Find Us On Social Media :

Sempat Didiagnosis TBC Kelenjar Karena Benjolan di Leher, Artis Pandai Mengocok Perut Penonton Ini Tunda Kehamilan

Benjolan di leher, TBC kelenjar yang bisa diobati.

GridHEALTH.id - Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri ini biasanya menginfeksi organ paru-paru, sehingga disebut dengan TBC paru.

Baca Juga: 4 Obat TBC Berdasarkan Jenis Penyakitnya, Ketahui Juga efek Sampingnya

Tapi ingatm tidak semua TBC terjadi di paru. Ada juga TBC yang terjadi di luar paru.

TBC yang menyerang organ lain di luar paru disebut dengan TBC ekstra paru.

Nah, TBC ekstra paru terjadi karena bakteri TBC menyebar dari paru ke organ lain yang jalur penyebarannya dapat melalui limfogen (pembuluh/saluran getah bening), maupun hematogen (pembuluh darah).

Untuk diketahui, TBC ekstra paru dapat terjadi bersamaan dengan TBC paru.

TBC kelenjar merupakan salah satu jenis TBC ekstra paru.

Menurut Yayasan KNCV Indonesia Eliminasi Tuberkulosis (3/6/2021), kelenjar getah bening pada tubuh merupakan jaringan dari sistem limfatik dimana berfungsi dalam pertahanan imunitas atau kekebalan tubuh.

Jadi apabila tubuh mengalami infeksi yang cukup berat, maka kelenjar getah bening akan berisiko membengkak.

Baca Juga: Ke Toilet Saja Takut, Cerita dr Nanda Chaerully yang Bertugas Sejak Covid-19 Bernama Novel Coronavirus

Gejala umum TBC kelenjar adalah adanya benjolan di sekitar leher, ketiak maupun selangkangan.

Kelompok yang paling berisiko mengalami TBC kelenjar adalah penderita HIV/AIDS dan anak-anak.

Kondisi ini biasanya ditandai dengan adanya pembengkakan kelenjar getah bening di salah satu atau beberapa bagian tubuh.

Untuk mendiagnosis TBC kelenjar getah bening perlu menyingkirkan kemungkinan pembengkakan getah bening yang ditemukan pada kondisi kesehatan atau infeksi lainnya, seperti leukemia, limfoma, infeksi virus, toksoplasmosis, serta sifilis.

TBC ekstra paru, termasuk TBC kelenjar getah bening tidak dapat menular ke orang lain.

Kecuali pada kondisi tertentu dimana pasien juga menderita TBC paru di waktu yang bersamaan. Pun TBC kelenjar dapat dicegah apabila kita mengenali gejalanya sejak dini.

Diagnosis dan Pengobatan TBC Kelenjar

Baca Juga: Bingung dan Penasaran, Ini Aneka Pertanyaan Masyarakat Prihal Vaksin Covid-19 Dosis ke 2 pada Pemerintah, Mau Tahu?

Diagnosis penyakit ini umumnya dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat penyakit oleh dokter.

Setelah diduga menderita TBC kelenjar, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang berupa biopsi (pengambilan sampel jaringan) terhadap benjolan.

Salah satu prosedurnya adalah melalui biopsi aspirasi dengan jarum halus.

Untuk membantu diagnosis, menurut laman Rumah Sakit An-Nisa, Tengerang (1/12/2020), dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang meliputi Rontgen dada, CT scan pada leher, tes darah, dan pemeriksaan biakan kuman TB.

Baca Juga: Minggu Ini 60 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Sudah Tersedia di Daerah, Kejar Target Vaksin Ibu Kota Provinsi Hingga 70 Persen

Pemeriksaan untuk mendeteksi HIV juga mungkin diperlukan.

Penanganan skrofula dapat dilakukan dengan pemberian antituberkulosis yang diberikan selama 6 bulan atau bahkan lebih.

Obat antituberkulosis (OAT) yang diberikan biasanya merupakan kombinasi dari rifampicin, isoniazid, pirazinamid, dan ethambutol.

Pada sebagian kasus, dokter dapat melakukan penambahan maupun pengurangan jenis obat, serta menambahkan lama terapi hingga beberapa bulan.

Langkah pembedahan mungkin dilakukan jika obat antibiotik tidak dapat meredakan TBC kelenjar.

Dengan pengobatan yang tepat, penderita TBC kelenjar dapat pulih sepenuhnya.

Baca Juga: Presiden Brasil Ditolak Masuk Restoran, Karena Belum Vaksin, Harus Makan Berdiri di Pinggir Jalan

Akan tetapi ada kalanya terjadi komplikasi, seperti munculnya jaringan parut dan luka yang mengering pada leher.

Komplikasi ini dapat disebabkan oleh terbentuknya fistula dan nanah. Untuk mengurangi risiko TBC kelenjar menjadi lebih parah, segera periksakan diri ke dokter, jika terdapat pembengkakan pada leher.

Hal ini pula yang dialami oleh artis yang dikenal sebagai komedian ini, karena setiap penampilannya pandai mengocok perut penonton.

Artis yang dikenal dengan nama panggung Fitri Tropica alias Fitrop, setelah menikah tak langsung program hamil.

Sebab saat itu dirinya harus konsentrasi menyembuhkan benjolan di leher yang muncul di awal-awal tahun 2016.

Baca Juga: Boleh Masuk Mal dengan Syarat, Anak di Bawah 12 Tahun Tetap Dilarang Masuk Bioskop hingga Tempat Bermain

Saat itu, Fitrop didiagnosa TBC kelenjar dan dokter pun menjelaskan bahwa dirinya harus menjalani terapi sekaligus meminum obat secara rutin.

"Kondisi pengobatan TBC diharapkan jangan hamil dulu karena dosis obatnya tinggi. Kasihan untuk janinnya karena efeknya kurang bagus," ucap dokter, dilansir dari Nakita.id (10/6/2019).

Fitrop pun sempat menjalankan operasi pada tanggal 15 Desember 2016 dan hasil diagnosa pathology saat itu, positif TBC kelenjar,

Karennya dirinya harus menjalani terapi pengobatan selama 9 bulan.

Usai mengunggah video terakhirnya, Fitrop yang sudah genap menjalani pengobatan selama setahun akhirnya kembali ke dokter untuk melakukan pemeriksaan dan cek seluruh kesehatan.

Video yang diunggah Fitrop pada (07/01/2018) lalu menjelaskan bahwa dirinya sudah bisa berhenti mengonsumsi obat-obat karena tubuhnya negatif dari TBC kelenjar.

Baca Juga: Pfizer Teliti Efek Vaksin Covid-19 pada Bayi dan Balita, Hasilnya Keluar Tahun Ini Di Kuartal Keempat

Singkat cerita, setelah menikah selama lima tahun dengan Irvan Hanafi pada 2014, Fitri Tropica mengumumkan kehamilan pertamanya.

Anak pertamanya yang diberinama Sada Amina Hanara lahir pada 11 November 2019 di RSIA Bunda, dengan BB 2,99KG, dan PB 49cm.

Sada memiliki arti, pertama dalam bahasa Arab artinya beruntung.

Aminah memiliki makna amanah atau titipan Allah.

Hanara adalah gabungan nama dari kedua orang tua Fitri Tropica.

Selain itu, Hanara juga bermakna kehormatan, kemuliaan dan kebanggaan.(*)

Baca Juga: Olahraga Jenis Ini Cocok Bagi Penderita Diabetes, Gak Bikin Keringetan