Find Us On Social Media :

Pembekuan Darah Setelah Mendapat Vaksin Covid-19, Ini Penyebabnya

Pembekuan darah setelah mendapat vaksin Covid-19.

GridHEALTH.id - Ditemukannya kasus pembekuan darah membuat tak sedikit masyarakat merasa enggan mandapatkan vaksin Covid-19, terutama vaksin AstraZeneca.

Padahal penyuntikan vaksin Covid-19 ini diketahui sangat penting, selain mencegah penularan semakin luas, juga bisa meminimalisir keparahan dari infeksi virus Covid-19 yang sedang mewabah.

Dikutip dari nhs.uk (30/3/2021), artikel "Why Vaccination Is Safe and Important" menyebutkan bahwa orang yang sudah divaksin sistem kekebalannya mampu mengenali dan tahu cara melawan suatu infeksi penyakit.

Itu artinya jika kita disuntik vaksin Covid-19, maka sistem kekebalan tubuh kita akan terlatih dalam melawan Covid-19 sehingga dampak infeksi virus tersebut bisa diminimalisir.

Lantas, apa penyebab sebenarnya pembekuan darah pada mereka yang sudah divaksin Covid-19?

Dilansir Kompas.com dari BBC Indonesia (6/12/2021), vaksin AstraZeneca beberapa kali dikeluhkan menyebabkan efek samping berupa pembekuan darah.

Para ilmuwan mengklaim telah menemukan pemicunya. Ada penjelasan secera terperinci bagaimana sebuah protein dalam darah tertarik pada komponen kunci dari vaksin.

Hal ini ditemukan oleh Tim peneliti dari Cardiff, Inggris dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Belum Selesai, Penemu AstraZeneca: Dunia Harus Siap Hadapi Kondisi yang Lebih Buruk

Mereka menduga hal ini memulai reaksi berantai, melibatkan sistem kekebalan tubuh, yang ujung-ujungnya menyebabkan gumpalan berbahaya.

Vaksin AstraZeneca diperkirakan telah menyelamatkan sekitar satu juta jiwa dari Covid-19.

Namun, kekhawatiran akan efek samping pembekuan darah, kendati kejadiannya sangat langka, telah memengaruhi cara vaksin tersebut digunakan di seluruh dunia.

Ini termasuk di Inggris, yang menawarkan vaksin alternatif kepada warga berusia di bawah 40 tahun.

Kekhawatiran itu juga mendorong penyelidikan saintifik untuk mencari tahu apa yang terjadi dan apakah itu bisa dicegah.

Tim di Cardiff mendapat dana darurat dari pemerintah untuk menemukan jawabannya.

Para ilmuwan dari AstraZeneca bergabung dengan proyek penelitian tersebut setelah hasil penelitian awal tim Cardiff diterbitkan.

Seorang juru bicara AstraZeneca menekankan bahwa pembekuan darah lebih mungkin terjadi karena infeksi Covid daripada karena vaksin, dan belum ada penjelasan yang lengkap dan pasti tentang mengapa hal itu terjadi.

"Meskipun penelitian ini belum definitif, kami mendapatkan pengetahuan yang menarik dan AstraZeneca sedang mencari cara untuk memanfaatkan temuan ini sebagai bagian dari upaya kami untuk menghilangkan efek samping yang sangat langka ini," imbuhnya.

Ada dua petunjuk awal bagi para peneliti yang meneliti efek samping pembekuan darah:

- Risiko pembekuan yang lebih besar hanya ditemukan dengan sebagian teknologi vaksin.

- Pada orang-orang yang mengalami pembekuan darah, antibodi tubuh mereka menyerang protein dalam darah yang disebut trombosit faktor empat.

Semua vaksin yang digunakan di Inggris bekerja dengan memasukkan potongan kecil kode genetik virus Covid-19 ke dalam tubuh untuk melatih sistem kekebalan tubuh.

Beberapa vaksin membungkus kode tersebut dalam selaput lipid (lemak), sedangkan vaksin AstraZeneca menggunakan adenovirus (khususnya, virus flu biasa dari simpanse) sebagai 'tukang pos' mikroskopik yang mengantarkan gen ke dalam sel.

Para peneliti awalnya berpikir barangkali ada kaitan antara adenovirus dengan pembekuan darah yang terjadi pada segelintir orang.

Jadi mereka menggunakan teknik yang disebut mikroskop cryo-elektron untuk mengambil gambar adenovirus secara detail pada tingkat molekuler.

Studi mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, mengungkap bahwa permukaan luar adenovirus menarik faktor trombosit empat protein ke dalamnya seperti magnet.

Baca Juga: 3 atau 6 Bulan Lagi Varian Omicron Mendominasi Dunia, Riset Terbaru Temukan Vaksin Bisa Diandalkan Jadi Booster

Prof Alan Parker, salah satu peneliti di Cardiff University, mengatakan kepada BBC News, adenovirus memiliki permukaan yang [bermuatan] sangat negatif, sedangkan trombosit faktor empat sangat positif dan keduanya menempel dengan sangat baik.

"Kami telah bisa membuktikan kaitan antara adenovirus dan trombosit faktor empat," kata Alan Parker.

"Namun kami baru tahu pemicunya, ada banyak langkah yang terjadi berikutnya."

Para peneliti menduga tahap berikutnya adalah kekebalan salah sasaran (misplaced immunity), tapi ini perlu dikonfirmasi dalam penelitian lebih lanjut.

Mereka berspekulasi bahwa sistem pertahanan tubuh mulai menyerang trombosit faktor empat setelah salah mengiranya sebagai adenovirus - benda asing - yang ditempelinya.

Jadi tubuh melepaskan antibodi ke dalam darah, yang menggumpal bersama trombosit faktor empat dan mengakibatkan pembentukan gumpalan darah yang berbahaya.

Namun, ini membutuhkan serangkaian peristiwa, yang dapat menjelaskan mengapa gumpalan darah adalah efek samping yang sangat langka.

Gumpalan ini, yang dikenal sebagai trombositopenia trombotik imun yang diinduksi vaksin, telah dikaitkan dengan 73 kematian dari hampir 50 juta dosis AstraZeneca yang diberikan di Inggris.

"Kita tidak pernah bisa memprediksi itu akan terjadi dan kemungkinannya sangat kecil, jadi kita perlu melihat gambaran yang lebih besar tentang jumlah nyawa yang diselamatkan oleh vaksin ini," kata Parker.

AstraZeneca mengatakan vaksin buatannya diperkirakan telah menyelamatkan lebih dari satu juta jiwa di seluruh dunia dan mencegah 50 juta kasus Covid.

AstraZeneca Universitas Oxford menolak berkomentar tentang penelitian ini.

Dr Will Lester, seorang konsultan hematologi di University Hospitals Birmingham NHS Trust, memuji penelitian yang "sangat rinci" dari tim Oxford-AstraZeneca, dan mengatakan itu membantu menjelaskan "kemungkinan langkah awal" dalam kasus pembekuan darah.

Dia menambahkan: "Banyak pertanyaan yang masih belum terjawab, termasuk apakah beberapa orang mungkin lebih rentan daripada yang lain dan mengapa trombosis (pembekuan) paling sering terjadi di pembuluh darah otak dan hati, tetapi ini mungkin akan diketahui seiring waktu dan penelitian lebih lanjut."

Tim Cardiff berharap temuan mereka dapat digunakan untuk memperbaiki vaksin berbasis adenovirus di masa depan demi mengurangi risiko kejadian langka ini.(*)

Baca Juga: Hadapi Omicron, Singapura dan AS Minta Warga Segera Booster Vaksin, Bagaimana di Indonesia?