“Ada bukti bahwa beberapa perubahan genetik pada SARS-CoV-2 dapat menghasilkan varian yang lebih menular,” Robert Bollinger.
Dia mencatat bahwa beberapa mutasi mempengaruhi protein spike virus corona, yang menutupi lapisan luar SARS-CoV-2 dan memberi virus penampilan yang lebih khas.
Protein spike ini membantu virus menempel pada sel manusia yang terdapat di hidung, paru-paru, dan area tubuh lainnya.
“Para peneliti memiliki bukti awal bahwa beberapa varian baru tampaknya mengikat lebih erat ke sel kita.
Ini tampaknya membuat beberapa galur baru ini ‘lebih lengket’ karena perubahan protein lonjakan dan karenanya lebih mudah ditularkan,” ungkap Robert Bollinger.
Baca Juga: Puncak Covid-19 di Indonesia Semakin Dekat, Kemenkes Peringatkan Ini
Nah, penjelasan yang diberikan oleh Robert Bollinger sesuai dengan sifat varian Omicron yang saat ini sedang merajalela di mana-mana.
Apakah ada kemungkinan muncul varian baru? Ray mengatakan hal tersebut mungkin, selagi virus corona menyebar melalui populasi.
Dia bahkan mengatakan kalau varian baru dari virus SARS-CoV-2 sebenarnya terdeteksi setiap minggu. Hanya saja tidak semua varian tersebut bertahan untuk waktu yang lama dan menyebar di masyarakat.
“Ketika perubahan pola infeksi pertama kali muncul, akan sangat sulit untuk mengetahui apa yang mendorong tren tersebut, perubahan pada virus atau perubahan pada perilaku manusia. Sangat mengkhawatirkan bahwa perubahan serupa pada protein lonjakan muncul secara independent di banyak benua,” pungkasnya.(*)
Baca Juga: Ilmuwan Cina Peringatkan Ancaman Baru yang Mematikan, NeoCov