GridHEALTH.id - Vaksin moderna dihentikan penggunaannya di tiga negara ini.
Negara tersebut adalah Swedia, Denmark, dan Finlandia.
Di Indonesia sendiri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan emergency use authorization (EUA) vaksin Covid-19 vaksin Moderna.
"Kemarin kami menambah satu lagi jenis vaksin Covid-19 yang telah mendapatkan EUA dari BPOM yakni vaksin Moderna. Ini adalah vaksin pertama yang mendapatkan EUA dari BPOM yang menggunakan platform m-RNA," ujar Penny saat konferensi pers virtual, Jumat (02/07/2021).
Baca Juga: Mengobati dan Mencegah Rubella, Penyakit Infeksi Menular Akibat Virus
Penny menuturkan, berdasarkan kajian BPOM bersama tim ahli Komite Nasional Penilai Vaksin dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) menunjukkan bahwa secara umum keamanan vaksin dapat ditoleransi baik reaksi lokal maupun sistemik dengan tingkat keparahan grade 1 dan 2.
Dengan kejadian yang paling sering adalah nyeri, kelelahan, dan sakit kepala. "Kejadian ini umumnya didapatkan setelah penyuntikan kedua," terang Penny.
Sementara itu, mengutip Reuters, Rabu (6/10), Badan Kesehatan Swedia mengatakan akan menghentikan penggunaan vaksin Moderna untuk orang yang lahir pada tahun 1991 dan setelahnya, karena data menunjukkan peningkatan miokarditis dan perikarditis di kalangan remaja dan dewasa muda yang telah divaksinasi.
Kondisi tersebt melibatkan peradangan pada jantung atau lapisannya.
"Hubungannya sangat jelas ketika menyangkut vaksin Spikevax Moderna, terutama setelah dosis kedua," kata badan kesehatan itu dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan risiko terkena sangat kecil.
Sedangkan Denmark memutuskan untuk berhenti memberikan vaksin Moderna kepada orang-orang di bawah 18 tahun sesuai dengan "prinsip kehati-hatian".
"Dalam data awal ... ada kecurigaan peningkatan risiko peradangan jantung, ketika divaksinasi dengan Moderna," kata Otoritas Kesehatan Denmark dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Kontan.co.id (6/10/2021).
Ini merujuk pada data dari studi Nordik belum dipublikasikan, yang sekarang akan dikirim ke European Medicines Agency (EMA) untuk penilaian lebih lanjut. Data akhir diharapkan dalam waktu satu bulan, tambahnya.
Baca Juga: DKI Jakarta Capai 0 Kasus Kematian Covid-19, Gubernur Anies Baswedan Bersyukur dan Ingatkan Hal Ini
Demikian halnya dengan Finlandia, ikut menghentikan sementara peluncuran vaksin Covid-19 Moderna kepada pria usia 30-an ke bawah setelah muncul kekhawatiran tentang efek samping yang jarang dari peradangan jantung pasca-inokulasi.
Pengumuman penghentian vaksin Spikevax Moderna itu disampaikan Direktur Institut Nasional untuk Kesehatan dan Kesejahteraan Finlandia, Mika Salminen, dalam sebuah konferensi pada Kamis (7/10), dikutip dari RMOL.id (8/10/2021).
“Sebuah studi Nordik yang melibatkan Finlandia, Swedia, Norwegia dan Denmark menemukan bahwa pria di bawah usia 30 tahun yang menerima Moderna Spikevax memiliki risiko sedikit lebih tinggi daripada yang lain terkena miokarditis,” jelas Salminen, dikutip dari Reuters.
Salminen pun mengatakan, sementara peradangan jantung sering hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Penggunaan Vaksin Covid-19 Moderna di Indonesia
Di Indonesia sendiri, efek samping vaksin Covid-19 moderna sempat diutarakan oleh seorang nakes asal Surabaya.
Dalam akun TikTok tenaga kesehatan (nakeas) bernama Galuh Prafita tersebut, @galuhprafita40, ia menuturkan bahwa efek samping vaksin Moderna berbeda dengan vaksin sebelumnya.
Galuh menceritakan, reaksi 30 menit pertama setelah disuntik vaksin Moderna yakni badan terasa lemas.
Selanjutnya, Galuh mengatakan, kaki kram dan badan menggigil setelah 3 jam kemudian.
Lalu, 8 jam setelahnya, pusing seperti vertigo disertai rasa mual. Lanjut 10 jam kemudian, tangannya mulai terasa bengkak dan kaku.
Sementara itu, Ketua Komnas KIPI Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, SpA(K), MTropPaed menegaskan, efek samping vaksin Moderna bisa bervariasi pada tiap orang.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Klaster PON XX Papua 2021 Bertambah, Kota Jayapura Terbanyak
"Jadi pengalaman tiap subyek berbeda, namun KIPI sebagian besar bersifat ringan dan singkat, serta menghilang tanpa atau dengan pengobatan," ungkap Hinky pada Kompas.com, Minggu (15/8/2021).
Persentase Efek Samping Vaksin Covid-19 Moderna
Lalu efek samping terbanyak yaitu nyeri di tempat suntikan.
Mengenai efek samping vaksin Covid-19 Moderna juga diulas oleh Medical News Today (6/5/2021).
Berdasarkan data uji klinik ketiga, vaksin Moderna berisiko menyebabkan efek samping berupa:
- Kelelahan sebesar 70 %
- Sakit kepala sebesar 64,7 %
- Nyeri otot sebesar 61,5 %
- Nyeri sendi sebesar 46,4 %
- Kedinginan sebesar 5,4 %
- Mual dan muntah sebesar 23 %
- Demam sebesar 15 %
Baca Juga: World Cerebral Palsy, Ini Cara Mengetahui Apakah Si Kecil Berisiko Mengalami dan Gejala Dini
Menurut data yang sama, disebutkan juga bahwa efek samping vaksin Moderna lebih umum terjadi setelah pemberian dosis kedua dan berlangsung selama dua sampai tiga hari.
Penerima vaksin Moderna juga bisa mengalami efek samping di area yang disuntikan, diantaranya berupa:
- Nyeri sebesar 92%
- Bengkak sebesar 14,7%
- Pembengkakan kelenjar getah bening khususnya di area ketiak sebesar 19,8%
- Kemerahan sebesar 10%.
Untuk masyarakat Indonesia tidak perlu gusar, karena penggunaan vaksin Moderna di Indonesia sudah diuji, diteliti, dan diawasi oleh BPOM RI.
Kalaupun merasakan efek samping, segera laporkan ke Satgas Covid-19 di daerah masing-masing.(*)
Baca Juga: Efikasi Vaksin Zifivax Pada Varian Delta Capai 77,47 Persen, BPOM Beri Izin