GridHEALTH.id - Demam tifoid telah menjadi penyakit infeksi endemik di Indonesia.
Hal itu terlihat dari prevalensi demam tifoid di Indonesia yang cukup tinggi, yakni mencapai 500 kasus per 100.000 penduduk per tahunnya.
Penularan demam tifoid ini tentu harus terus ditekan.
Sebab meski merupakan penyakit yang umum, demam tifoid yang tidak ditangani segera dan dengan cara yang tepat, maka dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal.
Mulai dari perdarahan internal hingga usus robek yang mengancam jiwa.
Diketahui demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang ditularkan lewat konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Salmonella Typhi.
Selain itu bakteri tersebut tersebut juga bisa menular lewat kontak langsung dengan orang yang atau sempat terinfeksi demam tifoid (carrier).
Asal tahu saja, penderita demam tifoid akan terus membawa bakteri penyebabnya, Salmonella typhi dalam tubuhnya.
Untuk mencegah penularan demam tifoid yang pertama tentu kita harus memastikan setiap makanan atau minuman yang dikonsumsi terjaga kebersihan atau kehigienisanya. Rumusnya, #SantapAman.
Kemudian yang tak kalah penting adalah mendapatkan vaksinasi tifoid.
Baca Juga: Penting, 4 Cara Ini Efektif Untuk Mencegah Demam Tifoid Pada Anak
Hal itu seperti diungkapkan Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Suzy Maria, Sp.PD-KAI., saat menjadi pembicara di Peluncuran Kampanye #SantapAman dalam rangka Hari Kesehatan Nasional, Sanofi Pasteur Indonesia, Kamis (11/11/2021), yang dihadiri GridHEALTH.id.
Menurut dr. Suzy dengan mendapatkan vaksin tifoid tubuh kita memiliki perlindungan ekstra, sehingga bisa meminimalisir risiko penularan demam tifoid.
Cara kerja vaksinasi tifoid sendiri adalah dengan meningkatkan sistem imun tubuh untuk melawan infeksi bakteri Salmonella Typhi.
Lantas kapan waktu yang tepat mendapat vaksin tifoid ini?
dr. Suzy menjelaskan bahwa vaksinasi tifoid sudah dapat dilakukan mulai usia dua tahun ke atas.
"Untuk dosisnya pun sama pada setiap usia, baik itu orang dewasa maupun anak-anak adalah satu kali suntikan vaksin tifoid," ujarnya.
Namun perlu dicatat, bahwa demam tifoid ini tidak memunculkan kekebalan alami.
Dimana orang yang sudah terinfeksi demam tifoid, maka mereka masih bisa terinfeksi kembali dikemudian hari.
"Karenanya untuk mendapatkan perlindungan maksimal, seseorang direkomendasikan mendapat vaksinasi tifoid setiap tiga tahun sekali," jelas dr. Suzy.
Baca Juga: Alami Pusing Hebat Serta Perut Kembung, Hati-Hati Gejala Demam Tifoid
Salah satu jenis vaksin tifoid yang umum digunakan adalah vaksin tifoid injeksi polisakarida Vi.
Data setelah pemantauan selama 20 bulan menunjukkan vaksin tifoid jenis ini memberikan perlindungan terhadap penyakit tifoid sebesar 74 %.
Pada kesempatan yang sama, Head of Medical Sanofi Pasteur Indonesia, dr. Dhani Arifandi T., mengatakan untuk mendapatkan vaksin tifoid ini cukup mudah.
Sebab banyak rumah sakit umumnya sudah menyediakan pelayanan vaksinasi tifoid.
"Untuk mendapatkan vaksin tifoid kita bisa langsung ke rumah sakit atau klinik yang menyediakan vaksinasi," ujarnya.
"Umumnya saat ini di setiap rumah sakit besar sudah tersedia vaksin tifoid ini," tambah dr. Dhani.
Kampanye #SantapAman adalah edukasi mengenai pentingnya perlindungan diri terhadap penyakit tifoid di media dan media sosial @KenapaHarusVaksin.(*)