Find Us On Social Media :

Komplikasi Preeklamsia, Ibu Hamil Berisiko Alami Eklamsia

Komplikasi preeklamsia yang dialami ibu hamil.

GridHEALTH.idPreeklamsia adalah kondisi di mana ibu hamil mengalami tekanan darah yang tinggi atau hipertensi dan terdapat level protein yang tinggi dalam urinnya.

Dilansir dari Medline Plus (12/10/2021), preeklamsia terjadi pada 5 hingga 8 persen kehamilan.

Baca Juga: Masalah Kehamilan Rentan Dialami Ibu dengan Kondisi Ini

Selain tekanan darah yang tinggi, preeklamsia juga memiliki gejala tertentu seperti kenaikan berat badan ibu hamil yang berlebih secara signifikan, mual muntah yang berlebihan, kepala pusing yang disertai dengan pandangan yang kabur.

Tak hanya itu, ibu hamil yang mengalami preeklamsia pun juga kerap kali merasakan nyeri di ulu hati atau nyeri di perut kanan bagian atas.

Baca Juga: Faktor Risiko Terjadinya Preeklamsia, Salah Satunya Hamil Kembar

Meski begitu, dr Astrid Fransisca Padang, Sp. OG-KFM Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fetomaternal di Rumah Sakit Pondok Indah mengatakan, ada juga ibu hamil yang tidak menunjukkan gejala apapun meski dia mengalami preeklamsia.

“Bilangnya, ‘Oke saya baik-baik saja kok, dok. Enggak ada gejala, enggak ada apa.’ Makanya kenapa, pemeriksaan antenatalker atau yang kita sebut dengan pemeriksaan ibu hamil secara teratur itu penting, karena pada ibu-ibu yang tidak ada tanda-tanda dan gejala itu, akan kita deteksi pada saat ibu-ibu hamil ini kontrol ke dokter atau fasilitas kesehatan lainnya, gitu lho,” kata dr Astrid Fransisca Padang.

Baca Juga: Pendarahan Saat Hamil, Waspada Gejala Plasenta Previa

Tanda-tanda preeklamsia biasanya muncul pada usia kehamilan 20 minggu atau 5 bulan.

Jika tanda preeklamsia muncul, maka ibu hamil harus segera memeriksakan diri ke rumah sakit. Pasalnya, terdapat komplikasi yang bisa terjadi dari masalah kehamilan ini, baik jangka pendek ataupun jangka panjang.

Pada ibu hamil, risiko jangka pendek yang bisa terjadi adalah ibu mengalami eklamsia atau kejang.

Ibu yang mengalami eklamsia bisa disertai dengan gangguan fungsi hati, penurunan dari fungsi pembekuan darah, dan sesak napas karena adanya penumpukan cairan di paru-paru.

Sementara itu, risiko jangka panjang yang bisa terjadi pada ibu yang hamil dengan preeklamsia menurut Astrid Fransisca Padang adalah penyakit kardiovaskular, peningkatan risiko stroke, gangguan fungsi ginjal, gangguan kognitif, dan gangguan syndrome metabolic.

Baca Juga: 3 Hal Baik Pada Kehamilan yang Sering Disebut Berbahaya, Jangan Salah kaprah Lagi Ya

“Jadi bukan hanya pada saat dia menderita preeklamsia, tapi juga mempunyai efek jangka panjang, makanya kenapa preeklamsia itu perlu sekali kita cegah dan dilakukan screening yang baik,” ungkapnya.

Tak hanya pada ibu, komplikasi karena preeklamsia pun juga bisa dialami oleh bayi. Jika ibu hamil mengalami preeklamsia, maka terdapat konsekuensi di mana pertumbuhan bayi jadi terhambat dan kelahiran prematur.

Baca Juga: Penyebab Kelahiran Prematur, Bisa Karena Ibu Hamil Gunakan Kosmetik Mengandung Paraben?

Tekanan darah yang tinggi menyebabkan terjadinya solusio plasenta, yakni plasenta lepas dan berbahaya bagi bayi, karena bisa menyebabkan kematian.

Sedangkan risiko jangka panjang bagi bayi, yakni terjadinya neurodevelopment (perkembangan otak terganggu), terdapat kemungkinan anak mengalami hipertensi kronis atau diabetes melitus setelah dilahirkan.