/2021). 1. Infeksi bakteri
Minyak yang sudah dipakai berkali-kali akan jadi sarang untuk perkembangbiakan berbagai jenis bakteri. Salah satunya yaitu Clostridium botulinum, bakteri penyebab penyakit botulisme.
Bakteri-bakteri tersebut akan makan dari partikel dan remah-remah sisa gorengan yang ada pada panci atau minyak.
Maka itu, menggoreng dengan minyak bekas pun akan membuat kita lebih rentan kena infeksi bakteri. 2. Meningkatkan risiko kanker
Selain bakteri, minyak jelantah juga jadi sumber radikal bebas. Radikal bebas akan ikut terserap ke dalam makanan yang digoreng, masuk ke dalam tubuh, dan menyerang sel-sel dalam tubuh. Zat tersebut akan menjadi karsinogen penyebab kanker.
Baca Juga: 3 Hal Baik Pada Kehamilan yang Sering Disebut Berbahaya, Jangan Salah kaprah Lagi Ya