GridHEALTH.id - Infeksi Omicron saat ini masih menjadi momok besar di dunia, termasuk di Indonesia.
Karenanya gejala infeksi Omicron saat ini masih menjadi sorotan tajam ahli dan tentunya masyarakat.
Meskipun sudah banyak informasi mengenai gejala infeksi Omicron, namun hingga saat masih banyak yang bertanya-tanya gejala spesifik dan khasnya.
Sebab dari sekian banyak pemberitaan, gejala infeksi varian Omicron belum ada yang spesifik. Umumnya masih mirip dengan gejala flu.
Apalagi gejala infeksi Omicron khas yang ada di Indoensia.
Nah, mengenai hal ini dokter spesialis paru RSUP Persahabatan, dr. Erlina Burha, memaparkan apa yang ditemui oleh dokter-dokter yang bertugas di RSUP Persahabatan, Jakarta.
Menurut dr. Erlina, gejala yang paling banyak ditemukan pada pasien Omicron yang dirawat di RSUP Persahabatan, Jakarta, adalah batuk dan gatal tenggorokan.
"Gejala yang umum mirip dengan gejala yang sering kita baca yang disampaikan CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS-Red), paling banyak gejala adalah batuk dan nyeri tenggorok juga gatal tenggorokan. Ini adalah gejala yang khas Omicron," kata Erlina dalam forum diskusi di Jakarta, Kamis (28/1/2022).
Dalam penjelasannya, dr. Erlina menjelaskan dari sebagian besar pasien Omicron, ada 6 pasien, yang dirawat di RSUP Persahabatan hanya sekitar 20 persen yang demam.
Baca Juga: Sariawan Bikin Anak Susah Makan, Lakukan 5 Cara Ini untuk Mengatasinya
Kondisi ini berbeda dengan varian Delta yang gejalanya 90 persen mengalami demam.
"Memang Omicron ini menunjukkan data bahwa virus berkembang di saluran napas atas, itu makanya gejala hanya ringan saja," jelasnya, dikutip dari Antara, via Republika (28/1/2021).
Selain itu, menurut dr. Erlina pasien karena Omicron di RSUP Persahabatan yang dirawat tidak ada yang sesak dan tidak butuh oksigen, yang menunjukkan tidak ada kerusakan paru.
Hanya saja, dr. Erlina megingatkan, meski ringan bila mengalami batuk dan sakit tenggorokan serta ada riwayat kontak dengan pasien Covid-19, tidak perlu menunggu demam segera lakukan tes.
Jika positif, baik itu tanpa gejala dan tanpa penyakit penyerta atau komorbid maka cukup melakukan isolasi mandiri di rumah dengan tata cara isolasi yang sama seperti varian sebelumnya.
Varian Omicron berbeda dengan varian Covid-19 sebelumnya, antara lain bergejala ringan bahkan tanpa gejala, namun penularannya lebih cepat yaitu hampir lima kali lipat dan dapat "menyelinap" menghindari antibodi yang terbentuk.
Dilain pihak, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia bertambah lagi per 24 Januari 2022.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini ada 1.600-an kasus positif Covid-19 akibat infeksi varian Omicron di Indonesia.
Dari jumlah tersebut sekitar 20 orang di antaranya memerlukan bantuan oksigen dan dua pasien lainnya meninggal dunia.
Baca Juga: Deteksi Diabetes di Tangan, Wasdai Munculnya 4 Gangguan Sendi Ini
"Kami melaporkan sudah terkonfirmasi bahwa dari 1.600 yang terkena Omicron, yang memang dirawat dan membutuhkan oksigen hanya sekitar 20 pasien," ujar Budi dalam keterangan pers secara virtual usai rapat evaluasi PPKM, Senin (24/1/2022).
Terkait pasien Covid-19 Omicron yang meninggal dunia, Kemenkes mendata ada gejala khusus.
Kemenkes mengatakan sesak nafas merupakan gejala utama dari pasien Covid-19 varian Omicron yang diberitakan meninggal dunia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, gejala sesak napas tersebut muncul lantaran saturasi oksigen pasien kurang dari 80 persen.
"Gejala utama sesak karena saturasi kurang dari 80 persen," ujar Nadia ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (23/1/2022).
Namun demikian, Nadia tak menjelaskan lebih rinci mengenai kronologi gejala yang dialami dua pasien Covid-19 varian Omicron tersebut hingga akhirnya meninggal dunia.
Salah satu pasien merupakan kasus transmisi lokal yang meninggal di Rumah Sakit (RS) Sari Asih Ciputat dan satu lagi pelaku perjalanan luar negeri dan meninggal di RSPI Sulianti Suroso.
Ia menjelaskan, kedua pasien Covid-19 Omicron yang meninggal memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
Nadia juga mengungkapkan, salah satu pasien adalah lansia berjenis kelamin laki-laki yang merupakan kasus transmisi lokal belum divaksinasi Covid-19.
Baca Juga: Kenali 'Efek Nocebo', Respons Negatif Terhadap Vaksin Covid-19
Ia memiliki penyakit penyerta di antaranya hipertensi dan penyakit ginjal. Saat dikonfirmasi ke RS Sari Asih Ciputat, dalam keterangan tertulis mereka mengatakan pasien lansia dengan inisial MR (64) datang ke IGD pada 11 Januari 2022 dengan beberapa keluhan dan penurunan kesadaran.
"Saat dilakukan diagnosa penyakit melalui rontgen, tes antigen, dan swab test PCR, pasien dinyatakan positif Covid-19. Karena kondisi pasien, dari IGD kemudian dirawat di ruang ICU isolasi untuk mendapatkan perawatan intensif," tulis RS Sari Asih Ciputat dalam keterangan tertulis mereka.
"Pasien sudah meninggal di hari kedua perawatan ICU isolasi," jelas RS Sari Asih Ciputat.(*)
Baca Juga: Stress Eating Bikin Berat Badan Naik, Karenanya Lakukan Hal Ini Untuk Mengatasinya