Find Us On Social Media :

Akibat Varian Omicron? Jelang Nataru 19 Kabupaten/Kota Terjadi Kenaikan Kasus Covid-19, Prof Zubairi Angkat Bicara

Jelang Nataru terjadi kenaikan kasus di 19 Kabupaten/kota di Indonesia, apakah karena varian Omicron?

GridHEALTH.id - Lagi-lagi Varian Omicron membuat kita semua was-was.

Bagaimana tidak, per 26 November 2021 diketahui 19 Kabupaten/Kota Terindikasi Alami Kenaikan Kasus COVID-19.

Daerah tersebut adalah Fak-Fak dan Purbalingga dengan kenaikan kasus dalam 4 minggu berturut, kemudian Lampung Utara yang menunjukkan kenaikan kasus dalam 3 minggu berturut, dan 16 kabupaten/kota lainnya yang menunjukkan kenaikan dalam 2 minggu terakhir.

Memang presentase kenaikan kasus kecil, tapi bikin was-was. Sebab saat ini dunia tengah dihebohkan oleh varian Omicron.

Karenanya, melansir Covid-19.go.di (2/12/2021), pemantauan terus dilakukan agar tidak terjadi ledakan kasus.

Kementerian Kesehatan pun akan memperbaiki upaya tracing dan testing.

Paling Rentan Terinfeksi Varian Omicron

Baca Juga: Fakta, Pengobatan Virus Nipah Sebatas Perawatan Suportif Karena Belum Ada Obatnya

Baca Juga: 6 Ciri Diabetes Kronis, Gula Darah Tak Terkontrol Berisiko Komplikasi

Mengenai penularan varian omicron dan siapa yang paling rentan juga tingkat keparahannya, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban menduga omicron muncul pada orang dengan imunodefisiensi dan immunocompromised, seperti pasien HIV/AIDS dan kanker.

Tapi kita musti ingat, "Yang perlu dicatat, orang dengan HIV tidak lebih rentan terinfeksi Corona ketimbang mereka yang tidak,” ujar Prof Zubairi Djoerban dalam akun twitter pribadinya yang diunggah Kamis (2/12/2021).

Maka dari itu, “Jangan cari kambing hitam yang menambah stigma. Terima kasih,” tegas Prof. Zubairi.

Baca Juga: Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Masih Bisa Punya Anak Normal, Ini Tipsnya

Sebelumnya, Prof Zubairi menyampaikan data kematian di Afrika Selatan, negara dengan kasus Omicron terbanyak.

Menurut beliau, seperti dilansir dari HarianMerapi.com (2/12/2021), secara berturut-turut pada 25 November 2021 kematian mencapai 144 jiwa, kemudian 26 November 12 jiwa, 27 November 8 jiwa, 28 November 6 jiwa, dan 29 November 25 jiwa.

“Tentu kematian bukan sekadar angka. Tapi poin saya, angka itu cukup rendah, sehingga tak perlu panik meski penularan tinggi. Namun harus waspada untuk jaga-jaga,” jelas Prof. Zubairi.

Apa yang Bisa Manusia Bisa Lakukan Untuk Menghadapi Varian Omicron?

Baca Juga: Mengenal Sindrom HELLP, Komplikasi Kehamilan Dampak Preeklamsia

Mengenai hal ini, Fernando González Candelas adalah Profesor bidang genetika, juga menjabat Ketua Unit Riset Gabungan "Infeksi dan Kesehatan Masyarakat" FISABIO-Universitat de València dalam artikel yang diterbitkan The Conversation dan dilansir BBC.com (30/11/2021), menyebutkan saat ini "senjata" yang manusia untuk menghadapinya tetap sama: vaksinasi, memakai masker, jaga jarak, dan membuka ventilasi pada ruangan tertutup.

itu tetap masih bisa diandalkan untuk menghadapi virus.Upaya-upaya ini diharapkan mengurangi paparan virus semaksimal mungkin, dan secara bersamaan menambah jumlah orang yang divaksin di semua negara.

Baca Juga: WHO Minta Dunia Tidak Bereaksi Berlebihan Terhadap Varian OmicronHarapan lain adalah, usaha ini membatasi kemungkinan adanya mutasi-mutasi baru virus corona.Meski kita berpikiran bahwa setelah varian Delta mungkin sulit bagi virus corona "melahirkan" varian baru yang masuk dalam daftar perhatian (variant of concern, VOC), varian Omicron membuat kita semua terhenyak.Terlepas dari apakah nantinya Omicron menimbulkan dampak-dampak serius yang menjustifikasi keputusan WHO menggolongkannya sebagai VOC, jelas bahwa evolusi virus corona mungkin akan melahirkan kejutan.(*)

Baca Juga: Ada Potensi Wabah Akibat Turunnya Cakupan Imunisasi di Masa Pandemi, IDAI Luncurkan Program LITTLe Ku dan I-POINTS