GridHEALTH.id - Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah salah satu dari 100 jenis penyakit autoimun yang menggambarkan kelainan yang berhubungan dengan peradangan pada saluran pencernaan atau gastrointestinal, khususnya kondisi radang usus karena autoimun.
Sementara penyakit autoimun merupakan suatu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang tubuh sendiri.Dewan Pakar Medis MCF, Prof.Dr.dr. Zakiudin Munatsir SpA(K) mengatakan, “IBD terdiri dari dua jenis penyakit yaitu Penyakit Crohn (PC) dan Kolitis Ulseratif (KU).
KU adalah peradangan kronis pada lapisan terdalam usus besar atau kolon, sedangkan PC yang juga dikenal sebagai Crohn’s Disease, merupakan peradangan yang terjadi di seluruh sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke dubur," katanya dalam webinar 'Mengenal Inflammatory Bowel Disease (IBD) Pada Anak', kerjasama Marisza Cardoba Foundation - Darya Varia Laboratoria pada Sabtu (10/09/2021).Lebih lanjut Prof. Zakiudin Munatsir menjelaskan, “Pada orang dengan KU mapun PC seringkali muncul bisul di saluran usus. Bisul adalah robekan atau robekan pada lapisan usus yang dapat menyebabkan rasa sakit atau perdarahan.” Menurut dokter yang juga aktif membina belasan ribu Orang Dengan AutoImun (ODAI) di MCF ini, penyebab pasti terjadinya peradangan gastrointestinal tersebut belum diketahui, namun diduga terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.
IBD pada anak dapat terjadi karena ada bakat genetik yang dicetuskan oleh faktor lingkungan misalnya infeksi dan lain-lain.
Baca Juga: Surat Dokter Mutlak Untuk Vaksinasi Covid-19 Bagi Penyandang Autoimun
Baca Juga: Kalsium Bukan Hanya dari Produk Susu, Sumbernya Tanpa Disangka Bisa dari Air Mineral PC dan KU memiliki banyak gejala yang sama, mungkin sulit untuk mengetahui kondisi yang diderita seorang anak. Mendiagnosis penyakit ini memerlukan beberapa tes.
Yang pertama adalah tes darah untuk memeriksa kondisi seperti anemia (hemoglobin rendah), protein darah rendah (albumin), atau bukti peradangan di suatu tempat di tubuh (peningkatan protein C-reaktif, tingkat sedimentasi/ laju endap darah, atau jumlah sel darah putih.
Tes kedua adalah adalah tes/studi tinja untuk memeriksa infeksi, darah dalam tinja, atau penanda peradangan di usus. Tes ketiga dilakukan pencitraan kondisi perut dengan CT enterography (CTE) atau MR enterography (MRE) untuk mencari peradangan, pembengkakan atau penyempitan usus. Ini juga melihat area di perut di luar usus untuk komplikasi IBD.
Sebuah MRE memiliki keuntungan yang menggunakan magnet, bukan radiasi, untuk mengambil gambar.
Endoskopi bagian atas dan kolonoskopi penting untuk dilakukan, yakni dengan cara menelan atau menempatkan kapsul video selama endoskopi atas untuk melihat lapisan usus kecil dengan tabung fleksibel dan kamera, dilanjutkan dengan biopsi untuk memeriksa lebih lanjut sampel jaringan di bawah mikroskop.
Baca Juga: Menyusui Dapat Mencegah Penyakit Infeksi Telinga Pada Bayi, Studi
Baca Juga: Teh Hijau dan Kopi, Dua Minuman Wajib Bagi Survivor Gangguan Jantung dan Stroke“Pada kasus dengan gejala berat yang tidak kunjung membaik, dibutuhkan tindakan operasi sesuai dengan jenis radang yang dialami pasien, seperti proktokolektomi yaitu pengangkatan seluruh usus besar pada kasus KU berat, atau pengangkatan sebagian saluran pencernaan yang rusak pada kasus PC,” jelas Prof. Zaki. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL